Buddha yang Belum Selesai (bahasa Inggris: Unfinished
Buddha) adalah sebuah nama
yang diberikan kepada sebuah arca
yang diperkirakan berasal dari stupa terbesar di Candi Borobudur. Asal usul arca ini
Belum diketahui. Tetapi, diperkirakan bahwa arca ini berada di bawah sebuah pohon di samping Candi Borobudur.
Penamaan
Patung
Buddha yang tidak sempurna disebut tidak sempurna karena terlihat
Belum Selesai dalam pengerjaannya. Meskipun ukiran wajah sempurna, tetapi detail ukiran tidak ada. Misalnya, tangan kanan
yang berbentuk persegi (jari-jari tidak lengkap dan ada satu hilang), lengan kanan
yang tidak sama panjang dengan lengan kiri, ikal rambut
yang Belum dipahat, pahatan lipatan baju tidak halus, salah satu bahu tangan
yang lebih besar daripada bahu tangan
yang lain.
Sejarah
Stupa besar di tengah
yang menjadi puncak mahkota monumen Borobudur memiliki ruang kosong dan tertutup secara sempurna dari luar. Saat dibuka untuk restorasi, di dalam stupa tersebut konon ditemukan sebuah patung
Buddha yang Belum Selesai yang mewakili sebuah kondisi spiritual transendental. Meskipun kini dipercaya bahwa patung tersebut berasal dari dalam stupa utama Borobudur, kemungkinan patung tersebut bukan menjadi simbol religius
yang signifikan. Terdapat kemungkinan bahwa patung tersebut cacat saat dikerjakan. Namun, daripada menghancurkan sebuah patung
Buddha, pengawas pembangunan mungkin memasukkannya ke dalam stupa utama.
Sebelum restorasi pertama oleh Theodoor van Erp, bagian puncak candi didirikan sebuah gubug sebagai gardu pandang sekaligus kedai teh. Ada kemungkinan pada masa itu patung
Buddha yang tidak sempurna ini disingkirkan dari atas dan dipindahkan ke bawah candi.
Pada tahun 1907-1911, Van Erp memimpin pemugaran Borobudur. Ia menemukan stupa induk
yang kosong, dan ternyata di dalamnya terdapat patung unfinished
Buddha yang tertimbun tanah. Karena tidak ada bukti
yang meyakinkan mengenai asal-usulnya, Van Erp meletakkannya di bawah pohon kenari di halaman candi. Ia meyakini bahwa patung tersebut adalah patung gagal
yang diafkir. Pendapat Van Erp didukung oleh Prof. Soekmono (1973),
yang juga mendasarkan keyakinannya pada saat penemuan Borobudur di era Raffles pada tahun 1814,
yang tidak menyebutkan penemuan patung cacat tersebut.
Namun, tindakan Van Erp dikritik oleh beberapa arkeolog
yang berpendapat seharusnya Van Erp mengembalikan patung tersebut ke dalam stupa. Menurut Bernard Kempers, arca tersebut memang disengaja untuk tidak diselesaikan pembuatannya, dan berdasarkan catatan China tahun 604 M, di India pernah terdapat patung
Buddha cacat seperti itu.
Pada tahun 1994, Prof. Soekmono menulis jurnal arkeologi
yang menyatakan bahwa pada tahun 1973 ia tidak mengembalikan patung
Buddha yang tidak sempurna ke dalam stupa utama dengan alasan bahwa mereka harus melubangi stupa
yang sudah ditutup oleh Van Erp. Hal tersebut bertentangan dengan spirit rekonstruksi. Ia yakin bahwa "arca cacat" itu memang letaknya di dalam stupa utama. Berdasarkan serat Centhini pupuh 105 bait 8-9, Prof. Soekmono menemukan cerita mengenai arca itu. Dikisahkan bahwa pada suatu malam, Mas Cebolang tidur dekat stupa induk Borobudur dan melihat arca besar
Buddha yang Belum Selesai. Cebolang bertanya bagaimana di puncak ada arca
yang Belum lengkap, kemudian menganggapnya arca itu memang sengaja dibuat rusak.
Kini patung
Buddha tidak sempurna bisa dilihat di Museum Karmawibhangga
yang dibangun didekat Borobudur pada saat restorasi
yang disponsori oleh pemerintah Indonesia dan UNESCO sekitar tahun 1970-an.
Bentuk dan lambang
Meskipun tidak diukir sempurna dan berbentuk kotak, tangan kanan patung
Buddha tidak sempurna jelas menunjukkan mudra bhūmiśparsa mudrā (mudra menyentuh bumi).
= Lambang Adi Buddha Vairochana
=
Sebagian peneliti mempercayai bahwa patung tersebut tidak terselesaikan karena memiliki makna simbolis sehingga diletakkan di pusat stupa. Salah satu hal
yang menjadikan dasar dugaan bahwa patung ini merupakan perlambangan dari Adi
Buddha adalah tafsiran mengenai bentuknya
yang tidak sempurna. Dalam hal ini tampak local genius seniman pada masa itu. Bentuk
yang tidak sempurna ini menggambarkan moksa: dari ada bentuk ke tiada bentuk, dari rupa ke arupa.
Bagi
yang mempercayai pendapat bahwa patung
Buddha tidak sempurna ditemukan di tengah stupa utama Borobudur, terdapat dua pilihan: figur
Buddha yang diletakkan di pusat Candi Borobudur adalah
Buddha Wairocana tetapi dengan posisi mudra
yang tidak biasanya (yaitu bhūmiśparsa mudrā), atau figur
Buddha tersebut bukanlah
Buddha Wairocana (
yang dianggap sebagai salah satu wujud Adi
Buddha.
Bagi
yang tidak mempercayai bahwa patung
Buddha yang tidak sempurna ditemukan di dalam stupa utama Borobudur, harus ada penjelasan mengapa
Buddha Wairocana
yang biasanya berada di pusat (lihat Lima
Buddha Kebijaksanaan) tidak ditampilkan. Meskipun demikian, patung-patung di Borobudur tidak menuruti pola Lima
Buddha Kebijaksanaan dengan sempurna, karena Borobudur memiliki setidaknya enam atau kemungkinan tujuh figur
Buddha yang berbeda.
= Lambang Buddha Shakyamuni
=
Sebagai Mandala 3 dimensi, Borobudur tidak merujuk pada mandala Tibetan maupun Jepang. Kedua jenis mandala
yang terakhir, menampilkan serombongan makhluk suci (
Buddha, Bodhisatwa, Dharmapala), sementara Borobudur hanya menampilkan sekitar enam atau tujuh bentuk patung saja. Terdapat dua kitab
yang diasosiasikan dengan stupa Borobudur, yaitu Avatamsaka sutra (terutama bab Gandavyuha) dan sebuah kitab
yang tidak jelas (kemungkinan kitab-kitab Mahāvairocana, seperti Mahāvairocanasūtra, Vajraśekhara, Sarvatathāgatatattvasaṃgraha, atau Sarvadurgatipariśodhanatantra).
Dengan mendasarkan penelitian pada Avatamsaka Sutra, sebagian peneliti beranggapan bahwa patung
Buddha tidak sempurna di tengah Borobudur merupakan perwujudan dari
Buddha Sakyamuni sendiri. Terdapat sebuah tradisi bahwa Avatamsaka Sutra diajarkan
Buddha Sakyamuni sesaat setelah ia mencapai pencerahan.
Inilah
yang aku dengar, Pada suatu waktu
Buddha berada di wilayah Magadha, dalam kondisi murni, di lokasi mencapai pencerahan, baru saja mencapai kesadaran sejati.
Pendapat tersebut didukung kenyataan bahwa
Buddha Sakyamuni, pada saat baru mencapai pencerahan, menunjuk bumi sebagai saksi bahwa dia telah benar-benar mencapai pencerahan dengan membentuk bhūmiśparsa mudrā. Sementara itu,
Buddha Wairocana ditampilkan sebagai 72
Buddha dengan dharmacaktamudrā
yang terletak pada tiga tingkat paling atas Borobudur
yang berbentuk bundar (tingkatan
yang bawah berbentuk persegi). Di seluruh Asia,
Buddha Wairocana beberapa kali ditampilkan membentuk bhūmiśparsa mudrā, misalnya di Dunhuang.
Kenyataan ini tidak menyadari kenyataan ini, karena beranggapan bahwa tidak masuk akal setelah kita dibawa ke puncak pencapaian
yang paling atas, kita dibawa kembali ke bumi, pada masa paling awal yaitu saat Sakyamuni membabarkan dharma.
=
Menurut penelitian W.F. Sttuterheim, ahli purbakala dari Belanda, terhadap kitab Sanghyang Kamahayanikan, disebutkan jumlah arca
Buddha di Borobudur sebanyak 505 buah. Arca pengejawantahan tertinggi adalah arca Bhatara
Buddha yang tak tampak. Karena jumlah arca di Borobudur kini hanya 504 buah, Sttuterheim menyimpulkan bahwa arca "
Buddha Cacat" tersebut adalah sang Bhatara
Buddha.
Lihat pula
Borobudur
Arca
Adi
Buddha
Museum Karmawibhangga
Referensi
Pranala luar
Foto tripadvisor
Foto flickr