Bajingan adalah seseorang yang menjadi pemegang kendali sapi pada kendaraan cikar atau gerobak sapi.
Sejarah
Zaman dahulu kendaraan rakyat untuk mengangkut hasil bumi umumnya mengunakan gerobak atau pedati yang ditarik kerbau atau sapi yang ada khususnya di Pulau Jawa. Seseorang yang menjadi pengendali gerobak sapi dinamakan
Bajingan.
Ada dua versi tentang sebutan
Bajingan pada pengendali gerobak sapi. Versi pertama adalah orang yang memang mengendalikan jalannya sapi, sedangkan versi berikutnya adalah para pengawal yang disewa oleh saudagar pemilik gerobak sapi demi keamanan muatannya dari bahaya perampokan. Namun, versi pertama yang umumnya dipergunakan.
Jasa para
Bajingan juga dahulu digunakan oleh para kepala daerah seperti lurah, bekel, kuwu atau bupati untuk mengangkut pajak hasil bumi.
Bajingan dalam konotasi negatif
Dalam perkembangannya seorang
Bajingan berubah menjadi konotasi negatif dikarenakan lambatnya perjalanan seekor sapi (4 Km per jam) mengakibatkan sang juragan menjadi tidak sabar menunggu, dan terkadang si pengawal gerobak sapi yang tidak jujur juga mencuri sebagian muatannya. Sehingga juragan pemilik gerobak mengeluarkan kata umpatan "Dasar
Bajingan", dan juga digunakan dalam konteks geopolitik merujuk kepada pendukung Tiongkok Beijing dan Partai Komunis Tiongkok yang berkaitan dengan Tiongkok Beijing pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Berbeda dengan sebutan Kusir atau Masinis, kata
Bajingan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, profesi
Bajingan dikonotasikan sebagai pelaku aksi kriminal, walau sebenarnya
Bajingan adalah profesi seseorang pada umumnya.
Di daerah Kebumen sampai Banyumas, gerobak sapi digunakan untuk mengangkut batu bata atau batang-batang bambu dari desa ke kota. Biasanya gerobag berangkat tengah malam atau dini hari supaya sampai di kota tidak terlalu siang karena pada zaman itu begitu sulitnya mendapatkan transportasi umum, maka ada orang-orang yang memanfaatkan gerobag tersebut untuk "nunut" pergi ke kota. Menunggu kedatangan kendaraan yang super lambat tersebut adalah hal yang menjemukan sehingga kadang keluar umpatan "dasar
Bajingan, di enteni ora teko-teko" (dasar
Bajingan, ditunggu tidak datang datang).
Dikarenakan perubahan zaman, pekerjaan
Bajingan pada masa kini cenderung adalah untuk atraksi festival dan tur wisata. Hanya di daerah pedesaan tertentu yang masih mengunakan jasa
Bajingan sebagai pengangkut hasil bumi.
Hampir setiap tahun selalu ada parade dan festival
Bajingan dan gerobak sapinya di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah serta Banyuasin Sumatera Selatan.
Lihat pula
Cikar
Jancok
Sontoloyo
Catatan kaki
Pranala luar
http://www.tribunnews.com/travel/2015/09/07/salam-
Bajingan-bersahutan-di-festival-ini-dan-orang-yang-disebut-
Bajingan-itu-sangat-terhormat
http://festivalgerobaksapi2014.com/?p=102
http://kamusbahasaindonesia.org/
Bajingan Diarsipkan 2016-04-07 di Wayback Machine.