- Source: Bantar Agung, Sindangwangi, Majalengka
- Bantar Agung, Sindangwangi, Majalengka
- Kabupaten Majalengka
- Sindangwangi, Majalengka
- Lengkongwetan, Sindangwangi, Majalengka
- Lengkongkulon, Sindangwangi, Majalengka
- Ujungberung, Sindangwangi, Majalengka
- Sindangwangi, Sindangwangi, Majalengka
- Padaherang, Sindangwangi, Majalengka
- Buahkapas, Sindangwangi, Majalengka
- Leuwilaja, Sindangwangi, Majalengka
Bantar Agung adalah desa di kecamatan Sindangwangi, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia.
Kondisi
Secara topografis, Desa Bantaragung berupa hamparan
perbukitan yang dialiri dua sungai, yaitu Sungai
Ciwaringin dan Sungai Cijejeng. Sungai ini dimanfaatkan untuk pasokan irigasi lahan persawahan.
Secara administratif, wilayah Desa Bantaragung memiliki batas sebagai berikut:
Sebelah Utara:
Desa Sindangwangi
Kecamatan Sindangwangi
Sebelah Selatan:
Hutan Taman
Nasional Gunung Ciremai
Sebelah Timur:
Desa Padaherang
Kecamatan Sindangwangi
Sebelah Barat:
Desa Payung Kecamatan Rajagaluh
Luas
wilayah Desa Bantaragung adalah 392,29
Ha. Sebagaimana wilayah tropis, Desa
Bantaragung mengalami dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan setiap tahunnya.
Rata-rata perbandingan musim penghujan lebih besar daripada musim kemarau. Hal
itu disebabkan karena wilayah yang masih hijau dengan vegetasi dan relatif
dekat dengan wilayah Hutan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Jarak
pusat desa dengan ibu kota kabupaten yang dapat ditempuh melalui perjalanan
darat kurang lebih 25 km. Kondisi prasarana jalan poros desa yang masih berupa jalan konstruksi hotmix
dengan kondisi rusak ringan mengakibatkan waktu tempuh menggunakan kendaraan
bermotor mencapai kurang lebih 40 menit. Sementara itu, jarak pusat desa dengan ibu
kota kecamatan dapat ditempuh melalui perjalanan darat dengan jarak kurang lebih 3 km. Kondisi ruas jalan poros desa yang
dilalui juga berupa jalan konstruksi lapen dengan kondisi rusak ringan
mengakibatkan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor mencapai kurang lebih
15 menit.
Desa
Bantaragung merupakan wilayah paling potensial untuk usaha pertanian dan
pengembangan wisata alam.
Hal tersebut didukung oleh kondisi geografis serta alam yang masih
hijau. Dukungan
pemerintah daerah untuk pengembangan potensi wisata alam diwujudkan dengan menetapkan wilayah Desa
Bantaragung sebagai bagian Kawasan Wisata Sindangwangi (KAWITWANGI). Berdasarkan kondisi desa ini maka akan
dijabarkan permasalahan, potensi, hingga daftar Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa(RPJMDes) yang diprogramkan untuk 6 (enam) tahun
Sejarah
Desa Bantaragung
Pada tahun 1200-1300
di bawah Gunung Ciremai ini masih berupa hutan belantara. Para Demang dan Para
Sultan dari pejabat Desa Koleberes (
Desa Sindangpano sekarang) setuju untuk memperluas daerahnya ke sebelah timur,
dengan sekaligus mendirikan sebuah desa dan dusun baru bernama:
DESA BABAKAN KEBONCAU
DAN
DUSUN
KAWUNGLUWUK
( SEKARANG Dusun Malarhayu )
Dalam arti: Babakan Keboncau= ditanami khusus cau ( pisang )
Kawungluwuk = ditanami
khusus pohon kawung ( untuk gula )
Pada waktu itu Desa Babakan Keboncau di bawah
kekuasaan Desa Koleberes lama – kelamaan
di Desa Babakan Keboncau terserang musibah, di mana garong-garong ( maling )
selalu mengganggu ketentraman masyarakat sehingga banyak korban harta maupun
nyawa, selain itu banyak binatang buas seperti macan mengganas terhadap
penduduk yang akibatnya keadaan masyarakat selalu tidak aman. Untuk mengatasi
keadaan tersebut para pejabat setempat dan para sultan berembuk kembali untuk
mencari jago-jago dari berbagai tempat dan di umumkan bahwa: “ Barang
siapa yang bisa mengalahkan garong-garong dan macan-macan serta dapat mengamankan keadaan masyarakat, akan
ditunjuk sebagai Kuwu/Kepala Desa. “ Dari berbagai daerah berdatangan untuk maksud
tersebut, diantaranya:
PANGERAN TIMBANG PINAYUNGAN
KUWU PERTAMA
( Nama Desa Babakan Keboncau diganti menjadi Desa Batara Agung )
Setelah ditunjuk Pangeran Timbang Pinayungan
sebagai Kuwu pertama, gangguan keamanan tersebut dapat di atasi, dan ketika
Kuwu
PANGERAN NITIBAYA
KUWU KE TIGA BELAS
( Nama Desa Batara Agung diganti menjadi Desa Bantar Agung )
Ada pun arti Batara Agung ialah
:
Batara = Dewa
Agung = Wong Agung
Bantar Agung ialah Bantar = tempat bertapa orang-orang Agung.
Atas petunjuk dari Sultan Kasepuhan Cirebon, di
utarakan pula sebagai tradisi / adat lama masih ada sampai sekarang, setiap
tahun pada bulan Rabiul Awal / Maulud, Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman
menunggu kiriman cau / pisang dan gula kawung dari masyarakat Desa Bantar Agung
untuk sesajen para leluhur Keraton, sekalipun gula kawung dan pisang banyak
dari daerah lain, namun tidak bisa di pakai untuk sesajen kecuali dari Desa
Bantar Agung.
Kepala desa
BUYUT TIMBANG PINAYUNGAN ( 1281 – 1331 )
BUYUT BATIN ( 1331 – 1376 )
BUYUT SINGAYUDA ( 1376 – 1406 )
BUYUT PANGERAN KAP’AL ( 1406 – 1451 )
BUYUT RISA GANDA ( 1451 – 1476 )
BUYUT KUMPUL RAKSAMERTA (1476 – 1496 )
7.
BUYUT GIMBUNG ( 1496 – 1521 )
8.
BUYUT GALAR ( 1521 – 1541 )
9.
BUYUT WIRANANGGA ( 1541 – 1566 )
10. BUYUT MERTA NANGGA ( 1566 – 1586 )
11. BUYUR GUYUR ( 1586 – 1601 )
12. BUYUT JEMBAR SURAJAYA ( 1601 – 1636 )
13. BUYUT PANGERAN NITIBAYA ( 1636 – 1688 )
14. BUYUT LEGO CAKRAJAYA ( 1688 – 1733 )
15. BUYUT JAINAH RAKSABAYA ( 1733 – 1448 )
16. BUYUT BIDO RAKSA WIJAYA ( 1748 – 1759 )
17. BUYUT PARTA L. CAKRAJAYA ( 1759 – 1794 )
18. BUYUT ASPIA WIJAYA ( 1794 – 1801 )
19. BUYUT LALANJANG SURAWIJAYA ( 1801 – 1809 )
20. BUYUT SALE L.P. CAKRAJAYA ( 1809 – 1859 )
21. BUYUT ABLI WIJAYA ( 1859 – 1874 )
22. BUYUT JANU WIJAYA ( 1859 – 1874 )
23. ISKAM TIRTA LANGENAN ( 1882 – 1896 )
24. ARJU S. P. L CAKRAJAYA ( 1896 – 1913 )
25. JARIMAN BANTAR WIJAYA ( 1913 – 1919 )
26. SURYA RAKSA KARYA ( 1919 – 1946 )
27. DJALADRI SURYA ATMADJA ( 1919 – 1966 )
28. SODJA ( 1966 – 1976 )
29. TANU ( 1976 – 1978 )
30. SURENDA (
1978 – 1989 )
31. UDI JUNAEDI ( 1989 – 2008 )
32. MAMAN SURAHMAN, S.Sos (
2008 – 2014 )
33. SUDIRJA (Pjs.) ( 2014 – 2015 )
34. MAMAN SURAHMAN, S.Sos ( 2015 – 2021 )
35. Samhari ( 2021 - 2027 )