"
Democracy Dies in
Darkness" (bahasa Indonesia: Demokrasi Mati dalam Kegelapan) adalah slogan resmi surat kabar asal Amerika Serikat, The Washington Post, yang diadopsi pada tahun 2017. Slogan ini diperkenalkan di situs web surat kabar tersebut pada tanggal 22 Februari 2017, dan dimuat dalam bentuk cetak seminggu kemudian. Setelah diumumkan, slogan tersebut menimbulkan reaksi yang signifikan – baik positif maupun negatif – dari organisasi berita lain dan berbagai figur media.
Sejarah
The Washington Post pertama kali meluncurkan slogan tersebut melalui Snapchat pada 17 Februari 2017, ketika Snapchat meluncurkan platform Snapchat Discover yang dimaksudkan untuk menjangkau pembaca dari kalangan anak muda, lalu menambahkannya ke situs webnya di bawah judul surat kabar. Shani George, Direktur Komunikasi surat kabar tersebut, mengatakan bahwa frasa tersebut telah digunakan secara internal di dalam perusahaan selama bertahun-tahun sebelum diadopsi secara resmi.
“
Democracy Dies in
Darkness” adalah slogan pertama yang secara resmi diadopsi oleh The Washington Post dalam 140 tahun sejarahnya. Menurut surat kabar tersebut, frasa ini dipopulerkan oleh jurnalis investigasi Bob Woodward. Woodward menggunakan frasa ini dalam sebuah artikel tahun 2007 yang mengkritik kerahasiaan pemerintah, dan merujuk frasa ini dalam sebuah presentasi tahun 2015 pada sebuah konferensi saat ia berbicara tentang The Last of the President's Men, bukunya mengenai skandal Watergate. Woodward mengatakan bahwa ia tidak menciptakan frasa itu sendiri, melainkan mengaitkan frasa tersebut dengan keputusan hakim dalam kasus Amandemen Pertama, yang diyakini berasal dari Hakim Sirkuit Damon Keith. Pemilik surat kabar tersebut, Jeff Bezos, yang menghadiri presentasi Woodward pada tahun 2015, dan juga menggunakan frasa tersebut dalam sebuah wawancara pada bulan Mei 2016. Surat kabar ini mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk mengadopsi slogan resmi pada awal tahun 2016. Hal ini memulai sebuah proses yang melibatkan sekelompok karyawan surat kabar untuk berkumpul dan mengembangkan ide untuk slogan. Kelompok ini akhirnya memilih “
Democracy Dies in
Darkness” setelah melalui proses curah pendapat dengan lebih dari 500 pilihan.
Pada tahun 2019, slogan ini yang diluncurkan oleh The Washington Post muncul di akhir iklan Super Bowl. Dinarasikan oleh Tom Hanks, dan iklan ini merupakan iklan Super Bowl pertama dari surat kabar tersebut.
Penerimaan
Slogan tersebut menimbulkan reaksi di Internet setelah diumumkan. Di Twitter, sejumlah penulis di organisasi media lain mengejek slogan tersebut, sementara organisasi berita ProPublica menggambarkan slogan tersebut sebagai “mengagumkan”. Majalah Slate mengatakan bahwa slogan tersebut terdengar “seperti slogan yang lebih cocok untuk nabi kiamat daripada surat kabar harian”, dan membandingkan slogan tersebut dengan judul-judul lima belas album heavy metal, dan mengatakan bahwa slogan-slogan tersebut “tidak terlalu kelam” dibandingkan dengan slogan The Washington Post. Kamus Merriam-Webster mencatat adanya lonjakan pencarian kata "
Democracy" dalam kamus tersebut, setelah surat kabar tersebut menggunakan slogan tersebut.
Dean Baquet, editor eksekutif The New York Times, mengatakan bahwa slogan tersebut “terdengar seperti film Batman mendatang”, sementara jurnalis Jack Shafer menyebut slogan tersebut “cukup berat untuk sebuah moto surat kabar.” Moto Capitol Hill Citizen “
Democracy Dies in Broad Daylight” (Demokrasi Mati di Siang Bolong) dimaksudkan sebagai sindiran terhadap apa yang digambarkan oleh Ian Ward dari Politico sebagai “moto penting dari Washington Post,
Democracy Dies in
Darkness”.
Referensi