- Source: Bahasa Proto-Indo-Iran
Bahasa Proto-Indo-Iran atau bahasa Indo-Iran Purba adalah rekonstruksi bahasa purba dari rumpun bahasa Indo-Iran, sub-rumpun utama dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Penuturnya, yaitu bangsa Indo-Iran atau terkadang disebut bangsa Arya, hidup kira-kira pada milenium ke-3 SM, dan sering dikaitkan dengan Kebudayaan Sintashta dan Andronovo di Stepa Eurasia.
Proto-Indo-Iran adalah bahasa satem, kemungkinan besar berkembang sekitar satu milenium setelah leluhurnya, bahasa Proto-Indo-Eropa punah, dan pada gilirannya bahasa Proto-Indo-Iran punah sekitar satu milenium sebelum lahir turunannya, bahasa Sanskerta Weda yang menjadi bahasa tertulis di kitab Rigweda.
Beberapa para ahli bahasa membentuk hipotesis sub-rumpun yang lebih besar dari Proto-Indo-Iran bersama Helenik, Armenia, dan Frigia atas dasar banyak kesamaan mencolok dalam struktur morfologi. Namun, hipotesis ini masih ditentang banyak para ahli bahasa lainnya.
Bahasa ini merupakan leluhur dari rumpun bahasa Indo-Arya, Iran, dan Nuristan.
Sejarah fonologi
Perubahan fonologi yang paling khas yang memisahkan bahasa Proto-Indo-Iran dari leluhurnya, bahasa Proto-Indo-Eropa, adalah hilangnya vokal ablaut *e, *o, *a menjadi satu vokal, yaitu *a (lihat pula Hukum Brugmann). Hukum perubahan bahasa yang digagas oleh para ahli bahasa Indo-Eropa seperti Hukum Grassmann, Hukum Bartholomae, dan Hukum bunyi Ruki juga selaras dalam bahasa Proto-Indo-Iran.
Daftar lebih lengkap dari beberapa perubahan suara yang dihipotesiskan dari bahasa Proto-Indo-Eropa yang diturunkan ke Proto-Indo-Iran sebagai berikut:
Pergeseran bunyi Satem, terdiri dari dua aturan perubahan terkait.. Konsonan palatal bahasa Proto-Indo-Eropa (PIE) seperti *ḱ *ǵ *ǵʰ berhadapan atau bergesek, akhirnya menghasilkan bunyi *ć, *ȷ́, *ȷ́ʰ dalam bahasa Proto-Indo-Iran (PII), sedangkan konsonan labiovelar *kʷ *gʷ *gʷʰ dalam PIE bergabung dengan konsonan *k *g *gʰ.
Bunyi *l *r *l̥ *r̥ dalam PIE bergabung menjadi bunyi *r *r̥.
Konsonan nasal suku kata *m̥ *n̥ bergabung menjadi *a.
Hukum Bartholomae: konsonan aspirasi segera diikuti oleh konsonan tak bersuara menjadi penghentian bersuara + aspirasi bersuara. Sebagai tambahan, dʰ + t > dᶻdʰ.
Hukum Ruki: *s ditarik menjadi *š ketika segera mengikuti konsonan cair (*r *r̥ *l *l̥), vokal (*i *u), konsonan velar PIE (*ḱ *ǵ *ǵʰ *k *g *gʰ *kʷ *gʷ *gʷʰ) atau konsonan laring suku kata *H̥. Its allophone *z likewise becomes *ž.
Sebelum konsonan oklusi gigi, bunyi *ĉ menjadi *š, dan *ĵ menjadi *ž. *ĵʰ juga menjadi *ž, dengan konsonan aspirasi oklusif.
The sequence *ĉš was simplified to *šš.
"Konsonan palatisasi kedua" atau "Hukum Palatisasi": *k *g *gʰ berkembang menjadi konsonan palatal alofon yaitu *č *ǰ *ǰʰ sebelum vokal depan *i, *e. melalui perantara konsonan *kʲ *gʲ *gʲʰ.
Hukum Brugmann: *o dalam suku kata terbuka memanjang berubah menjadi *ō.
Vokal *e *o bergabung menjadi *a. Demikian pula, *ē, *ō berubah menjadi *ā. Hal ini merubah status fonem penuh ke deret palatalisasi kedua bunyi konsonan *č *ǰ *ǰʰ.
Pada posisi tertentu, laring disuarakan menjadi *i. Hal inimendahului palatisasi kedua.
Following a consonant, and preceding a consonant cluster
Mengikuti konsonan dan akhir kata
Semua bunyi laring pada bahasa Indo-Eropa bergabung menjadi satu fonem *H, yang mungkin merupakan konsonan letup celah-suara. Penggabungan ini mungkin beriringan dengan penggabungan *e dan *o menjadi *a.
Menurut Hukum Lubotsky', bunyi *H menghilang ketika diikuti oleh penghentian suara yang tidak disedot dari bunyi konsonan lain:
Perubahan bunyi selanjutnya
Di antara perubahan bunyi dari bahasa Proto-Indo-Iran ke rumpun bahasa Indo-Arya, hilangnya bunyi konsonan desis yaitu *z; tetapi berkembang ke bahasa Proto-Iran walaupun konsonan aspirasinya hilang.
Bentuk kata
Bahasa Proto-Indo-Iran telah melestarikan banyak bentuk kata dari bahasa Proto-Indo-Eropa: infleksi tematik dan atematik baik dalam kata benda dan kata kerja, bentuk ketiga tunggal, ganda dan jamak, semua kategori tegang, suasana hati dan suara dalam kata kerja, dan kasus dalam kata benda.
Sebuah inovasi penting dalam kata benda adalah penciptaan akhiran jamak genitivus yaitu *-nām yang digunakan dengan batang vokal. Dalam kata kerja, inovasi utama adalah penciptaan konjugasi pasif dengan imbuhan akhir *-yá, dengan infleksi tengah.
Referensi
= Catatan kaki
== Daftar pustaka
=Beekes, Robert Stephen Paul (1988). A Grammar of Gatha-Avestan. Leiden; New York: Brill. ISBN 90-04-08332-4.
Burrow, T. (1973). The Sanskrit Language (edisi ke-third). London: Faber & Faber. ISBN 0-571-04819-6.
Fortson, Benjamin W. (2004). Indo-European Language and Culture: An Introduction (edisi ke-illustrated). Malden, MA: Blackwell Publishing. ISBN 1-4051-0316-7.
Lubotsky, A. M. (1988). The System of Nominal Accentuation in Sanskrit and Proto-Indo-European. Leiden; New York: Brill. ISBN 90-04-08835-0.
Alexander Lubotsky, "The Indo-Iranian substratum" in Early Contacts between Uralic and Indo-European, ed. Carpelan et al., Helsinki (2001).
Asko Parpola, 'The formation of the Aryan branch of Indo-European', in Blench and Spriggs (eds), Archaeology and Language III, London and New York (1999).
Pranala luar
"Early Indo-Iranic loans in Uralic: Sounds and strata" (PDF). Martin Joachim Kümmel, University of Jena. Seminar for Indo-European Studies.
Kata Kunci Pencarian:
- Bahasa Proto-Indo-Iran
- Rumpun bahasa Indo-Eropa
- Iran
- Bahasa Proto-Indo-Eropa
- Bahasa Proto-Indo-Arya
- Bahasa Proto-Iran
- Orang-orang Indo-Arya
- Arya
- Indo-Iran
- Bahasa Weda
- Evolution of languages
- Jawi script
- Mutual intelligibility
- List of country-name etymologies
- List of languages by time of extinction
- Indonesia
- Cant (language)
- List of extinct languages of Asia
- Greater India
- Southeast Asia