Arbanat adalah jajanan tradisional yang berasal dari Indonesia yang terbuat dari gula pasir yang dipanaskan dan ditambahkan pewarna makanan. Jajanan ini juga terdapat di Prancis dengan nama Barbe a Papa yang artinya jenggot ayah. Makanan ini juga dikenal dengan nama Rambut Nenek, karena awalnya makanan ini berawal putih dan berbentuk menyerupai rambut nenek.
Arbanat merupakan jajanan yang populer di tahun 1980-an hingga 1990-an dan memiliki tekstur berserat seperti serutan dan berbeda dengan gulali ataupun permen kapas dalam hal tekstur. Gulali memiliki tekstur padat dan kental, sedangkan permen kapas terasa ringan ketika dimakan.
Jajanan ini biasa disajikan ketika lebaran di beberapa rumah dikarenakan jajanan ini banyak disukai oleh anak-anak kecil.
Arbanat juga biasa dijajakan di depan sekolah-sekolah ketika jam waktu pulang tiba.
Arbanat saat ini biasa dimakan dengan opak warna-warni yang ditumpukkan di antara
Arbanat itu sendiri.
Sejarah
Jajanan ini disebutkan berasal dari beberapa daerah, seeperti dari dari Krian, Jawa Timur, dari Talang, Banyuasin, Malang atau bahkan dari Lamongan. .
Namun, sejak tahun 1950-an jajanan ini sudah banyak tersebar di Kota Malang. Beberapa etnograf dari Belanda juga mencatat profesi pedagang keliling ini, dimungkinkan manisan yang dijual keliling itu penganan kuna.
Pada zaman dahulu, jajanan ini pernah dibeli hanya dengan cara menukarkan barang bekas berupa botol atau kaleng. Biasanya pedagang
Arbanat itu akan berkeliling dari rumah ke rumah dan menjajakan jajanannya sambil bermain alat musik berupa rebab (semacam alat gesek seperti biola). Namun sekarang, penjual tersebut sudah tidak melakukan hal itu lagi. Kuliner manis ini juga dibungkus dengan menggunakan kertas bekas, baik koran berkas maupun kertas hasil ujian bekas.
Keunikan
Arbanat dulunya berwarna putih, karena tanpa pewarna makanan. Tetapi sekarang
Arbanat diberi pewarna makanan yang membuatnya berwarna-warni seperti merah muda, kuning, atau hijau. Rasanya juga bermacam-macam, misalnya durian, melon, pandan dan lain sebagainya.
Penjual
Arbanat ini telah ada sejak tahun 1950-60-an hingga sampai sekarang tampak tidak mengalami perubahan yang besar. Pada umumnya mereka mengenakan pakaian gelap dan mengenakan baju Madura. Di dalamnya mengenakan kaus atau kemeja warna muda atau terang. Penjual ini khas dengan memakai topi rotan bulat atau terbuat dari kain.
Tempat
Arbanat disimpan terbuat dari kaleng bekas minyak kelapa yang dimodifikasi sehingga di bagian atasnya ada pembuka, di bagian depan ada kaca tembus pandang sehingga
Arbanat dapat terlihat dengan jelas. Di bagian samping ada tempat mengkait gula-gula yang tebuat dari garpu, sementara bagian sisi kiri ada bagian yang ditutup seperti penutup kaleng kerupuk yang berfungsi sebagai tempat uang.
Biasanya penjual
Arbanat berkeliling sambil memainkan alat musik Rebab yaitu semacam biola. Rebab yang digunakan adalah Rebab yang memiliki dua dawai yang larasnya mendekati laras selendro. Jika diperhatikan cara memainkan yang diletakan di pinggang, rebab ini lebih dekat dengan rebab cina dari pada rebab Jawa.
Proses pembuatan
Proses membuat
Arbanat tidak berbeda dengan cara membuat gulali. Hanya berbeda dalam menggunakan bahan baku, dimana
Arbanat tidak hanya berbahan gula namun dicampur dengan tepung sebanyak 30 %. Teknik pembuatannya seperti membuat mie tradisional cina. Proses selanjutnya yakni memasak gula pasir dengan air pada wajan hingga mengental. Proses pembuatannya harus diaduk terus menerus agar gula tidak menempel pada wajan dan menjadi gosong dan memakan waktu sekitar 2 jam.
Setelah berubah menjadi karamel, adonan gula kemudian dituang dalam sebuah wadah. Kemudian, karamel ditarik-tarik hingga berbentuk seperti rambut. Proses memerlukan waktu lama dan memakan banyak tenaga.
Referensi