- Source: Buku telepon
Buku telepon adalah buku berisi nama, alamat, dan nomor telepon milik pelanggan telepon dalam wilayah tertentu. Penerbit buku telepon adalah perusahaan jasa telekomunikasi atau penyedia layanan informasi telepon.
Isi
Terdapat dua jenis buku telepon yang diterbitkan pada umumnya, yaitu halaman kuning (yellow pages) dan halaman putih (white pages). Keduanya ditata sesuai urutan alfabetis (dari A-Z), namun dengan skema yang berbeda. Kedua buku didistribusikan oleh perusahaan operator telepon secara gratis ke masyarakat. Buku ini bisa diantar langsung ke alamat pelanggan atau diambil sendiri di kantor telepon sewaktu membayar rekening telepon. Umumnya buku telepon diperbarui setiap satu tahun sekali.
= Halaman putih
=Buku ini berisi daftar seluruh pelanggan telepon dalam suatu wilayah tertentu, yang dilengkapi nama (dan di sejumlah negara) kode pos yang ada. Buku putih juga bisa memuat informasi nomor telepon korporasi atau lembaga negara, nomor-nomor telepon penting, petunjuk penggunaan layanan telepon (lokal/internasional), dan lainnya. Penataannya dilakukan mengikuti huruf, menurut kota atau nama pelanggan. Biasanya nomor telepon yang dimuat hanyalah nomor telepon PSTN, sedangkan buku yang memuat nomor-nomor dari pengguna operator seluler hampir tidak ditemukan. Meskipun secara teoritis buku telepon putih memuat semua nomor pelanggan, namun ada kalanya pelanggan dapat meminta nomornya tidak dimasukkan dengan membayar biaya khusus.
Buku telepon pertama di dunia diterbitkan pada 21 Februari 1878 di kota New Haven, Connecticut, Amerika Serikat yang berisi 50 nomor telepon dalam satu halaman. Saat itu nomor-nomor teleponnya tidak mengandung telepon individual dan penyusunannya tidak diatur secara alfabetis. Setahun kemudian, di Lowell, Massachusetts, atas usulan Moses G. Parker, buku telepon pertama yang diterbitkan secara alfabetis diterbitkan. Setelah itu, buku sejenis mulai diterbitkan di negara-negara lain, seperti di Britania Raya pada 15 Januari 1880, yang berisi 248 nomor di London.
Perkembangan teknologi pada abad ke-20 membuat direktori telepon bisa diakses secara elektronis. Pada tahun 1981, muncul sistem Minitel di Prancis yang dapat digunakan untuk mengakses daftar pengguna telepon lewat layar komputer. Buku telepon pertama yang dipublikasikan lewat internet adalah Infobel.be, dari perusahaan Kapitol di Belgia yang diluncurkan pada Juli 1995. AS dan Inggris menyusul kemudian, yaitu di tahun 1996 dan 1999. Dengan kemajuan teknologi situs-situs tersebut juga ada yang menyediakan jasa telepon menggunakan VoIP. Selain lewat internet, versi digital lain dari buku telepon adalah menggunakan CD-ROM.
= Halaman kuning
=Sering dikenal dengan istilah Bahasa Inggris-nya, yellow pages, buku ini umumnya dicetak di kertas berwarna kuning dan berisi nomor-nomor telepon perusahaan/bisnis. Berbeda dengan buku putih, buku kuning berisi iklan yang didaftarkan oleh bisnis-bisnis yang terdata dalam buku, yang dibayarkan biayanya ke penerbit/perusahaan telepon. Sama seperti buku putih, buku kuning juga disusun secara alfabetis, namun dasar penyusunannya adalah kategori bisnis/bidang usaha di suatu wilayah tertentu.
Istilah yellow pages muncul di tahun 1883 ketika sebuah percetakan di Cheyenne, Wyoming, AS, memutuskan mencetak buku telepon mereka di kertas kuning setelah kertas mereka yang biasanya habis. Namun, formatnya yang sekarang ini diperkenalkan oleh Reuben H. Donnelley di tahun 1886. Di negara asalnya tersebut, yellow pages bukanlah sebuah merek dagang, dan diterbitkan oleh banyak perusahaan seperti DEX One (DEX), AT&T Real Yellow Pages, Yellowbook dan Superpages. Muncul juga versi khusus dari buku ini yang menargetkan kalangan terbatas.
AS juga merupakan tempat munculnya logo yellow pages yang terkenal, yaitu dua jari berbentuk "V" terbalik yang "berjalan" di atas buku kuning. Logo ini dinamakan "logo berjalan" (walking fingers). Penciptanya adalah Henry Alexander, dari New England di tahun 1962, yang saat itu bekerja untuk New England Telephone Company milik perusahaan telepon AT&T. Sama seperti nama "yellow pages", logo tersebut juga tidak diberi hak cipta oleh AT&T sehingga boleh digunakan perusahaan lain. Biasanya logo tersebut dipadukan dengan slogan let your fingers to do walking (Bahasa Indonesia: cari tahu dengan jarimu).
Ketiga identitas buku ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dan diterapkan di banyak buku-buku kuning yang diterbitkan, walaupun bisa juga mengalami modifikasi seperti dalam nama dan perwujudan logo. Di negara-negara selain AS lainnya, slogan, nama atau logo yellow pages dapat diberi hak cipta khusus oleh penerbitnya.
Seiring perkembangan teknologi, yellow pages juga bisa diakses secara digital melalui internet, yang memberikan hasil pencarian berdasarkan wilayah, maupun dalam bentuk e-book.
= Jenis lainnya
=Di beberapa negara, juga diterbitkan buku yang disebut grey pages (halaman abu-abu) yang merupakan kebalikan buku putih, di mana nomor telepon digunakan sebagai panduan utama dalam pencatatannya. Ada juga buku telepon yang diterbitkan khusus bagi instansi pemerintahan atau keamanan, yang dinamakan blue pages atau green pages.
Penerbit
Pada umumnya penerbitan buku telepon dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi yang menjadi operator telepon kabel di suatu wilayah. Jumlah buku yang diterbitkan dapat berbeda menurut negara. Di AS, yang lebih mengunggulkan kompetisi, terdapat banyak perusahaan yang menyelenggarakan jasa telepon, sehingga buku telepon yang dicetak juga memiliki banyak versi. Seiring waktu juga muncul penerbit buku telepon yang terpisah dari perusahaan telekomunikasi, setelah perusahaan telepon menjual/spin-off bisnisnya ke entitas terpisah. Misalnya, di Britania Raya, penerbit buku telepon adalah perusahaan bernama Yell, yang merupakan sempalan dari penerbit aslinya yaitu perusahaan telekomunikasi British Telecom.
Hal yang berbeda terjadi di negara yang (pernah) menerapkan monopoli, di mana penerbitan buku telepon umumnya tetap didominasi oleh perusahaan telekomunikasi yang dominan. Di Jepang misalnya penerbit utama buku telepon adalah Nippon Telegraph and Telephone, sedangkan di Indonesia adalah Telkom Indonesia.
= Buku telepon di Indonesia
=Tidak diketahui secara pasti kapan buku telepon pertama diterbitkan di Hindia Belanda, namun pada pertengahan abad ke-20, buku tersebut sudah muncul di sejumlah kota, seperti Batavia, Surabaya, Lampung, Makassar dan Banjarmasin. Pada mulanya buku yang diterbitkan masih belum memisahkan halaman putih dan kuning, dengan iklan diselipkan langsung di daftar seluruh pengguna telepon. Buku tersebut juga menggunakan Bahasa Belanda. Setelah kemerdekaan RI buku tersebut mulai menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga namanya berubah dari "Telefoongids (kota)" menjadi "Buku Penundjuk Telepon (kota)" (EYD: Buku Penunjuk Telepon).
Mulanya penerbit buku tersebut adalah perusahaan Post, Telegraaf, en Telefoondienst/Pos, Telegrap dan Telekomunikasi (PTT), yang setelah 1965 dilanjutkan PN Postel/Perumtel dengan format yang tidak jauh berbeda. Pada tahun 1975, Perumtel menjalin kerjasama dengan anak usaha Pertamina, Elnusa untuk mengembangkan bisnis direktorinya. Masuknya Elnusa (dalam wadah Elnusa GTDI) membuat buku telepon yang diterbitkan di Indonesia mulai mengikuti gaya Barat, seperti dalam tata letak dan pemisahan yang jelas antara white pages dan yellow pages. Mulanya buku cetakan kerjasama keduanya hanya diterbitkan di 5 kota, yang kemudian diperluas ke berbagai daerah, termasuk ke 27 provinsi di Indonesia. Kerjasama tersebut kemudian ditransformasikan menjadi sebuah perusahaan patungan bernama PT Elnusa Yellow Pages, dengan pemegang sahamnya terdiri dari YDPP Telkom dan PT Elnusa (70%). Perusahaan tersebut kemudian akan terus menjadi penerbit buku ini hingga 2013, meskipun sempat berubah kepemilikan menjadi dikuasai penuh oleh Telkom (d/h Perumtel) dan namanya berganti menjadi PT Infomedia Nusantara.
Buku yang nama resminya kemudian menjadi "Buku Petunjuk Telepon" (BPT) ini mulanya menggabungkan yellow pages dan white pages dalam satu buku. Seiring waktu, dimulai dari Jakarta sejak akhir 1980-an, BPT terbitan PT Elnusa YP/Infomedia Nusantara dipecah menjadi beberapa versi. Mulanya hanya buku putih dan buku kuning yang dipisah. Lalu, buku kuning dipecah menjadi dua: versi "Belanja" yang berisi iklan-iklan dan nomor telepon bisnis yang ditujukan untuk konsumer (hotel, restoran, dll), dan versi "Industri dan Niaga" yang menargetkan sektor korporasi besar. Buku putih pun dipecah juga, mulanya menjadi versi "Residensial" (perumahan) dan "Bisnis" (korporasi), yang selanjutnya versi Residensial dipecah menjadi lima wilayah Jakarta (Barat, Selatan, Utara, Timur dan Pusat). Sejak cetakan Industri dan Niaga Jakarta 2005, yellow pages juga mulai diterbitkan dalam versi warna (full color). Buku yellow pages kemudian mendapatkan nama resmi yaitu "Panduan Informasi Bisnis" (PIB). Infomedia kemudian berusaha menerapkan pemisahan tersebut ke berbagai wilayah, terutama di kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung dan Medan, meskipun tidak seluruhnya (hingga 2010-an, masih ada daerah yang bukunya dicetak tanpa warna dan buku putih-kuningnya digabung).
Perkembangan teknologi membuat Infomedia memperluas jangkauan yellow pages terbitannya dalam berbagai versi. Di tahun 1996, mereka meluncurkan situs web-nya dengan nama yellowpages.co.id. Disusul kemunculan yellow pages dalam versi CD-ROM, dan pada 2000-an, versi e-book dari buku cetaknya khusus beberapa kota. Layanan mereka kemudian juga tersedia/dapat diakses dalam bentuk SMS, aplikasi, Yellow Kiosk, telepon 108, layanan bernomor 8108, dan lainnya. Diperkirakan, pada tahun 2009, ada 74 buku yellow pages yang diterbitkan per tahunnya di Indonesia. Selain buku tersebut, Infomedia juga menerbitkan direktori lain seperti Hospital & Health Directory, Indonesia Tourist Directory, dll.
Pada tahun 2013 Telkom menyerahkan penerbitan buku telepon dari Infomedia kepada anak usahanya yang lain yang baru dibentuk, bernama PT Metra Digital Media, dalam rangka mengonsolidasikan bisnis periklanan perusahaan. Meskipun demikian, seperti nasib buku telepon di negara lain, penggunaannya juga terus merosot seiring waktu. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi jasa direktori pada pendapatan Metra yang pada tahun 2016 hanya mencapai Rp 120 miliar, dari total Rp 630 miliar. Pada tahun sebelumnya (2015), jumlah buku yang diterbitkan juga sudah berkurang menjadi 21 buku. Untuk mengatasi penurunannya, Metra sempat mencanangkan upaya digitalisasi layanan yellow pages, khususnya untuk menjadi layanan "digital enabler" khusus UMKM.
Belakangan, Metra menyerahkan penerbitan buku tersebut ke perusahaan lain di luar Telkom bernama PT Gets Dinamika sejak 2018. Lepasnya penerbitan buku telepon dari tangan Telkom, seakan menjadi pertanda usianya yang tidak lama lagi. Di bawah Gets, buku telepon yang diterbitkan di Indonesia semakin berkurang menjadi di hanya beberapa kota besar saja (Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Medan, dll). Tahun 2021 menjadi tahun terakhir buku yellow pages diproduksi oleh Gets Dinamika. Penghentian yang tanpa gembar-gembor itu, berarti mengakhiri penerbitan buku telepon di Indonesia.
Selain Telkom, ada juga perusahaan di luar perusahaan BUMN tersebut yang berusaha menerbitkan buku kuningnya sendiri sejak 2000-an. Buku-buku mereka umumnya tidak resmi dan hanya berisi iklan saja. Beberapa kali buku-buku tak resmi tersebut juga diduga merupakan bagian dari sindikat penipuan kepada masyarakat yang kurang memahami skema pemasangan iklan. Buku tersebut muncul dalam berbagai nama, seperti IBN Yellowpages, ID Yellowpages, MBN Yellowpages, Info Yellowpages, IDB Yellowpages, IBD Yellowpages dan lainnya. Munculnya yellow pages palsu tersebut terjadi meskipun merek, logo dan identitas buku ini sudah didaftarkan sebagai hak merek milik Telkom.
Buku telepon di abad ke-21
Seiring menurunnya penggunaan telepon kabel, penggunaan buku telepon (putih/kuning) juga terus menurun. Kini, tugas buku tersebut seakan sudah digantikan oleh mesin pencari seperti Google. Buku telepon di banyak tempat berubah, dari buku tebal yang bisa mencapai ribuan halaman, menjadi buku tipis dengan informasi seadanya, dan tidak lagi digunakan untuk mencari informasi, melainkan hanya dijual sebagai barang loak atau digunakan seperti kertas bekas. Menurut suatu data, penggunaan buku yellow pages di AS menurun hingga 60% dari 2007-2012. Inovasi seperti buku telepon digital atau lewat internet menjadi cara penerbitnya untuk mengatasi penurunan tersebut.
Di banyak negara maju, sejak 2010-an, muncul kritik pada penerbitan buku telepon yang dianggap sebagai pemborosan yang tidak bermanfaat. Sejumlah kelompok pecinta lingkungan di AS, pada tahun 2011 menyebutkan 70% penduduk AS tidak pernah menggunakan buku telepon (meskipun survei RingCentral di tahun 2013 menyatakan sebaliknya), ditambah produksinya yang ditaksir menghasilkan 1,4 juta metrik ton gas rumah kaca. Buku telepon di AS juga diklaim memakan biaya besar untuk didaur ulang karena menggunakan kertas dan lem berkualitas rendah, meskipun ada yang berusaha menepisnya dengan menciptakan buku yang diklaim ramah lingkungan.
Kritik tersebut sempat berbuah kebijakan seperti di kota San Francisco pada 2011 yang mewajibkan penerbit buku telepon untuk memberikan layanan berhenti berlangganan buku tersebut. Pada tahun yang sama, wadah dari penerbit yellow pages di AS, seperti Yellow Pages Association dan Association of Directory Publishers membuka situs web yellowpagesoptout.com yang menyediakan layanan berhenti berlangganan buku telepon.
Di luar AS, buku telepon di negara-negara lainnya juga mengalami nasib yang sama, bahkan harus menghentikan penerbitan buku cetaknya. Di Britania Raya, sejak Januari 2019, penerbit buku ini bernama Yell memutuskan mendigitalkan seluruh operasionalnya, sehingga mengakhiri pencetakan buku kuning setelah 51 tahun. Sebelumnya, Golden Pages di Irlandia juga melakukan hal serupa sejak 2017. Sedangkan di Singapura, Global Yellow Pages pada 2018 mengumumkan penghentian penerbitan buku putih dan buku kuningnya demi bisa berfokus di bisnis barunya, real estat.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Buku telepon
- Telepon genggam
- Ponsel cerdas
- Buku
- Nomor telepon darurat
- Levi Strauss & Co.
- Infomedia Nusantara
- Telepon satelit
- Perangkap tinta
- Saksi Kunci
- Joko Pinurbo