- Source: Bur Rasuanto
Bur Rasuanto (06 April 1937 – 15 Mei 2019) adalah seorang sastrawan dan eks wartawan Indonesia. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang penulis buku, cerpen, novel, dan skenario film.
Karier kepenulisan
Bur Rasuanto memulai penulisan karya sastra dengan mengarang cerita pendek. Cerita pendek pertamanya diterbitkan dalam majalah Sastra tahun 1960. Ia belajar membuat cerita pendek dari Hans Bague Jassin. Tiga cerpen Bur Rasuanto yaitu Discharge, Ethyl Plant, dan Pertunjukan memperoleh hadiah tahunan majalah Sastra sebagai cerita pendek terbaik. Dengan terbitnya dua buku kumpulan cerpen yang berjudul Bumi yang Berpeluh dan Mereka yang Bangkit, Bur Rasuanto terkenal sebagi penulis cerita pendek. Ciri khas cerita pendeknya berlatar kehidupan kaum buruh industri perminyakan. H. B. Jassin menyatakan bahwa cerita pendek yang berlatar belakang lingkungan perkilangan minyak merupakan daerah baru bagi pengarang Indonesia dan Bur Rasuanto pertama kali yang mengungkapkan soal itu dalam sastra dengan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya selama bekerja di kilang minyak PT. Stanvac.
Sebagai pengarang, Bur mengaku tidak cukup produktif, khususnya dalam hal mengarang novel. Menurut Bur (Kompas, 22 Juni 1980), mengarang cerpen terasa lebih ringan dan mudah daripada menciptakan novel. Walaupun demikian, ada empat novel yang telah ditulisnya, yaitu Manusia Tanah Air (semula berupa cerita bersambung dalam harian Sinar Harapan (1969), Sang Ayah (Jakarta: Budajata, 1969), Tambang Emas bagi Wan Muda, (novel anak-anak, 1976), dan Tuyet (Jakarta: Gramedia, 1978). Selain sebagai pengarang, Bur Rasuanto juga berkerja sebagai wartawan perang di Harian Kami. Tahun 1967 ia meliput Perang Vietnam. Di samping pernah bertugas di harian Kami, Bur juga pernah bekerja sebagai redaktur harian Indonesia Raja. Dia menulis berbagai artikel, antara lain artikel kebudayaan, politik, dan tinjauan umum, terutama yang berkaitan dengan tugasnya meliput perang. Tulisan-tulisannya antara lain "Sketsa-Sketsa Eksklusif dari Laos" dalam Sinar Harapan, 18 Juli 1968–14 Agustus 1968, yang mengungkapkan pengalamannya selama bertugas sebagai wartawan perang di Laos. Selain itu, "Masalah Mediator dalam Konflik Vietnam" dalam Kompas, 2 Desember 1967, "Vietnam di Selatan Sungai Ben Hai" dalam Harian Kami, 12 Desember 1967, dan "Dengan Pasukan Korea Selatan di Vietnam" dalam Sinar Harapan, 5 Juli 1968.[1]
Karya sastra
= Tuyet
=Tuyet awalnya ditulis sebagai cerita bersambung oleh Bur Rasuanto dalam Harian Kompas. Kemudian Tuyet ditulis sebagai novel. Tokoh utama dalam novel ini ialah seorang gadis Vietnam bernama Tuyet dan seorang wartawan asal Indonesia bernama Alimin yang bertugas di Vietnam. Keduanya bertemu di Saigon hingga menjalin hubungan yang intens. Namun nafsu seksual Alimin menurun ketika Tuyet memaksanya untuk menggaulinya. Sikap Tuyet kemudian diketahui oleh Alimin akibat kebutuhan uang untuk menebus ayahnya yang disekap oleh rezim militer pemerintah Vietnam. Selain itu, penebusan ini juga untuk membatalkan pengambilan keperawanan Tuyet oleh perwira yang menahan ayahnya. Alimin kemudian mengumpulkan uang tebusan dengan menghubungi kawan-kawan wartawan asing. Namun karena pengumpulan berlangsung lama, ia tidak lagi menjumpai Tuyet yang sedang mengadakan perjalanan untuk menyerahkan keperawanannya ke perwira yang menahan ayahnya.
Kehidupan pribadi
Dia lahir di Palembang, Sumatera Selatan, tanggal 6 April 1937. Istrinya bernama Masnun, dikaruniai tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki.[2] Bur Rasuanto meninggal dunia pada tanggal 15 Mei 2019 di usianya yang ke-82 tahun. Ia meninggal dunia setelah tujuh tahun mengidap penyakit Parkinson.[3]
Referensi
= Catatan kaki
== Daftar pustaka
=Haricahyono, Cheppy (1987). Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.
Kata Kunci Pencarian:
- Bur Rasuanto
- Manifesto Kebudayaan
- Konferensi Karyawan Pengarang Indonesia
- Daftar tokoh Sumatera Selatan
- Wiratmo Soekito
- Islam di Indonesia
- Kesusastraan Indonesia Periode 1950-1965
- Sastra Indonesia
- Djakarta 1966
- Daftar alumni Universitas Indonesia
- Manifesto Kebudayaan
- Cultural Muslims
- Islam in Indonesia
- Indonesian literature in the period 1950–65
- Joachim von Amsberg (banker)