- Source: Argamukti, Argapura, Majalengka
Argamukti adalah desa di kecamatan Argapura, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia.
Argamukti diambil dari 2 kata yaitu Arga yang memiliki arti Gunung dan Mukti yang memiliki arti Subur dimana jika kita gabungkan kedua arti tersembut maka akan memiliki makna Gunung yang memiliki tanah yang subur. Sesuai dengan letak geografis dari desa Argamukti dimana desa ini terletak pada Kaki Gunung Ciremai
Sejarah Desa Argamukti
Sebelum tahun 1930, Desa Argamukti memiliki nama Desa Apuy. Apuy berasal dari anak pangeran israh dan istrinya yang bernama Angkak. Dikatakan demikian karena konon kabarnya ketika pangeran israh bersama teman - temannya sedang membabat hutan untuk dibuat pemukiman ada "Sora tanpa Rupa" (suara tanpa wujud) yang mengatakan "Namaku dalem Rangga, maaf hutan ini jangan diganggu, tetapi andai kata akan memaksa ada syarat yang harus kalian penuhi, tempat ini boleh dijadikan pemukiman asal setiap tahun harus menyembelih seekor Kambing Hitam setiap bulan Raya Agung (Idhul Adha) pada minggu terakhir, hari senin atau kamis. Lalu dilanjutkan dengan kata-kata "Istri kamu hei pangeran israh, sedang hamil, kalau nanti melahirkan seorang anak seorang laki-laki beri dia nama Apuy dan apabila pemukiman ini menjadi sebuah desa, berilah nama desa ini Apuy.
Berdirinya Desa Argamukti (Apuy)
Pada tahun 1520 Indonesia pada waktu itu sedan dijajah oleh bangsa Portugis. Cirebon salah satu kota yang berada di pulau Jawa bagian Barat dan berada di tepi pantai laut Jawa, terkena dampak penjajahan. Keadaan kota tidak aman, selalu terjadi kerusuhan dan kekacauan. Pangeran Israh yang masih keturunan syeikh Syarif Hidayatullah berasal dari karanggetas rnerasa hidupnya tidak aman, Ketakutan dan kecemasan meliputi semua penduduk Cirebon pada waktu itu.Karenanya Pangeran Israh ingin menjauh dari keadaan yang tidak menentu ini. la bersama dengan seorang saudara kandungnya berniat meninggalkan kota Cirebon. Dengan bekal kebulatan hati kedua orang bersaudara ini meninggalkan kota Cirebon dengan tujuan yang berbeda, Pangeran Israh menuju gunung Cirernai, sedangkan saudaranya menuju kota sumedang. Pangeran israh dengan segala suka dan duka bersusah payah menelusuri dan mendaki gunung Ciremai. Pada suatu hari tibalah ke salah satu tempat karena merasa keleIahan ia beristirahat di tempat ini.Dikala sedang merasakan nikmatnya hawa pegunungan yang serasa sejuk dan nyaman ia melihat-lihat keadaan sekitar peristirahatannya. Alangkah cocoknya tempat ini kalau dijadikan pemukiman, kata pangeran Israh dalam hatinya. Maka timbulah dalam hatinya bahwa tempat ini akan dijadikan pemukiman,Tempat ini berbentuk Garuda Mupuk sangat baik untuk dijadikan pemukiman. Setelah beberapa hari pangeran Israh beristirahat, ia bermaksud pulang dulu ke Cirebon dengan berbesar hati ia akan mengajak teman-temannya untuk membuat pemukirnan di tempat ini. Pangeran Israh dengan keempat temannya yakni Boleh, Sabo, Salimpet dan Amisem bertekad untuk mendirikan sebuah pemukiman di kaki gunung Ciremai. Keesokan harinya setelah Pangeran Israh berada lagi di kaki gunung Ciremai bersama keempat temannya mulai bekerja keras membabat hutan membenahi tempat untuk dijadikan tempat tinggal. Tak terkisahkan berapa bulan lamanya Pangeran Israh membenahi pemukiman ini,Terkisahkan tempat ini sudah menjadi perkampungan kecil, karena pendatang makin bertambah khususnya dari Kota Cirebon. Tak lama kemudian Pangeran Israh merintis membuat suatu perkampungan baru di kaki Gunung Ciremai, ia menikah dengan seorang gadis dari Cirebon yang bernarna Angkak. Dari pernikahan ini pangeran Israh mempunyai seorang anak yang di beri nama Apuy. Pemukiman ini makin lama Penduduknya makin bertambah, karena banyak penduduk Cirebon yang sengaja berpindah untuk mengikuti jejak Pangeran Israh. Pangeran Israh mengundang para penduduk untuk mengadakan riungan bermaksud memusaywarahkan masalah perkampungan ini yang sudah banyak penduduknya dan cukup dijadikan sebuah Desa. Dari hasil musyawarah tersebut memutuskan bahwa perkampungan ini di buat sebuah desa dan sekaligus desa ini diberi nama Desa Apuy. Terkisahkan pula bahwa tempat mandi dan wudlu Pangeran Israh di beri nama Ciapuy dan tempat bercocok tanam nya disebut Gunung Apuy.
Pemerintahan Desa Argamukti(Apuy) Dari masa ke masa
Masa Pemerintahan Pangeran Israh dibantu oleh
Indra
Ruhiat
Enu
Tarmad
Sartawi
Rupi'i
Masa Pemerintahan Rupi'i dibantu oleh
Juru Tulis : Emat
Raksabumi : Nemi
Kapala : Karyata
Ucap gawe : Nenti
Masa Pemerintahan Sukarta
Juru Tulis : Natawijaya
Raksabumi : Nemi
Kapala : Emot
Ucap Gawe : Udat
Masa Pemerintahan Ubung (1954 - 1984) dibantu oleh
Juru Tulis : acap
Raksabumi : adil
Kapala : Maksudi
Ucap Gawe : Udat
Masa Pemerintahan Acap (1982 - 1984) Hanya mengisi kekosongan 2 tahun
Masa Pemerintahan Hamdani (1984 - 1992) dibantu oleh
Juru Tulis : Uso
Raksabumi : Emo
Kapala : Bandi
Ucap Gawe : Udih
Masa Pemerintahan Oyeng Carkiyah (1994 - 2002) dibantu oleh
Sekdes : Uso
Kaur Pemerintahan : Oman
Kaur Kesra : Rapi'i
Kaur ekbang : Nana
Kaur LKMD : Acap
Masa Pemerintahan Uso (2003 - 2012) dibantu oleh
Sekdes : Rukman
Kaur Pemerintahan : Dedeng
Kaur Umum : Odi
Kaur Kesra : Ojo
Kaur Ekbang: Udih
Kaur BPD : Ojo S
Masa Pemerintahan Ade Umbara (2013 - Sekarang(2023)) dibantu Oleh
Sekdes : Engkus
Kasi Pemerintahan : Toni Mulyanto
Kasi Ekbang : Aedin
Kasi Kesra : Iyan Nugraha
Kaur Umum : Yayan Handayani
Kaur Keuangan : Asep Sofyan Martin
Kaur Aset : Odi
Ketua BPD : Endin Rusdiana S.Pd
Juru Pemelihara (Kuncen Yang ada pada Desa Argamukti) Dari masa ke masa
Apuy Baidin
Sawali
Pian
Rasmi
Asrep
Naras
Karsa
Ariksan
Sapnah
Hamdi
Nata
Letak dan Batas Wilayah desa Argamukti
Sebelah Utara : Desa Argalingga
Sebelah Timur : Tanah Kehutanan di Kaki Gunung Ciremai
Sebelah Selatan : Desa Teja Mulya
Sebelah Barat : Desa Sukadana
=
=Kata Kunci Pencarian:
- Argamukti, Argapura, Majalengka
- Kabupaten Majalengka
- Argapura, Majalengka
- Tejamulya, Argapura, Majalengka
- Haurseah, Argapura, Majalengka
- Sadasari, Argapura, Majalengka
- Argalingga, Argapura, Majalengka
- Cibunut, Argapura, Majalengka
- Cikaracak, Argapura, Majalengka
- Sukadana, Argapura, Majalengka