Laodike I (Laodice I; abad ke-3 SM, meninggal sebelum 236 SM) merupakan seorang bangsawati Anatolia yang adalah kerabat dekat Dinasti Seleukia awal dan juga sebagai istri Raja Seleukia Yunani
Antiokhos II Theos.
Latar belakang keluarga
Laodike adalah putri Akhaios, seorang bangsawan kaya raya yang memiliki wilayah di Anatolia. Ibundanya tidak diketahui. Keluarganya memiliki kekuasaan di Anatolia dengan koneksi kerajaan yang kuat. Ia memiliki seorang saudari, Antiochis, yang adalah ibunda Attalos I dari Pergamum.
Ayahandanya, Akhaios, adalah putra kedua Raja Seleukos I Nikator dan istri pertamanya, Apama I. Namanya menyiratkan koneksi Seleukia yang kuat, karena ia bernama sama seperti bibi paternal dan nenek moyang paternalnya.
Kehidupan dan Pernikahan
Tanggal kelahirannya tidak diketahui, dan sedikit yang diketahui pada awal kehidupannya.
Laodike I menikahi sepupu paternalnya
Antiokhos II Theos sebelum tahun 266 SM sebagai istri pertamanya. Ia menikah dengan
Antiokhos II sebelum menjadi pewaris takhta Seleukia.
Ketika pamanda paternalnya
Antiokhos I Soter meninggal pada tahun 261 SM,
Antiokhos II menggantikan ayahandanya. Melalui pernikahannya,
Laodike I menjadi ratu Seleukia. Tidak banyak yang diketahui mengenai hubungannya dengan
Antiokhos II.
Laodike I dan suaminya memiliki dua orang putra: Seleukos II dan
Antiokhos Hierax, dan tiga orang putri: Apama, Stratonike dari Kapadokia dan
Laodike.
Perceraian dengan Antiokhos II
Pada tahun 252 SM setelah Perang Suriah Kedua,
Antiokhos II berkewajiban untuk berdamai dengan Firaun Yunani Mesir Ptolemaios II Philadelphos.
Antiokhos berdamai dengan Firaun dengan menceraikan
Laodike dan menikahi putri Ptolemaios II, Berenice, dengan pemahaman bahwa setiap anak yang lahir dari ikatan mereka akan mewarisi takhta Seleukia.
Meski tidak lagi menjadi ratu,
Laodike masih tetap sangat berkuasa dan merupakan figur politik yang berpengaruh. Di dalam penyelesaian perceraian mereka,
Antiokhos memberi
Laodike berbagai hibah tanah di seluruh Anatolia yang dikenal melalui beberapa prasasti.
Laodike I memiliki sebuah wilayah yang luas di Hellespont, beberapa properti lainnya di dekat Kyzikos, Ilion dan di Karia. Di dalam sebuah catatan kerajaan di Sardis menyebutkan bahwa gelar-gelar tanahnya harus disimpan sebagai tanah kerajaan yang dilimpahkan ke dalam hibah atau penjualan.
Di dalam klausul penyelesaian perceraian,
Laodike diizinkan menjual atau menyumbangkan tanah di mana ia memiliki hak untuk memilih keterikatan sebuah kota yang akan diteruskan ke tuan tanah yang baru, kecuali
Laodike yang telah menangani masalah ini sendiri.
Antiokhos memberinya masa tenggang untuk menyelesaikan masalah di tanahnya sebelum ia memutuskan apakah akan terus memegang tanah itu atau membuangnya. Ia mungkin telah diberi pendapatan dari dua panen dengan mana untuk membayar harga beli nominal untuk ditetapkan pada penilaian tanah untuk tujuan perpajakan. Ketika
Laodike dapat melakukan pembayaran, tanah yang ingin dibelinya dapat menjadi bagian dari tanah kerajaan dan tidak dapat dijadikan sebagai bagian dari keterikatan pada sebuah kota. Satu-satunya yang dapat memesan realokasi atau mengatur ulang lahan adalah raja.
Ketika
Laodike menjual lampiran tanah, pemilik baru tidak diizinkan untuk memindahkannya dari kota atau menempelkannya ke kota lain. Karena ia adalah mantan ratu, sebagai bagian dari penjualan tanah, ia memiliki semuanya di tanah yang diserahkan kepadanya saat penjualan. Ia mengumpulkan pendapatan dari panen tahunan dan bentuk lainnya dari tanahnya.
Antiokhos, pada suatu kesempatan, memberi
Laodike sebuah pengecualian pajak properti yang lengkap.
Kematian Antiokhos II dan keluarga keduanya
Selama pernikahan
Antiokhos II dengan Berenice, ia melahirkan seorang putra bernama
Antiokhos.
Laodike I tinggal di Ephesos. Pada tanggal 28 Januari, 246 SM, Ptolemaios II meninggal, dan digantikan oleh Ptolemaios III Euergetes. Setelah kematian Ptolemaios II,
Antiokhos II meninggalkan keluarga keduanya di Antiokhia dan kembali ke
Laodike. Ia menunjuk putra pertamanya dengan
Laodike sebagai pewarisnya atas takhta.
Pada bulan Juli 246 SM,
Antiokhos II meninggal (beberapa menyatakan bahwa ia diracuni oleh
Laodike yang membalas dendam) meninggalkan situasi dinasti yang membingungkan. Seleukos II menggantikan ayahandanya sebagai raja dan saudaranya
Antiokhos Hierax ditunjukan sebagai rekan-pemimpin di Sardis. Mereka tinggal dengan
Laodike di Ephesos.
Laodike, baik untuk balas dendam atau untuk mencegah perang saudara, membunuh Berenice dan putranya pada akhir musim panas tahun 246 SM.
Dari kemarahannya, saudara Berenice, Ptolemaios III mengumumkan perang dan menyerang Kekaisaran Seleukia. Kecurigaannya tentang kematian saudarinya dan keponakannya tertanam kuat dan merupakan bagian dari penyebab Perang Suriah Ketiga yang juga dikenal sebagai ‘Perang Laudikea’ atau ‘Perang Laudike’. Ptolemaios menawan Laudike dan membunuhnya. Hal ini terjadi tidak lebih awal dari tahun 236 SM karena terdapat dua prasasti kehormatan di Babilon yang dipersembahkan kepadanya pada tanggal 247 SM dan 237 SM. Selama perang, sementara Seleukos melawan Ptolemaios,
Laodike mendukung pemberontakan putra keduanya melawan putra pertamanya. Peristiwa ini terjadi pada tahun 244 SM yang menyebabkan perang sipil selama 17 tahun berikutnya di antara Seleukos II dan
Antiokhos Hierax.
Referensi
Sumber
Laodice I article at Livius.org Diarsipkan 2016-10-27 di Wayback Machine.
Antiochus II Theos article at Livius.org Diarsipkan 2009-08-30 di Wayback Machine.
Seleucus I Nicator article at Livius.org Diarsipkan 2009-03-28 di Wayback Machine.
Seleukid Genealogies and Biographies - Antiochos II
Seleucid genealogy Diarsipkan 2012-03-24 di Wayback Machine.
R.A. Billows, Kings and Colonists: Aspects of Macedonian Imperialism, Brill, 1995
G.W. Bromiley, International Standard Bible Encyclopedia: A-D, Wm. B. Eerdmans Publishing, 1995
J.D. Grainger, A Seleukid Prosopography and Gazetteer, Brill, 1997
G.G. Aperghis, The Seleukid Royal Economy: The Finances and Financial Administration of the Seleukid Empire, Cambridge University Press, 2004
A. Coșkun, "
Laodike I, Berenike Phernophoros, Dynastic Murders, and the Outbreak of the Third Syrian War (253-246 BC)," in: Seleukid Royal Women: Creation, Representation and Distortion of Hellenistic Queenship in the Seleukid Empire, ed. by A.Coșkun and A. McAuley, Steiner, 2016, 107-134
Lihat pula
Mausoleum Belevi