Bahasa tanah (Melayu Ambon:
Bahasa tana) adalah istilah kolektif untuk
Bahasa-
Bahasa asli di Kepulauan Maluku yang saat ini biasanya hanya dipakai sebagai alat komunikasi dalam konteks adat istiadat. Di Pulau Seram dan sekitarnya,
Bahasa tanah biasanya digunakan saat upacara adat yang disebut panas pela.
Oleh masyarakat Maluku,
Bahasa tanah dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan sakral dibandingkan dengan
Bahasa yang digunakan sehari-hari. Oleh karena itu,
Bahasa tana di Kepulauan Maluku sebagian besar hanya diketahui dan dipahami oleh penutur yang sudah tua. Di Kepulauan Banda,
Bahasa tanah digunakan dalam syair atau nyanyian adat yang dikenal dengan sebutan kabata.
Etimologi
Pemilihan kata "
tanah" (Melayu Ambon: tana) pada istilah
Bahasa tanah didasari oleh pemaknaan
tanah sebagai 'tempat asal dari kehidupan'.
tanah juga dimaknai sebagai 'pusat kehidupan dan sebagai tempat bertumpu'. Selain itu, istilah "
tanah" tersebut merujuk pada aktivitas sakral, yakni acara-acara adat.
tanah dilambangkan sebagai bentuk sakralitas dan keaslian. Oleh karena itu, tuturan-tuturan adat dalam berbagai pelaksanaan upacara adat disebut sebagai
Bahasa tanah.
Penggunaan
Hingga saat ini, terdapat sekitar 117
Bahasa tanah yang tersebar di Provinsi Maluku. Beberapa diantaranya mengalami kepunahan, kebanyakan
Bahasa tanah yang mengalami kepunahan adalah
Bahasa tanah yang digunakan oleh negeri-negeri Kristen, baik yang digunakan di Pulau Ambon, maupun di sebagian kecil Pulau Seram. Penggunaan
Bahasa tanah pada komunitas Kristen Maluku pernah dicatat oleh Rumphius pada tahun 1987, yakni di negeri Hative dan Hitu (negeri Islam). Dalam laporannya, ia mengatakan bahwa
Bahasa tanah yang digunakan di Hative dan Hitu sangat berbeda sekali dengan
Bahasa di pulau-pulau yang berdekatan dengannya seperti Ternate, Makassar, dan Banda. Dua
Bahasa yang telah dicatat oleh Rumphius itu saat ini sudah dinyatakan punah. Sedangkan pada komunitas Islam Maluku, selain masih digunakan secara umum, juga diluncurkan buku Kamus
Bahasa Asilulu – Inggris oleh James T. Collins yang telah melakukan penelitian cukup lama tentang punahnya beberapa
Bahasa tanah di Pulau Ambon.
Lihat juga
Aksara Alifuru
Bahasa di Indonesia
Bahasa liturgi
Referensi
Daftar pustaka
Taber, Mark (1996). Atlas
Bahasa tanah Maluku. Ambon, Indonesia: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Maluku, Universitas Pattimura. hlm. 160. ISBN 9798132904.