- Source: Darah sebagai makanan
Sejumlah budaya mengkonsumsi darah sebagai makanan, yang sering dikombinasikan dengan daging.
Dalam beberapa budaya, darah adalah makanan tabu.
Metode penyajian
Darah yang dijadikan makanan berasal dari berbagai jenis hewan, umumnya mamalia besar yang diternakkan seperti sapi, babi, domba, dan sebagainya. Di Asia, darah unggas juga umum dikonsumsi (misal Tiết canh asal Vietnam). Darah dapat disajikan sebagai makanan dengan dijadikan sosis, puding, panekuk, sup, hingga dikonsumsi mentah. Di Tibet, darah yak yang dikentalkan merupakan makanan tradisional warga setempat. Masyarakat Inuit mengkonsumsi darah anjing laut secara langsung dengan meminumnya karena diyakini mengembalikan kekuatan para pemburu dan dipercaya mampu menyehatkan badan. Masyarakat Maasai juga mengkonsumsi darah sapi secara langsung di perayaan tertentu.
Darah yang akan dijadikan makanan dimasak terlebih dahulu hingga mengental lalu ditambahkan bahan pengisi hingga menjadi padat. Bahan pengisi dapat berupa tepung jagung, suet, daging, dan serealia.
Konsumsi darah pada keagamaan
Gereja Katolik, beserta dengan Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, Lutheran, dan beberapa gereja Anglikan, mempercayai bahwa dalam sakramen Ekaristi, para partisipan mengkonsumsi darah dan tubuh Yesus Kristus secara literal.
Penganggapan budaya
Beberapa budaya menganggap darah tabu untuk dijadikan makanan. Dalam agama Abrahamik, kebudayaan Yahudi dan Muslim melarang konsumsi darah.
Referensi
Bacaan tambahan
Alan Davidson: The Oxford Companion to Food. 2. Auflage. Oxford University Press, Oxford u.a. 2006, ISBN 0-19-280681-5, Artikel: Blood.
Kata Kunci Pencarian:
- Darah sebagai makanan
- Donor darah
- Kadar gula darah
- Gangguan pada sistem peredaran darah manusia
- Teluh Darah
- Tepung darah
- Jantung
- Kerang dara
- Sosis darah
- Sup darah babi
- Public holidays in Indonesia
- Pindang
- 5 August 2018 Lombok earthquake