Danau Bandung Purba (Sunda: Situ Hiang) atau
Danau Purba Bandung (kadang disebut
Danau Bandung saja) adalah sebuah
Danau Purba yang terbentuk sekitar 210.000 hingga 105.000 tahun silam pada kala Pleitosen akibat letusan dahsyat Gunung Sunda yang menyebabkan tersumbatnya Sungai Citarum, sehingga menyebabkan Cekungan
Bandung mulai tergenang air, dan akhirnya membentuk
Danau.
Danau Purba ini diperkirakan mulai mengering sekitar 16.000 tahun lalu pada akhir kala Pleistosen. Meski begitu, keberadaan
Danau Purba ini dapat dipastikan dengan sejumlah bukti geologi yang ditemukan di sekitar Padalarang. Kedalaman rata-rata
Danau ini diperkirakan sekitar 20 - 30 meter.
Pembentukan
Danau Bandung Purba diperkirakan terbentuk akibat letusan Gunung Sunda sekitar 210.000 hingga 105.000 tahun yang lalu. Material letusan diperkirakan menyumbat Sungai Citarum di sekitar Padalarang, sehingga akhirnya terbentuklah
Danau ini.
Penyusutan
Menyusutnya air
Danau ini diperkirakan terjadi sekitar 16.000 tahun yang lalu akibat adanya gempa bumi dan longsor di antara Curug Cukangrahong dan Curug Halimun, sehingga memungkinkan air
Danau ini mengalir ke utara dan bertemu dengan aliran Sungai Cimeta. Terkurasnya air
Danau ini kemudian membuat Cekungan
Bandung menjadi rawa.
Luas
Danau Bandung Purba diperkirakan membentang dari Cicalengka hingga Padalarang, serta dari Dago hingga ke perbatasan Soreang dan Ciwidey, sehingga luas
Danau Purba ini diperkirakan mencapai hampir 3 kali lipat dari luas Provinsi DKI Jakarta.
Sejarah
Van Bemmelen, 1935, meneliti sejarah geologi
Bandung. Pengamatan dilakukan terhadap singkahan batuan dan bentuk morfologi dari gunung api - gunung api di sekitar
Bandung. Penelitian yang dilakukan berhasil mengetahui bahwa
Danau Bandung terbentuk karena pembendungan Sungai Citarum
Purba. Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran gunung api masal dari letusan dahsyat gunung Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda
Purba di sebelah barat laut
Bandung dan pembentukan kaldera di mana di dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh.
Van Bemmelen secara rinci menjelaskan sejarah geologi
Bandung dimulai pada zaman Miosen (20 juta tahun yang lalu). Saat itu daerah
Bandung utara merupakan laut, terbukti dengan fosil koral yang membentuk terunbu karabg sepanjang punggungan bukit Rajamandala. Kondisi sekarang, terumbu tersebut menjadi batu kapur dan ditambang sebagai marmer yang berpolakan fauna
Purba.
Bukit pegunungan api diyakini masih berada di daerah sekitar Pegunungan Selatan Jawa. Sekitar 14 sampai 2 juta tahun yang lalu, laut diangkat secara tektonik dan menjadi daerah pegunungan yang kemudian 4 juta tahun yang lalu dilanda dengan aktivitas gunung api yang menghasilkan bukit-bukit yang menjurus utara selatan antara
Bandung dan Cimahi, antara lain Pasir Selacau. Pada 2 juta tahun yang lalu aktivitas vulkanik ini bergeser ke utara dan membentuk gunung api
Purba yang dinamai Gunung Sunda, yang diperkirakan mencapai ketinggian sekitar 3000 mdpl. Sisa gunung raksasa ini sekarang adalah punggung bukit.
Sekutar Situ Lembang (salah satu kerucut sampingan sekarang disebut Gunung Sunda) dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda
Purba ini. Sisi lain dari Gunung Sunda
Purba ini terdapat di sebelah utara
Bandung, khususnya sebelah timur Sungai Cikapundung sampai Gunung Manglayang, yang oleh van Bemmelen (1935 - 1949) disebut sebagai Blok Pulasari. Pada lereng ini terutama di temukan situs-situs artefak ini, yang diteliti lebih lanjut oleh Roptzlev pada zaman Jepang dan pendudukan Belanda di Masa Perang Kemerdekaan. Sisa lain dari Gunung Sunda
Purba ini adalah Bukit Putri di sebelah timur laut) Lembang.
Gunung Sunda
Purba itu kemudian runtuh, dan membentum suatu kaldera (kawah besar yang berukuran 5 – 10 km) yang ditengahnya lahir Gunung Tangkuban Parahu, yang disebut dari Erupsi A dari Gunung Tangkuban Parahu, bersamaan pula dengan terjadinya Patahan Lembang sampai Gunung Manglayang, dan memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran rendah
Bandung. Kejadian ini diperkirakan van Bemmelen terjadi sekitar 11.000 tahun yang lalu.
Suatu erupsi catalysmic kedua terjadi sekitar 6000 tahun yang lalu berupa suatu banjir abu panas yang melanda bagian utara
Bandung (lereng Gunung Sunda
Purba) sebelah barat Sungai Cikapundung sampai sekitar Padalarang,
Bandung Barat Padalarang di mana Sungai Citarum
Purba mengalir ke luar dataran tinggi
Bandung. Banjir abu vulkanik ini menyebabkan terbendungnya Sungai Citarum
Purba, dan terbentuklah
Danau Bandung.
Tahun 90-an, Dam dan Suparan (1992) dari Direktorat Tata Lingkungan Departemen Pertambangan mengungkapkan sejarah geologi dataran tinggi
Bandung. Penelitian ini menggunakan teknologi canggih seperti metoda penanggalan pentalikhan radiometri dengan isotop C-14 dan metode U/TH disequilibirum. Dan melakukan pengamatan terhadap perlapisan endapan sedimen
Danau Bandung dari 2 bor masing-masing sedalam 60 m di Bojongsoang dan sedalam 104 m di Sukamanah; melakukan pentalikan dengan metoda isotop C-14 dan 1 metoda U/TH disequilibirum; dan pengamatan singkap dan bentuk morfologi di sekitar
Bandung. Berbeda dengan Sunardi (1997) yang mendasarkan penelitiannya atas pengamatan paleomagmatisme dan pentalikhan radio metri dengan metode K-Ar.
Lihat juga
Sesar Lembang
Referensi
Pranala luar
Sejarah
Bandung Purba dan gunung zhunnda
Sejarah
Danau Purba Bandung