Armia Krajowa (disingkat AK atau Tentara Dalam Negeri) adalah gerakan perlawanan yang dominan di wilayah Polandia yang diduduki Jerman selama Perang Dunia II. AK dibentuk pada bulan Februari 1942 dari Persatuan Perjuangan Bersenjata (bahasa Polandia: Związek Walki Zbrojnej atau ZWZ) sebelumnya yang didirikan setelah invasi Jerman dan Soviet tahun 1939. Selama lebih dari dua tahun berikutnya, AK menyerap sebagian besar pasukan bawah tanah Polandia lainnya dan setia kepada Pemerintahan Polandia dalam pengasingan, lalu dijadikan sayap bersenjata dari apa yang kemudian dikenal dengan sebutan Negara Bawah Tanah Polandia.
AK melakukan sabotase terhadap sarana transportasi Jerman yang menuju ke Front Timur di Uni Soviet, menghancurkan suplai dan menahan pasukan penting Jerman, juga bertempur melawan Jerman terutama pada peristiwa-peristiwa yang terjadi tahun 1943 dan terlibat dalam Operasi Tempest sejak bulan Januari 1944. Operasi AK yang paling terkenal adalah keterlibatannya dalam Pemberontakan Warsawa yang berlangsung sejak bulan Agustus hingga September 1944. Perkiraan jumlah kekuatan pasukan AK pada tahun tersebut antara 200.000 hingga 600.000 prajurit, hal ini tidak hanya membuat AK menjadi gerakan perlawanan bawah tanah terbesar di Polandia saja, tetapi bersama dengan Partisan Soviet, merupakan salah satu dari dua gerakan bawah tanah terbesar di Eropa pada Perang Dunia II.
Ketika hubungan Soviet-Polandia memburuk, tumbuh konflik antara AK dengan pasukan Soviet. Kesetiaan AK pada Pemerintah Polandia dalam pengasingan, menyebabkan pemerintah Soviet beranggapan bahwa AK sebagai penghalang untuk memperkenalkan pemerintahan ramah komunis di Polandia, yang menghalangi kerja sama antara keduanya dan dalam berbagai hal mengarah kepada timbulnya konflik dan perpecahan. Pada tanggal 19 Januari 1945, segera setelah Tentara Merah membersihkan sebagian besar wilayah Polandia dari pasukan Jerman, AK dibubarkan.
Ribuan mantan prajurit AK dideportasi ke Gulag dan penjara-penjara Soviet, sementara mantan anggota tentara lainnya termasuk sejumlah komandan atau perwira senior, dieksekusi oleh Soviet oleh apa yang dikenal dengan peristiwa Pembantaian Katyn yang terjadi pada 1940. Setelah perang, terutama pada tahun 1950-an dan 1960-an, propaganda pemerintah komunis menggambarkan
Armia Krajowa sebagai kekuatan yang menindas dan reaksioner. Reputasi AK berhasil dipulihkan dalam masyarakat, setelah kejatuhan Komunis di Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Sejarah
Berawal dari gerakan perlawanan Polandia pertama yang dibentuk atas perintah Jenderal Juliusz Rómmel, yang dinamakan Layanan untuk Kemenangan Polandia (bahasa Polandia: Służba Zwycięstwu Polski atau SZP), dengan Panglimanya Jenderal Michał Karaszewicz-Tokarzewski. Gerakan SZP dibentuk tanggal 27 September 1939, menjelang berakhirnya invasi Jerman dan Soviet ke Polandia. Kemudian pada tanggal 17 November 1939, SZP digantikan oleh Persatuan Perjuangan Bersenjata (ZWZ) atas perintah Jenderal Władysław Sikorski. hingga kemudian menjadi
Armia Krajowa tanggal 14 Februari 1942. Pada saat itu, banyak organisasi-organisasi perlawanan lainnya yang aktif di Polandia, meskipun sebagian besar dari organisasi tersebut bergabung dengan Perlawanan Bersenjata atau bergabung dengan AK dan secara substansial jumlah pasukannya bertambah antara tahun 1939 hingga 1944.
Armia Krajowa setia kepada Pemerintahan Polandia dalam pengasingan dan agennya di Polandia (dalam pendudukan) yang bernama Delegasi Pemerintah untuk Polandia (bahasa Polandia: Delegatura Rządu Rzeczypospolitej Polskiej na Kraj atau Delegatura). Pemerintah sipil Polandia membayangkan AK sebagai organisasi perlawanan nasional non-politik. Komando tertinggi menyatakan bahwa tugas-tugas utama AK, sebagai partisan perang melawan penjajah Jerman dan pembentukan kembali Angkatan Bersenjata bawah tanah. Rencana-rencana AK yang membayangkan ketika perang berakhir, merestorasi pemerintahan ke masa sebelum perang dan kembalinya Pemerintahan Polandia dalam pengasingan ke Polandia.
Meskipun secara teori, AK berada di bawah otoritas sipil dan Pemerintah Polandia dalam pengasingan di London, AK sering kali bertindak secara independen tanpa disadari sepenuhnya baik oleh Panglimanya maupun "Pemerintahan London".
Setelah invasi Jerman ke Uni Soviet tanggal 22 Juni 1941, Uni Soviet bergabung dengan Blok Sekutu dan menandatangani Perjanjian Inggris-Soviet pada tanggal 2 Juli 1941. Hal tersebut menempatkan Polandia dalam situasi yang sulit karena sebelumnya, Polandia mengejar kebijakan "dua musuh". Meskipun Perjanjian Polandia-Soviet ditandatangani pada bulan Agustus 1941, kerjasama tersebut semakin sulit dan terus memburuk setelah tahun 1943, terutama ketika Jerman Nazi mengumumkan kasus Pembantaian Katyn yang dilakukan Soviet pada tahun 1940.
Hingga pemberontakan terjadi pada tahun 1944, pasukan AK berkonsentrasi pada pertahanan diri (membebaskan sandera dan tahanan serta pertahanan terhadap operasi pasifikasi Jerman) dan serangan-serangan terhadap pasukan Jerman. Unit-unit AK melakukan ribuan serangan bersenjata dan operasi intelijen, menyabotase ratusan pengiriman suplai melalui jalur kereta api dan berpartisipasi dalam banyak bentrokan-bentrokan partisan serta bertempur dengan unit-unit polisi dan Wehrmacht. Pasukan AK juga melakukan pembunuhan terhadap kolaborator Nazi terkemuka dan pejabat Gestapo sebagai pembalasan terhadap teror yang menimpa warga sipil Polandia. Individu terkemuka yang dibunuh pasukan AK di antaranya seorang aktor Polandia Karol Juliusz Sym (dikenal dengan Igo Sym) yang ditembak di depan pintu apartemennya tahun 1941 dan seorang pejabat SS, Franz Kutschera yang ditembak di mobil, dekat Markas Besar SS di Warsawa tahun 1944.
Keanggotaan
= Kekuatan
=
Ketika AK terbentuk dari gerakan perlawanan bersenjata pada bulan Februari 1942, anggotanya berjumlah sekitar 100.000 orang. Kurang dari setahun kemudian, yakni pada awal tahun 1943, jumlah anggotanya berjumlah kira-kira 200.000 orang. Ketika Operasi Tempest dimulai pada musim panas tahun 1944, anggota pasukan AK mencapai jumlah tertinggi pada paruh pertama tahun tersebut, diperkirakan berkisar antara 200.000 hingga 300.000, 380.000 dan 400.000 hingga 400.000–500.000 meskipun secara umum perkiraan jumlah keanggotaan pasukan AK rata-rata sekitar 400.000 orang, estimasi jumlah anggota pasukan AK yang bervariasi disebabkan karena adanya integrasi (keluar masuknya anggota) yang terus-menerus dari organisasi-organisasi perlawanan lain ke dalam barisan AK dan bahwa sementara jumlah anggota pasukan AK berjumlah banyak serta anggota simpatisan AK yang jumlahnya jauh lebih banyak, tetapi jumlah anggota pasukan bersenjatanya yang turut berpartisipasi dalam operasi pada waktu-waktu tertentu, jumlahnya lebih sedikit, karena jumlah persenjataan yang tidak memadai. Sedikitnya kira-kira satu persen pada tahun 1943 dan sebanyak lima hingga sepuluh persen pada tahun 1944.
Jumlah anggota pasukan AK pada tahun 1944, meliputi kader-kader 10.000-11.000 perwira, 75.000 perwira dalam pelatihan (bahasa Polandia: podchorąży) dan 88.000 Bintara. Kader perwira dibentuk dari perwira-perwira dan bintara sebelum perang yang lulus dari pelatihan bawah tanah dan operasi-operasi elite yang biasanya diterjunkan dari Barat (pasukan terjun payung Cichociemni). Kesatuan paling kecil AK adalah peleton reguler, yang berjumlah antara 35-50 orang dan versi kerangka peleton tak bergerak, beranggotakan antara 16-25 orang. Pada bulan Februari 1944, pasukan AK memiliki kekuatan sejumlah 6.287 peleton reguler dan 2.613 kerangka peleton. Jumlah tersebut tidak hanya menjadikan AK sebagai gerakan perlawanan terbesar di Polandia, tetapi sebagai salah satu dari dua gerakan perlawanan terbesar di Eropa dalam Perang Dunia II. Jumlah korban selama perang, diperkirakan sekitar 34.000 hingga 100.000 orang, ditambah dengan 20.000 hingga 50.000 setelah perang (korban dan tawanan).
= Demografis
=
Armia Krajowa dimaksudkan sebagai organisasi massa yang dibentuk oleh sejumlah perwira inti sebelum perang. Prajurit-prajurit AK terbagi menjadi tiga kelompok, di mana dua kelompok pertama terdiri dari "anggota tetap", yang melakukan operasi-operasi rahasia, sebagian besar tinggal di lingkungan perkotaan dengan identitas palsu (hampir sebagian besar perwira AK menjadi anggota kelompok ini) dan kelompok partisan berseragam (hingga tingkat tertentu) yang tinggal di wilayah-wilayah hutan yang melakukan perang terbuka dengan Jerman (kelompok ini diperkirakan berjumlah 40 kelompok, terdiri dari 1.200–1.400 orang pada awal 1943, tetapi jumlahnya terus meningkat selama Operasi Tempest). Kelompok ketiga, merupakan kelompok terbesar yang beranggotakan "anggota tidak tetap", terdiri dari simpatisan yang menjalani "kehidupan ganda" dengan nama asli dan rumah mereka sesungguhnya. Anggota ini tidak menerima pembayaran atas jasanya dan tetap berhubungan dengan komandan pasukan yang menyamar, tetapi jarang dikerahkan dalam operasi-operasi, sebagaimana AK merencanakan mereka untuk berjuang dalam rencana pemberontakan nasional.
AK juga dimaksudkan sebagai perwakilan bangsa Polandia dan para anggotanya direkrut dari sebagian besar partai dan kelas-kelas sosial. Pertumbukan AK sebagian besar karena berdasarkan penggabungan sejumlah organisasi-organisasi perlawanan yang lebih kecil ke dalam barisannya, sebagian besar organisasi perlawanan bersenjata bawah tanah Polandia, digabungkan ke dalam barisan AK (meskipun di antaranya mempertahankan berbagai tingkatan otonomi sendiri). Organisasi terbesar yang bergabung dengan AK adalah organisasi sayap kiri Batalion Petani (bahasa Polandia: Bataliony Chłopskie) antara tahun 1943-1944 dan sebagian dari Angkatan Bersenjata Nasional (bahasa Polandia: Narodowe Siły Zbrojne atau NSZ) berada di bawah komando AK. Oleh karenanya, masing-masing unit AK memiliki pandangan yang bervariasi secara substansial terhadap politik (terutama sikapnya terhadap etnis minoritas dan Uni Soviet). Kelompok terbesar yang sama sekali menolak untuk bergabung dengan AK adalah kelompok tentara komunis pro-Soviet, Tentara Rakyat (bahasa Polandia:
Armia Ludowa) yang pada puncaknya beranggotakan 30.000 orang pada tahun 1944.
= Wanita
=
Armia Krajowa beranggotakan sejumlah prajurit wanita. Sebagian besar, prajurit wanita tersebut bertugas di cabang komunikasi, di mana banyak dari mereka yang memegang peran kepemimpinan atau menjadi kurir. Kira-kira sepertujuh atau sepersepuluh anggota pemberontak AK merupakan wanita.
Banyak wanita-wanita yang berpartisipasi dalam aksi Pemberontakan Warsawa, khususnya sebagai pengintai atau tenaga medis yang diperkirakan berjumlah sekitar 75% dari seluruh tenaga medis dalam barisan AK. Pada akhir pemberontakan, jumlah korban pemberontak wanita sekitar 5.000 orang dengan 2.000 di antaranya ditangkap, penangkapan tersebut dilaporkan dalam pers kontemporer yang menyebabkan "sensasi Eropa".
Struktur
Markas besar
Armia Krajowa dibagi menjadi lima seksi, dua biro dan beberapa unit-unit khusus yang terdiri dari:
Seksi I: Organisasi–Personel, peradilan dan agama
Seksi II: Intelijen dan kontra-intelijen
Seksi III: Operasi dan pelatihan–Koordinasi, perencanaan, persiapan aksi pemberontakan nasional
Seksi IV: Logistik
Seksi V: Komunikasi–termasuk dengan Sekutu Barat dan parasut
Biro Informasi dan Propaganda (juga disebut dengan "Seksi VI")–Informasi dan propaganda
Biro Keuangan (juga disebut dengan "Seksi VII")–Keuangan
Kedyw (Kierownictwo Dywersji atau Direktorat Pengalihan)–Operasi khusus
Direktorat Perlawanan Bawah Tanah
Panglima AK berada di bawah hirarki komando Panglima tertinggi Polandia (Inspektorat Jenderal Angkatan Bersenjata) dari Pemerintah Polandia dalam pengasingan dan bertanggung jawab dalam hirarki komando sipil dari Delegasi Pemerintah untuk Polandia (Delegatura).
Panglima AK pertama, hingga tertangkap oleh Jerman tahun 1943 adalah Stefan Rowecki (nom de guerre "Grot"). Tadeusz Bór-Komorowski (Tadeusz Komorowski, nama samaran "Bór") yang menjabat sejak Juli 1943 hingga ia menyerah, ketika aksi Pemberontakan Warsawa berhasil ditumpas Jerman bulan Oktober 1944. Leopold Okulicki (nama samaran "Niedzwiadek"), yang memimpin AK hingga hari-hari terakhirnya.
= Wilayah
=
Secara geografis
Armia Krajowa terbagi menjadi cabang-cabang regional atau wilayah (obszar) yang dibagi lagi menjadi sub-region atau sub-wilayah (podokręg) atau wilayah independen (okręgi samodzielne). Pada awal 1944, terdapat 89 inspektorat dan 280 distrik (obwód) sebagai kesatuan organisasi terkecil. Secara keseluruhan, sebagian besar struktur regional AK menyerupai divisi administrasi antar-perang Polandia dengan okręg yang serupa dengan unit administratif Polandia.
Terdapat tiga hingga lima Wilayah: Wilayah Warsawa (Obszar Warszawski, dengan beberapa sumber yang menyatakan perbedaan atas area tepi kiri dan kanan, Obszar Warszawski prawo- i lewobrzeżny), Wilayah Barat (Obszar Zachodni, di daerah Pommern dan Poznań), Wilayah Tenggara (Obszar Południowo-Wschodni, di daerah Lviv). Berbagai sumber lain menyatakan bahwa terdapat Wilayah Timur Laut (berpusat di Białystok atau Obszar Białystocki) atau Białystok diklasifikasikan sebagai Wilayah independen (Okręg samodzielny Białystok).
Pada tahun 1943,
Armia Krajowa membentuk kembali Angkatan Bersenjata Polandia ke formasi sebelum Perang, berbagai kesatuannya dibentuk berdasarkan Peleton, Batalion, Resimen, Brigade, Divisi dan kelompok-kelompok Operasi.
Operasi
= Intelijen
=
Armia Krajowa (AK) memberikan informasi Intelijen yang berharga kepada Sekutu, di mana 48 persen dari seluruh laporan yang diterima oleh Agen Rahasia Inggris dari Benua Eropa antara tahun 1939 hingga 1945 berasal dari sumber-sumber Polandia. Informasi tersebut diperkirakan berjumlah 80.000 laporan dan 85 persen dari laporan tersebut dianggap berkualitas tinggi atau lebih baik. Jaringan intelijen Polandia berkembang dengan pesat, terdapat sekitar 1.600 agen yang terdaftar menjelang perang berakhir.
Sekutu Barat memiliki aset intelijen yang terbatas di Eropa Tengah dan Timur. Jaringan intelijen Polandia yang luas terbukti menjadi sumber utama, antara penyerahan Prancis dan jaringan Sekutu lainnya yang belum berkembang pada saat itu, bahkan hal tersebut digambarkan sebagai "satu-satunya aset intelijen yang bersekutu di Benua Eropa". Menurut sejarawan Polandia Marek Ney-Krwawicz, bagi Sekutu Barat, informasi intelijen yang diberikan oleh AK dianggap sebagai informasi dengan sumber terbaik di Front Timur.
AK memberikan informasi-informasi intelijen mengenai kamp-kamp konsentrasi Jerman dan Holokaus di Polandia (termasuk laporan pertama oleh penyelidik Jan Karski yang diterima oleh Sekutu), informasi tentang operasi-operasi kapal selam Jerman dan yang paling terkenal adalah informasi tentang Peluru Kendali (Rudal) balistik V-1 dan V-2. Dalam satu misi Proyek Big Ben (Operasi Most III), sebuah pesawat angkut Angkatan Udara Britania Raya (RAF) bermesin ganda Dakota, terbang dari Brindisi, Italia, menuju ke sebuah lapangan udara Jerman yang terbengkalai di Polandia, untuk mengambil laporan intelijen yang disiapkan oleh seorang desainer pesawat Polandia yang bernama Antoni Kocjan, termasuk puing-puing rudal V-2 seberat 45 Kg yang berhasil dikumpulkan dari lokasi peluncuran Peenemünde, Jerman. Laporan tersebut bertajuk Special Report 1/R, no. 242 yang berisi foto-foto, delapan bagian penting rudal dan gambar puing-puing V-2. Agen Polandia juga memberikan laporan tentang produksi perang Jerman, pergerakan pasukan dan semangat juangnya. Jaringan intelijen Polandia meluas hingga ke luar Polandia bahkan Eropa, sebagaimana jaringan intelijen yang diatur oleh agen Mieczysław Zygfryd Słowikowski di Afrika Utara yang digambarkan sebagai "satu-satunya jaringan ... Sekutu di Afrika Utara". Jaringan intelijen Polandia bahkan memiliki 2 agen dalam komando tinggi Jerman sendiri.
Kontribusi informasi intelijen AK atas kemenangan Sekutu dinyatakan sebagai "kontribusi besar tidak proporsional" dan dinyatakan bahwa "pekerjaan yang dilakukan oleh intelijen AK tidak diragukan lagi dalam mendukung upaya Angkatan Bersenjata Sekutu lebih efektif dari pada aktivitas subversif dan gerilya".
= Propaganda dan subversi
=
AK juga melakukan perang psikologis. Operasinya yang dikenal dengan "Operasi N" membuat gerakan Jerman seolah-olah menentang Adolf Hitler di Jerman sendiri. Selain itu AK juga menerbitkan buletin mingguan yang bertajuk "Buletin Informasi" (Biuletyn Informacyjny) yang mencapai sirkulasi tertinggi hingga 50.000 eksemplar pada 25 November 1943.
= Operasi-operasi utama
=
Kegiatan sabotase dikoordinasikan oleh organisasi perlawanan Persatuan Pembalasan (bahasa Polandia: Związek Odwetu atau ZO) yang dibentuk oleh Jenderal Stefan Rowecki, kemudian selanjutnya dikoordinasikan oleh unit sabotase dari organisasi Persatuan Perjuangan Bersenjata (bahasa Polandia: Związek Walki Zbrojnej) yang bernama unit Wachlarz dan unit AK sendiri yang bernama Kedyw.
Operasi-operasi militer dan sabotase AK meliputi;
Operasi Wieniec, yang menyabotase transportasi rel Jerman (1942)
Pemberontakan Zamość (1942-1943), yang menyabotase rencana Jerman atas pengusiran paksa warga Polandia di wilayah Zamość dalam Generalplan Ost
Perlindungan penduduk Polandia dari pembantaian di Volhinia (1943-1944)
Operasi Taśma, serangkaian serangan terhadap pos-pos perbatasan Jerman di perbatasan antara Pemerintahan Umum dan teritorial yang dianeksasi oleh Jerman (1943)
Operasi Jula, operasi sabotase lainnya atas transportasi rel Jerman (1944)
Operasi yang paling terkenal yakni Operasi Tempest, meliputi serangkaian pemberontakan skala nasional yang utamanya bertujuan untuk mengambil alih kendali atas kota-kota dan wilayah-wilayah di mana pasukan Jerman mempersiapkan pertahanan atas Tentara Merah Soviet, sehingga otoritas sipil bawah tanah Polandia dapat mengambil alih kekuasaan sebelum kedatangan pasukan Soviet.
Operasi yang paling terkenal dalam pertempuran Operasi Tempest, Pemberontakan Warsawa yang merupakan upaya untuk membebaskan ibu kota Polandia. Dimulai pada tanggal 1 Agustus 1944, pasukan Polandia mengambil alih sebagian besar wilayah kota dan melawan pasukan Jerman yang berlangsung selama 62 hari hingga tanggal 2 Oktober 1944. Pasukan Jerman akhirnya dapat mengalahkan pasukan Polandia karena tidak mendapatkan bantuan dari Tentara Merah yang sedang dalam perjalanannya menuju Warsawa. Kemudian pasukan Jerman membakar kota dan menumpas pemberontakan tanggal 2 Oktober. Operasi-operasi pemberontakan pasukan AK lainnya yakni Operasi Ostra Brama di Vilnius dan Pemberontakan Lwów. AK juga merencanakan pemberontakan di Kraków, namun aksi ini dibatalkan karena berbagai alasan, di antaranya yakni kurangnya anggota pasukan dan persenjataan yang tidak memadai serta pertahanan Jerman yang terlalu kuat, karena Kraków merupakan ibu kota Pemerintahan Umum serta berbagai pertimbangan-pertimbangan lainnya. Sementara pasukan AK berhasil membebaskan sejumlah tempat-tempat dari kendali Jerman, seperti wilayah Lublin, di mana struktur regional dapat membentuk fungsi pemerintah, tetapi akhirnya pasukan AK gagal dalam membebaskan cukup wilayah atas kemungkinan Pemerintah Polandia dalam pengasingan di London, kembali ke Polandia karena permusuhannya dengan Uni Soviet.
Pasukan AK juga menyabotase transportasi rel dan jalan milik Jerman menuju Front Timur di Uni Soviet. Seorang Profesor Inggris bernama Richard J. Crampton menyatakan bahwa seperdelapan dari transportasi Jerman menuju Front Timur telah dihancurkan atau tertunda karena operasi-operasi pasukan AK.
= Pembunuhan para pemimpin Nazi
=
Aksi perlawanan Polandia melakukan puluhan serangan terhadap para pemimpin Jerman di Polandia, salah satu yang terbesar dari rangkaian serangan tersebut dikenal dengan "Operasi Heads". Selain itu, terdapat puluhan upaya-upaya pembunuhan lainnya, di antaranya:
Operasi Bürkl, yakni upaya pembunuhan seorang pejabat Gestapo, SS-Oberscharführer dan pemimpin penjara Pawiak yang bernama Franz Bürkl, dibunuh tanggal 7 September 1943.
Operasi Kutschera, yakni upaya pembunuhan seorang pejabat SS-Brigadeführer dan pemimpin SS-Polizeiführer di distrik Warsawa yang bernama Franz Kutschera, berpangkat Mayor Jenderal Ordnungspolizei, dibunuh tanggal 1 Februari 1944.
Senjata dan perlengkapan
Sebagai Tentara klandestin yang beroperasi di negara dalam pendudukan musuh dan terpisah ribuan kilometer dari wilayah manapun yang bersahabat, AK menghadapi tantangan unik dalam memperoleh senjata dan peralatan, walaupun AK dapat mengatasi hambatan-hambatan hingga batasan tertentu dan menerjunkan ribuan pasukan bersenjata. Bagaimana pun juga, dalam kondisi yang sulit berarti hanya pasukan infanteri bersenjata ringan saja yang dapat diterjunkan dan tidak memungkinkannya penggunaan artileri, lapis baja maupun pesawat (kecuali dalam beberapa situasi selama Pemberontakan Warsawa, seperti penggunaan mobil lapis baja Kubuś). Bahkan unit-unit artileri ringan ini umumnya dipersenjatai dengan berbagai jenis senjata, biasanya dalam jumlah yang cukup untuk mempersenjatai sebagian kecil para prajurit.
Senjata dan peralatan AK sebagian besar berasal dari empat sumber yakni: Senjata yang disembunyikan dengan dikubur oleh tentara Polandia dalam medan pertempuran setelah Penyerbuan Polandia tahun 1939, senjata-senjata yang dibeli atau direbut dari Jerman dan sekutunya, senjata yang dibuat secara diam-diam oleh AK sendiri dan senjata-senjata yang diterima dari Sekutu melalui pasokan udara (air drops).
Dari senjata-senjata yang disembunyikan tahun 1939, AK memperoleh sejumlah 614 senjata mesin berat, 1.193 senjata mesin ringan, 33.052 senapan, 6.732 pistol, 28 senjata lapangan anti-tank ringan, 25 senapan anti-tank dan 43.154 granat tangan. Namun, karena penyimpanan yang tidak memadai dan harus diberdayakan sebagaimana apa adanya dalam kerusuhan Kampanye September, sebagian besar senjata-senjata tersebut dalam kondisi yang tidak bagus. Dari senjata-senjata yang dikubur dalam tanah dan digali kembali tahun 1944, hanya 30% saja dari jumlah senjata tersebut yang dapat dipergunakan.:63
Persenjataan AK terkadang dibeli di pasar gelap dari Jerman dan sekutunya atau dicuri dari gudang-gudang senjata atau transportasi pasokan Jerman. Upaya-upaya untuk merebut persenjataan dari Jerman juga terbukti sangat berhasil. Serangan-serangan dilakukan terhadap kereta yang membawa pasokan dan peralatan menuju Front dan juga pos-pos penjagaan dan pos Gendarmeri, terkadang senjata tersebut juga direbut dari individu prajurit Jerman di jalan-jalan. AK bahkan berhasil merebut beberapa kendaraan lapis baja Jerman selama Pemberontakan Warsawa, yang paling terkenal di antaranya adalah kendaraan pemusnah tank ringan Hetzer yang diubah namanya menjadi Chwat dan kendaraan pengangkut pasukan ringan berlapis baja Sonderkraftfahrzeug 251 yang diubah namanya menjadi Szary Wilk.
Senjata-senjata AK dibuat secara diam-diam di bengkel rahasia AK sendiri dengan melibatkan ratusan orang dan dirakit oleh anggota AK yang bekerja di pabrik persenjataan Jerman. Dengan cara-cara tersebut, AK dapat memperoleh SMG (salinan senjata STEN Inggris, Błyskawica dan senjata KIS asli), pistol (Vis wz. 35), senjata pelontar api, bahan peledak, ranjau darat, granat Filipinka dan Sidolówka. AK tidak memproduksi amunisi sendiri, tetapi mengandalkan pasokan yang dicuri dari para pekerja Polandia yang bekerja di pabrik senjata dikelola oleh Jerman.
Sumber terakhir dari sumber pasokan senjata AK, berasal dari pasokan udara oleh Sekutu yang merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh senjata asing, bahan-bahan yang sangat berguna seperti bahan peledak plastik dan senjata anti-tank ringan MK-I. Selama perang, terdapat 485 misi pasokan udara dari Barat (sekitar setengahnya diterbangkan oleh penerbang Polandia) yang mengirimkan sekitar 600 ton pasokan untuk aksi perlawanan Polandia. Selain peralatan, pesawat-pesawat juga menerjukan instruktur terjun payung terlatih (Cichociemni), di mana 316 orang di antaranya dimasukkan ke Polandia selama perang.
Pasokan udara jarang terjadi, pengiriman dari Barat terbatas oleh penolakan Josef Stalin untuk membiarkan pesawat-pesawat mendarat di wilayah Soviet, prioritas rendah yang diberikan Inggris atas penerbangan ke Polandia dan kerugian sangat besar yang dialami oleh personel Tugas Khusus penerbangan. Inggris dan Amerika lebih mementingkan untuk tidak memusuhi Stalin dari pada apa yang mereka lakukan atas aspirasi Polandia untuk memperoleh kembali kedaulatan nasionalnya, terutama setelah Adolf Hitler menyerang Uni Soviet pada bulan Juni 1941 dan bergabungnya Soviet ke Sekutu Barat dalam perang melawan Jerman.
Pada akhirnya, terlepas dari segala upayanya, sebagian besar pasukan AK tidak memiliki jumlah persenjataan yang memadai. Ketika AK dalam puncak kekuatannya tahun 1941 (200.000–600.000, menurut berbagai perkiraan), AK memiliki jumlah persenjataan yang hanya cukup bagi 32.000 prajurit saja. Ketika Pemberontakan Warsawa yang dimulai tanggal 1 Agustus 1944, hanya seperenam dari pejuang AK di Warsawa yang dipersenjatai.
Hubungan dengan kelompok etnis lainnya
= Yahudi
=
Sikap anggota AK terhadap kaum Yahudi, sangat bervariasi dari unit ke unit dan tetap kontroversial.
Armia Krajowa menjawab Dewan Nasional Pemerintah Polandia dalam pengasingan, untuk menempatkan beberapa orang Yahudi dalam posisi kepemimpinan (seperti Ignacy Schwarzbart dan Szmul Zygielbojm) meskipun tidak ada perwakilan Yahudi dalam Delegatura. Secara umum, penggambaran atau penulisan sejarah Polandia tentang interaksi AK dengan kaum Yahudi berada dalam sudut pandang yang positif, sementara sebaliknya, interaksi kaum Yahudi dengan AK berada dalam sudut pandang negatif. Pengetahuan yang baru, menggambarkan sudut pandang terhadap interaksi keduanya berada dalam kondisi yang beragam dan ambivalen. Menurut analisis seorang peneliti tentang Holokaus, Joshua D. Zimmerman, terdapat laporan-laporan mengenai "aksi kekerasan yang sangat mengganggu dan aksi bantuan serta kebaikan", meskipun mayoritas penyintas Holokaus memandang dengan sudut pandang yang negatif terhadap AK.
Anggota AK yang termasuk ke dalam penerima gelar Orang Baik dari Berbagai Bangsa di antaranya adalah Jan Karski Aleksander Kamiński, Stefan Korboński, Henryk Woliński, Jan Żabiński, Władysław Bartoszewski, Mieczysław Fogg, Henryk Iwański, dan Jan Dobraczyński.
Operasi harian
Detasemen partisan Yahudi turut berpartisipasi dalam aksi Pemberontakan Warsawa dan Hanaczów tahun 1944. AK menyediakan pelatihan dan pasokan kepada Organisasi Pertempuran Yahudi (bahasa Polandia: Żydowska Organizacja Bojowa atau ZOB) di Ghetto Warsawa. Ribuan orang Yahudi bergabung atau mengaku bergabung dengan AK untuk bertahan hidup dalam persembunyian, tetapi orang Yahudi yang bertugas di AK adalah pengecualian dari pada aturan. Sebagian besar dari mereka tidak dapat dianggap sebagai etnis Polandia dan akan menghadapi konsekuensi yang mematikan jika ketahuan.
Pada bulan Februari 1942, Kantor Informasi dan Propaganda Komando Operasi
Armia Krajowa, membentuk Seksi Urusan Yahudi yang dipimpin oleh Henryk Woliński. Seksi ini yang mengumpulkan data tentang situasi jumlah populasi Yahudi, membuat laporan dan mengirimkan informasi ke London. Seksi ini juga memusatkan hubungan antara Polandia dan organisasi militer Yahudi. AK juga mendukung Dewan Bantuan untuk Yahudi di Polandia (Żegota) serta pembentukan organisasi-organisasi perlawanan Yahudi.
Holokaus
Sejak tahun 1940 dan seterusnya, seorang pejuang perlawanan dan pembawa pesan Jan Karski menyampaikan laporan saksi mata pertamanya tentang Holokaus kepada Sekutu Barat, setelah ia secara pribadi mengunjungi Ghetto Warsawa dan kamp konsentrasi Nazi. Peran penting lainnya, dilakukan oleh seorang tokoh perlawanan lainnya bernama Witold Pilecki sebagai satu-satunya orang yang secara sukarela dipenjarakan di Auschwitz (di mana ia menghabiskan waktu tiga setengah tahun) untuk mengatur perlawanan dan pemberontakan dari dalam serta mengumpulkan informasi tentang kekejaman yang terjadi disana dan memberitahukannya kepada pihak Sekutu Barat tentang nasib orang-orang Yahudi. AK melaporkan sejak bulan Maret 1943 yang menggambarkan kejahatan yang dilakukan oleh Jerman terhadap orang-orang Yahudi. Jenderal Rowecki memperkirakan bahwa 640.000 orang telah tewas di Auschwitz antara tahun 1940 dan 1943, termasuk 66.000 orang Polandia dan 540.000 orang Yahudi dari berbagai negara (jumlah ini kemudian direvisi menjadi 500.000). Pada musim panas 1943, AK mulai melaksanakan hukuman mati bagi kelompok pemeras orang Yahudi atau orang Polandia yang membantu Yahudi (dikenal dengan kelompok szmalcownik).
Sikap Jenderal Rowecki berubah pada bulan-bulan berikutnya, karena kenyataan brutal Holokaus yang menjadi nyata dan dukungan publik Polandia akan perlawanan kaum Yahudi meningkat. Jenderal Rowecki bersedia memberikan bantuan dan sumber daya bagi pejuang-pejuang Yahudi dalam rangka "upaya perang yang lebih besar", tetapi dapat disimpulkan bahwa memberikan bantuan suplai dalam jumlah besar kepada kelompok perlawanan Yahudi akan menjadi sia-sia. Alasan tersebut menjadi norma di kalangan Sekutu, yang meyakini bahwa Holokaus hanya dapat dihentikan dengan aksi militer yang signifikan.
Pemberontakan Ghetto Warsawa
AK memberikan bantuan senjata api, amunisi dan bahan peledak kepada Ghetto Warsawa, tetapi hanya setelah AK yakin tentang keberanian ŻOB untuk bertempur dan setelah intervensi Władysław Sikorski atas nama organisasi. Joshua D. Zimmerman menggambarkan bahwa pasokan tersebut "terbatas tetapi nyata". Bantuan dari AK bagi para pejuang Yahudi dari Serikat Militer Yahudi (bahasa Polandia: Żydowski Związek Wojskowy atau ŻZW), di antaranya adalah 2 senapan mesin berat, 4 senapan mesin ringan, 21 senjata mitraliur, 30 senapan, 50 pistol dan lebih dari 400 granat. Beberapa bantuan suplai juga diberikan kepada kelompok ŻOB, tetapi jumlahnya lebih sedikit dari pada bantuan yang diberikan kepada ŻZW, karena AK memiliki kesamaan ideologi dan hubungan dekat dengan ŻZW. Kolonel Antoni Chruściel, Kepala Staf AK di Warsawa memerintahkan agar seluruh persenjataan di Distrik Wola, Warsawa, dipindahkan ke ghetto. Pada bulan Januari 1943, AK mengirimkan sejumlah besar suplai senjata yang terdiri dari 50 pistol, 50 granat tangan dan beberapa kilogram bahan peledak bersama dengan sejumlah pengiriman lebih kecil yang membawa total 70 pistol, 10 senapan, 2 senapan mesin, 1 senapan mesin ringan, amunisi dan lebih dari 150 kilogram bahan peledak. Sejumlah bantuan yang diberikan kepada kelompok perlawanan di ghetto, terkadang digambarkan tidak mencukupi, karena AK menghadapi sejumlah dilema yang memaksanya untuk memberikan bantuan tidak lebih dari bantuan terbatas kepada kaum perlawanan Yahudi, seperti kekurangan suplai dan ketidakmampuan AK untuk mempersenjatai pasukannya sendiri, pandangan (menurut sebagian besar kaum perlawanan Yahudi) bahwa pemberontakan dengan skala yang luas tahun 1943 akan menjadi sia-sia dan prematur serta kesulitan-kesulitan koordinasi dengan kaum perlawanan Yahudi yang terpecah secara internal, ditambah dengan sikap ŻOB yang pro-Soviet. Selama pemberontakan Ghetto Warsawa tahun 1943, unit-unit AK mencoba meledakkan tembok ghetto sebanyak dua kali, lalu melakukan tindakan pengalihan di luar dinding ghetto dan menyerang prajurit-prajurit penjaga Jerman secara sporadis dekat tembok ghetto. Menurut sejarawan Marian Fuks, pemberontakan ghetto tidak akan mungkin terjadi tanpa bantuan suplai dari AK. Setahun kemudian, selama Pemberontakan Warsawa tahun 1944, pasukan intai Batalion Zośka, membebaskan ratusan tahanan yahudi dari penjara Gęsiówka, bagian dari Kamp konsentrasi Warsawa.
Sikap terhadap pelarian
Karena AK adalah organisasi perlawanan di Polandia, sikapnya terhadap kaum pelarian Yahudi sering kali menentukan nasibnya. Menurut sejarawan Polandia Antony Polonsky, AK memandang pelarian Yahudi sebagai risiko keamanan. Pada saat yang bersamaan, "pabrik kertas" AK juga memasok dokumen identitas palsu ke banyak orang pelarian Yahudi, memungkinkannya untuk "lolos" sebagai orang Polandia. Pada tahun 1943, AK menerbitkan selebaran yang menyatakan bahwa "Setiap orang Polandia berkewajiban untuk membantu orang-orang dalam persembunyian. Bagi mereka yang menolak untuk membantu, akan dihukum atas dasar ... pengkhianatan terhadap bangsa Polandia." Meskipun demikian, para sejarawan Yahudi menegaskan bahwa penyebab utama tingkat kelangsungan hidup orang Yahudi dalam pelarian adalah karena sikap antisemit yang ditunjukkan oleh warga Polandia.
Dari sikap anggota AK terhadap Yahudi yang beragam, beberapa anggota unit AK secara aktif memburu orang-orang Yahudi, khususnya dua komandan Distrik di Timur Laut Polandia, Władysław Liniarski dari Białystok dan Janusz Szlaski dari Nowogródek secara terbuka dan terus menerus menganiaya partisan dan pelarian Yahudi. Seorang sosiolog Tadeusz Piotrowski menyatakan bahwa sebagian besar perilaku antisemit AK dianggap berasal dari sebagian kecil anggota minoritas, sering berafiliasi dengan partai sayap kanan Demokrasi Nasional (bahasa Polandia: Narodowa Demokracja atau ND) yang Angkatan Bersenjatanya (NSZ) digabungkan ke dalam AK pada tahun 1944. Sejarawan Adam Puławski menyatakan bahwa beberapa hal dari insiden ini lebih dipahami dalam konteks terjadinya konflik Polandia-Soviet, karena unit-unit partisan terafiliasi dengan Soviet di Polandia yang diserang atau telah diserang oleh unit AK karena memiliki jumlah Yahudi yang cukup besar. Secara umum, unit AK di Timur cenderung memusuhi partisan Yahudi, yang pada akhirnya lebih dekat hubungannya dengan gerakan bawah tanah Soviet, sementara unit AK yang berada di Barat, bersikap lebih baik terhadap warga Yahudi. Lebih jauh lagi, AK juga bersikap lebih baik terhadap warga sipil Yahudi dan memiliki keraguan atau sikap bermusuhan terhadap partisan independen Yahudi yang dicurigai sebagai simpatisan pro-Soviet. Jenderal Stefan Rowecki meyakini bahwa sikap antisemit tersebut, terkait dengan keterlibatan Yahudi dengan partisan Soviet. Beberapa unit-unit AK bersabahat dengan Yahudi dan di Hanaczów, perwira-perwira AK menyembunyikan dan melindungi masyarakat Yahudi yang secara keseluruhan berjumlah 250 orang dan menempatkan satu peleton pasukan AK dari etnis Yahudi. Pimpinan AK menghukum sejumlah pelaku kekerasan antisemit di jajarannya dan dalam beberapa kasus, pelaku kekerasan tersebut dihukum mati.
Sebagian besar pers bawah tanah, bersimpati terhadap orang-orang Yahudi dan Biro Informasi dan Propaganda
Armia Krajowa, dipimpin oleh agen-agen pro-Yahudi dan mewakili sayap liberal AK. Namun, Subdivisi Biro Anti-Komunis ("Antyk") yang dibuat sebagai tanggapan atas propaganda komunis, dipimpin oleh agen-agen yang memegang teguh pandangan anti-komunis dan anti-Yahudi, termasuk stereotip Żydokomuna, yakni pandangan mengenai Yudeo-Komunis atau bahasa Polandia tentang istilah "Bolshevisme Yahudi" atau "Komunisme Yahudi". Hubungan yang dipersepsikan antara orang-orang Yahudi dan komunis, secara aktif diperkuat oleh Antyk, yang mengawali laporannya dengan "cenderung untuk menyatukan komunis dengan Yahudi, yang menyebarkan secara berbahaya akan gagasan bahwa kesetiaan Yahudi lebih kepada Soviet Rusia dan komunisme daripada kesetiaan kepada Polandia" dan mengulang gagasan bahwa anti-semitisme adalah "sarana yang berguna dalam perjuangan terhadap Soviet Rusia".
= Lituania
=
Meskipun gerakan perlawanan Lituania dan Polandia memiliki musuh yang sama yakni Jerman Nazi dan Uni Soviet, mereka mulai bekerja sama hanya pada periode 1944-1945, ketika pendudukan kembali Soviet dan memeranginya. Penghalang utama dari persatuan ini adalah sengketa atas wilayah Vilnius yang telah berlangsung lama.
Aktivis front Lituania (bahasa Lituania: Lietuvių Aktyvistų Frontas atau LAF) telah bekerja sama dengan Jerman Nazi dalam operasi-operasi melawan Polandia selama pendudukan Jerman. Pada musim gugur 1943, AK melakukan kegiatan gerakan pembalasan terhadap pasukan Lituania yang mendukung Nazi, terutama pasukan batalion Schutzmannschaft, Pasukan Pertahanan Teritorial Lituania (bahasa Italia: Lietuvos vietinė rinktinė atau LTDF) dan Polisi Keamanan Lituania (bahasa Italia: Saugumo policija), menewaskan ratusan korban yang sebagian besar Polisi Lituania dan kaki tangannya selama paruh pertama tahun 1944. Menanggapi hal tersebut, pasukan khusus Sonderkommando Lituania (bahasa Lituania: Vokiečių Saugumo policijos ir SD ypatingasis būrys atau bahasa Polandia: Specjalny Oddział SD i Niemieckiej Policji Bezpieczeństwa atau Ypatingasis būrys) yang telah menewaskan warga sipil Polandia sejak 1941 (khususnya Pembantaian Ponary), semakin meningkatkan operasi-operasinya melawan Polandia.
Pada April 1944, AK di wilayah Vilnius mencoba untuk melakukan negosiasi terbuka dengan Panglima LTDF, Povilas Plechavičius dengan mengajukan usulan atas pakta non-agresi dan bekerja sama melawan Jerman Nazi. Namun, pihak Lituania menolak usulan tersebut dan menuntut agar Polandia meninggalkan wilayah Vilnius (wilayah sengketa antara Polandia dan Lituania) atau tunduk pada perjuangan Lituania melawan Soviet. Dalam Pertempuran Murowana Oszmianka yang terjadi pada Mei 1944, Pasukan AK memberikan pukulan telak kepada pasukan LTDF yang didukung oleh Nazi sehingga mengakibatkan pecah perang sipil antara warga Polandia anti-Nazi dan warga Lituania pro-Nazi yang didorong oleh otoritas Jerman yang pada puncaknya terjadinya pembantaian terhadap warga sipil Polandia di desa Glinciszki (sekarang Glitiškės) dan pembantaian warga sipil Lituania di desa Dubingiai pada bulan Juni 1944.
Penilaian pascaperang mengenai aktivitas AK di Lituania telah menjadi kontroversi. Pada 1993, aktivitas AK di Lituania diselidiki oleh Komisi Khusus Pemerintah Lituania. Hanya dalam beberapa tahun terakhir saja para sejarawan Polandia dan Lituania dapat mencapai konsensus, walaupun interpretasi masing-masing masih berbeda terhadap banyak peristiwa.
= Ukraina
=
Di bagian Tenggara wilayah Polandia yang diduduki, terdapat ketegangan yang telah berlangsung lama antara warga Polandia dan Ukraina. Polandia berencana untuk memulihkan wilayah perbatasan praperang yang ditentang oleh Ukraina dan beberapa kelompok warga Ukraina yang berkolaborasi dengan Nazi, telah mendiskreditkan partisannya sebagai sekutu potensial Polandia. Sementara Pemerintah Polandia dalam pengasingan tengah mempertimbangkan rencana tentatif untuk memberikan otonomi terbatas kepada Ukraina. Pada 1942, staf AK di Lviv merekomendasikan untuk mendeportasi antara 1–1,5 juta penduduk Ukraina ke Uni Soviet dan memukimkan sisanya di bagian lain dari Polandia setelah perang berakhir. Situasi meningkat pada tahun berikutnya, ketika Tentara Pemberontak Ukraina (bahasa Ukraina: Українська повстанська армія, Ukrayins'ka Povstans'ka Armiya atau UPA), pasukan nasionalis dan lengan militer dari Organisasi Nasionalis Ukraina (bahasa Ukraina: Організація Українських Націоналістів, Orhanizatsiya Ukrayins'kykh Natsionalistiv, atau OUN), yang mengarahkan sebagian besar serangannya kepada Polandia dan Yahudi. Salah seorang pemimpin UPA, Stepan Bandera dan pengikutnya menyimpulkan bahwa perang akan berakhir dengan sangat melelahkan bagi Jerman maupun Uni Soviet, meninggalkan hanya Polandia atas klaim Galisia Timur (menurut pandangan Ukraina sebagai Ukraina Barat dan menurut Polandia sebagai Polandia Timur atau Kresy) sebagai kekuatan penting dan oleh karenanya, Polandia harus dilemahkan sebelum perang berakhir.
Kemudian OUN memutuskan untuk menyerang warga sipil Polandia yang merupakan sepertiga dari populasi wilayah yang disengketakan. Hal ini menyetarakan kemerdekaan Ukraina dengan homogenitas etnis, yang berarti keberadaan Polandia harus benar-benar dihilangkan. Pada Februari 1943, OUN memulai kampanye yang disengaja untuk membunuh warga sipil Polandia. Bermula pada musim semi 1943, 100,000 warga Polandia dibunuh dalam aksi pembantaian di Galisia Timur. Pasukan OUN menargetkan desa-desa di Polandia, sehingga mendorong terbentuknya unit-unit pertahanan Polandia (misalnya pertahanan Przebraże) dan pertempuran antara AK dan OUN. Pihak Jerman mendukung kedua belah pihak saling melawan satu sama lain, sebagaimana yang dikatakan oleh Erich Koch, "Kita harus melakukan segala kemungkinan, sehingga ketika seorang Polandia bertemu dengan seorang Ukraina, akan siap membunuhnya dan sebaliknya seorang Ukraina akan siap membunuh orang Polandia." Ketika warga Polandia mengeluh tentang pembantaian, seorang komisaris Jerman dari Sarny, Ukraina Barat menjawab "Anda menginginkan Sikorski, orang Ukraina menginginkan Bandera, saling berperang." Pada tanggal 10 Juli 1943, seorang penyair dan perwira organisasi bawah tanah partisan Batalion Petani (bahasa Polandia: Bataliony Chłopskie) Zygmunt Rumel, dikirim untuk berdialog dengan warga Ukraina yang bertujuan untuk mengakhiri pembantaian, tetapi misi tersebut gagal, Zygmunt Rumel malah dibantai dengan keji oleh Banderites ({{lang-ua|Бандерівці), sebuah organisasi sayap kanan di Ukraina. Kemudian pada tanggal 20 Juli 1943, Komando AK memutuskan untuk membangun unit-unit partisan di Volhinia. Beberapa formasi terbentuk, terutama pada Januari 1944, Divisi Infanteri AK ke-27 telah bertempur dalam 16 pertempuran besar dengan UPA antara bulan Januari hingga Maret 1944, memperluas basis operasionalnya dan mengamankan Pasukan Polandia dari serangan utama. Salah satu pertempuran terbesar antara AK dengan UPA terjadi di Hanaczów, di mana pasukan pertahanan lokal, berhasil menangkis dua serangan. Pasukan AK melakukan serangan balasan terhadap UPA di wilayah Sahryń (peristiwa Pembantaian Sahryń) pada bulan Maret 1944 yang berakhir dengan pembersihan etnis, di mana sekitar 700 warga sipil Ukraina tewas terbunuh.
Pemerintah Polandia dalam pengasingan di London terkejut dan tidak menduga bahwa aksi anti-Polandia Ukraina akan sebesar itu. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa Pemerintah Polandia dalam pengasingan mempertimbangkan akan menerapkan kebijakan umum tentang tindakan balasan terhadap Ukraina, tetapi warga Polandia setempat termasuk para pemimpin pasukan AK, terlibat dalam aksi-aksi balasan. Partisan-partisan Polandia menyerang OUN, membunuh pemimpin Ukraina dan menjalankan operasi-operasi terhadap desa-desa di Ukraina. Aksi-aksi balasan dilakukan bertujuan untuk mengintimidasi penduduk Ukraina yang berkontribusi meningkatkan dukungan terhadap UPA. Komando AK mencoba untuk membatasi operasi-operasi terhadap warga sipil Ukraina seminimal mungkin. Menurut sejarawan Polandia Grzegorz Motyka, operasi-operasi Polandia menewaskan 10.000 hingga 15.000 korban di Ukraina pada periode 1943-1947, termasuk 8.000 hingga 10.000 di wilayah Polandia pascaperang. Dari bulan Februari hingga April 1945, terutama di Rzeszowszczyzna (wilayah Rzeszów), unit-unit Polandia (termasuk afiliasi pasukan AK), menjalankan serangan balasan yang mengakibatkan sekitar 3.000 warga Ukraina tewas, salah satu aksinya dikenal dengan peristiwa Pembantaian Pawłokoma.
Pada pertengahan tahun 1944, Tentara Merah Soviet menduduki sebagian besar wilayah-wilayah sengketa. Partisan-partisan Polandia dibubarkan atau menjadi gerakan bawah tanah, sebagaimana yang dilakukan oleh partisan Ukraina. Baik Polandia dan Ukraina, semakin meningkatkan konsentrasinya pada Uni Soviet sebagai musuh utamanya, tetapi keduanya berakhir dengan kegagalan.
= Hubungan dengan Soviet
=
Hubungan AK dengan Tentara Merah Uni Soviet semakin memburuk selama perang berlangsung. Invasi Soviet ke Polandia pada 17 September 1939 setelah invasi Jerman yang dimulai pada 1 September 1939, walaupun invasi Jerman ke Uni Soviet pada bulan Juni 1941, Soviet melihat bahwa partisan Polandia anti-Jerman yang setia kepada Pemerintahan Polandia dalam pengasingan, lebih merupakan hambatan potensial terhadap rencana-rencana Soviet untuk mengendalikan Polandia pascaperang daripada sebagai sekutu yang potensial. Berdasarkan perintah komando tinggi Soviet Stavka yang diterbitkan pada 22 Juni 1943, partisan Soviet terlibat pertempuran dengan partisan Polandia, juga diklaim bahwa serangan terhadap Polandia lebih sering daripada serangan terhadap Jerman.
Dipenghujung tahun 1943, aksi partisan Soviet yang diperintahkan untuk menghancurkan pasukan AK, mengakibatkan kerjasama yang tidak mudah antara pasukan Jerman dan beberapa unit AK. Sementara pasukan AK masih memperlakukan Jerman sebagai musuh dan melancarkan aksi-aksi terhadap Jerman, beberapa unit-unit Polandia di wilayah Novogrudok (bahasa Polandia: Nowogródek) dan Vilnius (bahasa Polandia: Wilno) menerima Jerman yang menawarkan senjata dan perbekalan kepada pasukan AK yang akan digunakan untuk melawan partisan Soviet. Namun, pengaturan semacam ini hanya murni persoalan taktis dan tidak ada kolaborasi ideologis sebagaimana yang ditunjukkan pada Rezim Vichy di Prancis atau Rezim Quisling di Norwegia. Motif utama Polandia hanyalah untuk mendapatkan informasi intelijen Jerman dan memperoleh lebih banyak peralatan yang dibutuhkan. Tidak ada operasi-operasi gabungan Jerman-Polandia yang diketahui dan Jerman telah gagal dalam merekrut Polandia untuk berperang secara khusus melawan partisan Soviet. Selanjutnya, sebagian besar usaha-usaha kooperatif antara pemimpin AK lokal dan Jerman, disalahkan oleh Markas Besar AK.
Dengan masuknya Front Timur ke wilayah Polandia pada 1944, gencatan senjata AK terhadap Soviet menjadi tidak mudah, meskipun demikian pasukan utama Tentara Merah dan NKVD tetap melakukan operasi terhadap partisan AK, termasuk selama Operasi Tempest berlangsung. Bantuan yang diberikan oleh AK terhadap Soviet untuk melawan Jerman, termasuk bantuan pengintaian, pemberontakan dan pembebasan beberapa kota (contoh: Operasi Ostra Brama di Vilnius dan Pembentontakan Lwów) hanya untuk mendapatkan anggota pasukan AK yang ditangkap, dipenjara dan dieksekusi langsung setelahnya. Tanpa sepengetahuan Polandia, Operasi Tempest telah cacat fatal dari awal karena niat Josef Stalin untuk memastikan bahwa tidak ada Polandia merdeka setelah perang.
Pascaperang
Pasukan AK resmi dibubarkan pada 19 Januari 1945 untuk mencegah terjadinya perang sipil dan konflik bersenjata dengan Soviet. Namun, banyak dari mantan unit-unit pasukan AK yang memutuskan untuk melanjutkan operasinya. Uni Soviet dan Pemerintah Komunis Polandia yang dikendalikan Soviet, memandang gerakan bawah tanah yang masih setia kepada Pemerintahan Polandia dalam pengasingan, sebagai kekuatan yang harus dibasmi sebelum mereka dapat menguasai Polandia sepenuhnya.
Struktur AK pertama yang dirancang terutama untuk menghadapi ancaman Soviet adalah gerakan perlawanan NIE (kependekan dari bahasa Polandia: Niepodległość, berarti "Kemerdekaan") yang dibentuk pada tengah tahun 1943. Tujuan NIE dibentuk, bukanlah untuk menghadapi pasukan Soviet dalam pertempuran, tetapi untuk mengamati dan memperoleh intelijen, sementara Pemerintahan Polandia dalam pengasingan yang memutuskan bagaimana menghadapi Soviet yang pada saat itu, Pemerintah dalam pengasingan masih meyakini adanya kemungkinan negosiasi yang konstruktif dengan Uni Soviet. Pada 7 Mei 1945, NIE dibubarkan dan diubah menjadi Delegasi Angkatan Bersenjata untuk Polandia (bahasa Polandia: Delegatura Sił Zbrojnych na Kraj), tetapi kemudian juga dibubarkan pada 8 Agustus 1945 untuk menghentikan gerakan perlawanan partisan.
Pemerintahan komunis Polandia pertama, dibentuk pada Juli 1944, tetapi Komite Polandia untuk Pembebasan Nasional menolak untuk menerima yurisdiksi pasukan AK, sehingga lebih dari satu tahun lamanya, agen-agen Soviet seperti NKVD mengambil peran tanggung jawab atas pelucutan senjata prajurit AK. Ketika perang berakhir, sekitar 60.000 anggota prajurit AK ditangkap, 50.000 di antaranya dideportasi ke Soviet lalu dikirim ke penjara-penjara dan kamp Gulag. Sebagian besar dari prajurit-prajurit tersebut ditangkap oleh Soviet selama atau setelah berlangsungnya Operasi Tempest, ketika banyak unit-unit pasukan AK yang mencoba untuk bekerja sama dengan Soviet, dalam gerakan pemberontakan nasional melawan Jerman. Bahkan para veteran AK lainnya juga turut ditangkap ketika mendekati otoritas Pemerintah komunis setelah mereka dijanjikan untuk diberikan Amnesti. Para prajurit AK kemudian berhenti mempercayai Pemerintah setelah sejumlah janji-janji yang dilanggar, beberapa tahun pertama dalam kontrol komunis.
Organisasi ketiga setelah era AK adalah Organisasi Kebebasan dan Kemerdekaan (bahasa Polandia: Wolność i Niezawisłość, atau WiN). Tujuan utama organisasi anti-komunis tersebut bukanlah untuk berperang, tetapi untuk membantu transisi para prajurit AK dari kehidupan partisan ke kehidupan bermasyarakat. WiN membutuhkan dana yang sangat besar untuk membayar dokumen-dokumen palsu dan menyediakan sumber daya bagi partisan-partisannya. Banyak dari mereka yang telah kehilangan rumah dan tabungannya dalam perang. WiN sangat jauh dari efisien, yang dipandang orang sebagai musuh negara, kekurangan sumber daya dan faksi yang vokal, menganjurkan perlawanan bersenjata terhadap Soviet dan agen-agen Polandianya. Pada paruh kedua 1945, NKVD dan polisi rahasia Polandia yang baru dibentuk atau Kementerian Keamanan Publik (bahasa Polandia: Urząd Bezpieczeństwa atau UB) berhasil meyakinkan beberapa pemimpin AK dan WiN untuk menawarkan amnesti bagi para anggota prajurit AK, sehingga didapatkanlah sejumlah besar informasi mengenai sumber daya dan orang-orang AK dan WiN dalam beberapa bulan berikutnya. Ketika akhirnya para pemimpin AK dan WiN (dipenjara) menyadari kesalahannya, organisasi tersebut menjadi lumpuh dengan ribuan anggotanya ditangkap. Organisasi WiN akhirnya dibubarkan pada 1952.
Tindakan persekusi terhadap AK hanyalah bagian dari represi Stalinisme di Polandia. Pada 1944-1956, kira-kira 2 juta orang ditangkap, lebih 20.000 dieksekusi di penjara-penjara komunis dan 6 juta penduduk Polandia diklasifikasikan sebagai "reaksioner" atau "elemen kriminal" dan menjadi sasaran mata-mata oleh badan negara.
Sebagian besar para pejuang AK ditangkap oleh NKVD atau oleh UB, polisi politis Polandia. Mereka diinterogasi dan dipenjarakan dengan berbagai macam tuduhan seperti "fasisme". Banyak di antara mereka yang dikirim ke Gulag, dieksekusi atau "menghilang". Sebagai contoh, seluruh anggota pasukan Batalion Zośka yang telah bertempur di Pemberontakan Warsawa, dipenjarakan di penjara komunis antara 1944 hingga 1956. Pada 1956, amnesti membebaskan 35.000 mantan anggota prajurit AK dari penjara.
Bahkan kemudian, beberapa partisan tetap tinggal di wilayah pedesaan dan tidak ingin atau tidak bisa hidup bermasyarakat, hingga mereka dikenal dengan tentara yang dikutuk. Hingga berakhirnya pemerintahan Republik Rakyat Polandia, para tentara AK tetap terus diselidiki oleh polisi rahasia. Baru pada 1989, setelah jatuhnya komunisme, seluruh hukuman bagi para prajurit AK dinyatakan batal demi hukum oleh pengadilan Polandia.
Terdapat banyak monumen-monumen AK yang didirikan di Polandia, termasuk monumen Negara Bawah Tanah dan monumen AK di dekat gedung Sejm, Warsawa diresmikan pada 1999. AK juga diperingati di Museum
Armia Krajowa di Kraków (bahasa Polandia: Muzeum Armii Krajowej w Krakowie) yang didirikan pada tahun 2000, juga diperingati di Museum Pemberotakan Warsawa (bahasa Polandia: Muzeum Powstania Warszawskiego di Warsawa.
Lihat pula
Kontribusi Polandia pada Perang Dunia II
Catatan
Referensi
Kutipan
Daftar pustaka
Pranala luar
Armia Krajowa Museum in Krakow
Polish resistance – AK – Site edited by the London Branch of the Polish Home Army Ex-Servicemen Association
Warsaw Uprising Museum
(dalam bahasa Polandia) Archiwum Pomorskie Armii Krajowej
The Home Army After July 1944 Polish Underground Soldiers 1944–1963 – The Untold Story