• Source: Bias pelaporan
  • Bias pelaporan adalah istilah yang mencakup berbagai jenis kecenderungan dalam penelitian yang dapat menghasilkan hasil yang tidak akurat. Jenis bias ini dianggap sebagai salah satu pelanggaran paling serius dalam dunia ilmiah.
    Dalam ilmu epidemiologi, bias pelaporan artinya peneliti atau peserta penelitian sengaja tidak memberitahu atau malah menyembunyikan informasi penting tentang diri mereka, seperti riwayat penyakit, kebiasaan merokok, atau pengalaman seksual. Hal ini bisa membuat hasil penelitian menjadi tidak akurat.
    Perpustakaan James Lind mengatakan bahwa bias pelaporan terjadi ketika para peneliti memilih untuk melaporkan atau tidak melaporkan hasil penelitian mereka berdasarkan apakah hasil tersebut mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang mereka ajukan, atau seberapa kuat bukti yang mereka temukan.


    Bias dalam penelitian


    Bias pelaporan tidak hanya terjadi saat peneliti menyembunyikan hasil yang tidak sesuai dengan harapan dari peneliti, tetapi juga bisa terjadi pada tahap-tahap awal penelitian. Misalnya, peneliti bisa memilih topik atau desain penelitian yang lebih cenderung menghasilkan hasil yang mereka inginkan. Selain itu, cara mereka menganalisis data, memilih jurnal untuk publikasi, atau bahkan bahasa yang mereka gunakan untuk menjelaskan hasil penelitian bisa dipengaruhi oleh bias. Para ahli telah mengidentifikasi beberapa jenis bias pelaporan seperti bias publikasi hanya hasil positif yang dipublikasikan, bias waktu hasil yang tertunda publikasinya, dan bias lainnya yang berkaitan dengan pemilihan tempat penelitian, kutipan, bahasa, dan cara penyampaian hasil.


    Contoh bias pelaporan


    Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh McGauran dan timnya pada tahun 2010, ditemukan bahwa banyak sekali penelitian di bidang medis yang tidak melaporkan hasil penelitian secara lengkap dan jujur. Penelitian ini menemukan bukti bahwa perusahaan farmasi dan pihak-pihak terkait lainnya sering kali menyembunyikan data atau bahkan menghentikan publikasi hasil penelitian yang tidak menguntungkan bagi mereka. Hal ini terjadi pada berbagai jenis pengobatan, mulai dari obat-obatan hingga prosedur bedah.
    Tinjauan sistematis oleh Jones dan rekan-rekannya pada tahun 2015 mencoba membandingkan hasil uji coba terkontrol acak yang ditetapkan dalam protokol terdaftar dengan hasil yang tercatat di dalam artikel jurnal yang sudah ditinjau sebelumnya. Hasilnya terdapat mereka menemukan perbedaan antara hasil yang ditetapkan sebelumnya dan yang dilaporkan pada sepertiga penelitian yang mereka tinjau. Ada 13% penelitian melaporkan hasil yang sama sekali baru yang tidak tercantum dalam rencana awal penelitian.
    Pada studi kohort tinjauan sistematis oleh Saini dan rekannya pada tahun 2014 menemukan 86% tinjauan penelitian tidak melaporkan data mengenai hasil bahaya utama yang diinginkan
    Penelitian yang dilakukan oleh Scharf dan Colevas pada tahun 2006 menemukan ketidaksesuaian yang cukup besar dalam pelaporan efek samping obat antara data yang dimiliki oleh perusahaan farmasi dengan data yang dipublikasikan dalam artikel ilmiah. Dari 22 penelitian yang diteliti, sebanyak 14 penelitian menunjukkan perbedaan lebih dari 20% antara jumlah efek samping yang dilaporkan oleh perusahaan farmasi dengan jumlah yang dilaporkan dalam artikel ilmiah.
    Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jefferson dan timnya pada tahun 2014 menemukan adanya kesalahan dalam penilaian risiko bias pada sejumlah penelitian tentang obat oseltamivir. Setelah dilakukan analisis yang lebih mendalam terhadap metode penelitian yang digunakan, ternyata lebih dari setengah dari penelitian yang sebelumnya dianggap memiliki risiko bias rendah, ternyata memiliki risiko bias yang tinggi. Ini artinya, hasil penelitian tentang oseltamivir tersebut mungkin tidak seakurat yang diperkirakan sebelumnya.


    Dampak dari bias pelaporan


    Sebuah penelitian besar pertama yang menganalisis keamanan obat Rofecoxib menemukan bahwa orang yang mengonsumsi obat ini memiliki risiko kematian atau masalah jantung yang serius sebesar 79% lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengonsumsi obat ini. Informasi penting ini disembunyikan oleh perusahaan pembuat obat, dan uji coba penggunaan obat ini tetap dilanjutkan meskipun sudah ada bukti bahaya yang signifikan. Sampai saat ini, risiko masalah jantung yang terkait dengan penggunaan Rofecoxib masih belum sepenuhnya dipahami.


    Referensi

Kata Kunci Pencarian: