Desa Wisata Malasari (aksara Sunda: ᮓᮦᮞ ᮝᮤᮞᮒ ᮙᮜᮞᮛᮤ) merupakan
Desa Wisata dengan kombinasi lanskap geografis yang berpadu dengan sumber daya budaya, adat istiadat serta aktivitas masyarakat yang disajikan untuk kegiatan rekreasi atau liburan.
Bentang alam nan indah serta formasi vegetasi yang menutupi kawasan konservasi sumber daya alam hutan Halimun menyimpan beragam flora dan fauna nya telah menampilkan keindahan dan keunikan tersendiri dengan berbagai karakternya.
Lanskap buatan berupa kebun teh Nirmala dan persawahan terasering yang ditata sedemikian rupa sehingga menampilkan pemandangan alam yang indah nan eksotis. Kondisi geografi dan fisik
Desa Malasari yang dikelilingi oleh sungai Cikaniki dan Sungai Cidurian serta memiliki banyak air terjun dengan berbagi variasinya. Itulah Kekayaan alam yang menjadi daya dukung lingkungan permanen terhadap pariwisata di
Desa Wisata Malasari.
Potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan perwakilan ekosistem hutan tropis. Jenis anggota suku Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan penciri hutan hujan dataran rendah. Satwa penciri yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun salak yang menjadi daya tarik pariwisata adalah Owa Jawa, Macan Tutul, Elang Jawa serta Kukang.
Tradisi pertanian masyarakat dengan berbagai aktivitas pendukung kegiatan bercocok tanam masih terjaga dengan apik seperti adanya upacara seren taun serta sedekah bumi sebagai perlambang rasa syukur manusia terhadap Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui Bumi. Upacara yang dirayakan setiap tahunnya itu merupakan daya dukung tradisi masyarakat terhadap Pariwisata pada sektor budaya
Lainya banyak terdapat tempat bersejarah dan dianggap penting yang telah menjadi simbol-simbol berartinya
Malasari dalam sejarah peradaban manusia pada masa lampau, seperti halnya Pendopo Bupati 1947 yang menjadi cikal bakal berdirinya Pemerintah Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat dan beberapa benda peninggalan yang cukup tua. Hal tersebut menjadi daya dukung warisan budaya sebagai pembangkit pariwisata DWM. Pesona keramahtamahan yang masih menjungjung tinggi nilai adat dan budaya merupakan salah satu asset terbesar dalam daya tarik
Wisata karena keramahtamahan adalah pesona
Sebaran Potensi
Pengelolaan kepariwisataan yang berprinsif pada Community Based Tourism dengan pendekatan sebaran kampung dan sebaran objek
Wisata (ODTW) serta prinsip Manajemen Kolaborasi (co-Management) menjadi dasar dalam mengelola pariwisata
Desa Wisata Malasari. Co-Management didasarkan karena wilayah
Desa Wisata Malasari sebagian besarnya adalah kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki luasan sebesar 6.470 Hektar (78%), kawasan Perkebunan Teh Nirmala Agung dengan luas 971,22 Hektar (11.8%) dan sisanya dimiliki oleh warga
Desa Malasari.
Kampung ekowisata yang saat ini di fokuskan di ujung selatan
Desa Malasari dengan daya dukung lingkungan permanen, fasilitas akomodasi dan sumberdaya manusia masyarakat kampung Citalahab merupakan bentuk kesiapan
Desa Wisata Malasari guna mengusung pariwisata yang berprinsip pada Community Based Tourism dan Co-Management.
Sebaran potensi
Desa Wisata Malasari merupakan kombinasi lansekap bentang hutan Halimun, pesawahan terasering dan perkebunan Nirmala Agung, sumber daya budaya dan adat istiadat serta hasil buah karya masyarakat yang sebagian besarnya bekerja sebagai petani tradisional.
= Ujung Utara
=
Disebut kampung Nyuncung, karena pedusunan ini letaknya berada diujung utara
Desa Malasari (nyuncung dalam dialek sunda berarti ujung). Mayoritas warganya kampung Nyuncung berprofesi sebagai petani, peternak & beberapa keluarga bermata pencaharian sebagai pengrajin seperti pembuat sapu awis (sapu yang terbuat dari bunga tanaman Amliso bergenus Thysanolaena, spesies maxima dari keluarga rumput-rumputan) & anyam-anyaman tradisional. Potensi
Wisata yang berada di kampung Nyuncung adalah air terjun 7 tingkat yang dikenal curug nyunclung lainnya adalah curug Bajing, curug Pasakan, lanskap persawahan terasering, camping ground & atraksi kebudayaan seperti upacara adat sedekah bumi serta seren taun.
Kampung kedua yang berada paling ujung barat laut
Desa Wisata Malasari adalah kampung Cisangku yang memiliki potensi
Wisata curug tujuh, camping ground dan setu Cisangku. Setelahnya adalah Kampung Kramat Banteng dan Kampung Sijagur yang dikelilingi oleh lansekap sawah terasering dan hutan Halimun, kedua kampung yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ini memiliki jumlah penduduk berkisar antara 50-60 orang. Potensi
Wisata yang berada dikedua kampung ini adalah leuwi Bombang, sawah terasering, lumpur hidup, tugu Pangeran Cakrabuana, Curug Cisarua dan Curug Citamiang.
= Ujung Selatan
=
Citalahab merupakan dua perkampungan yang berada di ujung selatan yaitu Citalahab Sentral dan Citalahab kampung, berpenduduk 110 jiwa yang sebagian besarnya berprofesi sebagai pemandu
Wisata. Citalahab Sentral merupakan wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan ekowisata sejak tahun 1997 oleh TNGHS. Potensi
Wisata yang berada dalam kawasan Citalahab adalah Jembatan Tajuk, jalur hiking, stasiun pengamatan Cikaniki Diarsipkan 2015-12-22 di Wayback Machine., perkemahan, Curug Macan, Homestay & Guest House.
Disebelah utara Citalahab terdapat Kampung Garung, dihuni oleh sekitar 50an jiwa yang sebagian pemudanya berprofesi sebagai tour guide jika ada pengunjung berwisata ke curug Walet. Curug Walet merupakan satu-satunya objek daya tarik
Wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan, Sebelah barat Citalahab terdapat Kampung Malani. Kampung ini berada dalam kawasan enclave perkebunan teh Nirmala Agung, didirikan sejak sejak zamam Belanda. Potensi objek
Wisata yang terdapat disekitar kampung Malani adalah curug Kecapi, rumah tokyo dan Viewing point perkebunan Nirmala Agung. Kampung Pasir Banteng berada dalam kawasan Nirmala Agung, disekitar kampung terdapat Training Center Sinar Mas dan perkebunan bunga mawar. Potensi
Wisata yang berada dalam kawasan ini adalah curug Cikeris 1 dan 2, spot jamur menyala Diarsipkan 2015-12-22 di Wayback Machine. (supalumar), setu Nirmala, Viewing spot kebun teh dan homestay pasir Banteng.
= Kampoeng Sedjarah
=
Kampung
Malasari dikelilingi oleh persawahan dengan sistem terasering dan berlatar berbagai tipe hutan. Pada saat ini kampung
Malasari merupakan pusat pemerintahan
Desa yang sebelumnnya pada tahun 1947 menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bogor pertama dengan Bupatinya Ipik Gandamana. dikampung ini terdapat Pendopo Boepati 1947, Curug Sawer, makam leluhur, Persawahan terasiring dan kegiatan-kegiatan budaya seperti perayaan seren taun dan sedekah bumi.
Kampung Kopo yang berada sebelah timur kampung
Malasari merupakan salah satu kampung tua, dihuni sekitar 250 kepala keluarga. Dikampung ini beberapa aturan adat masih kental dilaksanakam dan ditaati oleh seluruh warganya seperti pelarangan memotong padi pada hari Jum’at dan mencangkul pada hari Minggu. Sebaran potensi
Wisata yang berada dalam kawasan kampung ini adalah
Wisata alam dan budaya seperti aliran sungai yang menuju ke curug Walet, lanskap sawah tersering yang sangat indah, kesenian calung dan pencak silat serta kerajinan gula aren, dodol, anyam-anyaman bambu atupun rotan
= Wilayah Tengah
=
Nama ‘Hanjawar’ diambil dari nama sebuah nama pohon sejenis palem-paleman yang dahulunya banyak tumbuh disekitar tempat tersebut. Penduduk Hanjawar masih kental dengan nilai-nilai tradisi dan kepercayaan leluhur, berbagai macam aturan adat masih kental dilaksanakan dan ditaati seperti upacara sedekah bumi dengan cara memendam nasi serta lauk pauk nya kedalam tanah sebagai bentuk rasa syukur kepada alam.
Potensi
Wisata yang terdapat di kampung Hanjawar yaitu Curug Pi'it Diarsipkan 2015-12-22 di Wayback Machine. yang memiliki curahan air setinggi +75 meter serta hamparan sawah berundak yang dihiasi bebatuan besar mengelilingi perkampungan. Bagi warga Hanjawar Membuat boboko dan berkerajinan dari material bambu dan rotan dilakukan sebagai aktivitas selingan setelah mengerjakan rutinitas
Kegiatan Wisata & kreatif
Aneka kerajinan anyaman berbahan bambu dan rotan awalnya diperuntukan guna pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti epok atau endul, boboko, nyiru, hasepen, hihid, kempis,caping, dudukui. lainnya adalah produk bambu yang digunakan berkesenian seperti angklung, suling, kohkol, karinding. saat ini Kerajinan tradisional tersebut sudah menjadi komoditas pariwisata yang dikelola oleh kelompok usaha warga, kegiatan pembuatan Gula Aren, memanen Madu hutan, membuat teh giles, sapu awis (sapu yang terbuat dari bunga tanaman Amliso bergenus Thysanolaena, spesies maxima dari keluarga rumput-rumputan) dan membuat kerajinan berbahan material bambu atau rotan kerap dipadu padankan dalam sebuah kegiatan
Wisata berbentuk interaksi
= Halimun Lembur Experience
=
Lebih populer dengan sebutan hale, merupakan rangkaian
Wisata edukasi, di mana wisatawan turut berinteraksi secara langsung dalam aktivitas keseharian penduduk sunda
Malasari seperti berkesenian, bertani & berkerajinan.
Wisata ini bertujuan untuk menambah wawasan lingkungan dan pengetahuan dalam suasana pedesaan yang tergambar dalam sistem adat istiadat, pola kebudayaan, kearifan lokal serta kehidupan masyarakat
Desa yang agraris.
Halimun Lembur Experience adalah suatu kegiatan
Wisata untuk mendapatkan pengetahuan dan atau keterampilan yang dihasilkan dari partisipasi dan interaksi secara langsung antara wisatawan dan masyarakat lokal dalam sebuah peristiwa atau kegiatan bertani, berkerajinan dan berkesenian yang dilakukan di kawasan hutan Halimun
= Halimun Adventure Journey
=
Lebih populer dengan sebutan hajo, merupakan sebuah rangkaian kegiatan perjalanan petualangan di alam bebas yang diikuti proses pengkayaan pengetahuan secara learning maupun enriching. Program
Wisata ini berpijak pada metode adventure learning based di mana aktivitas fisik, olah emosi dan pikir mendominasi setiap sesi pada alur kegiatan journey. Aktivitas hajo lebih memampaatkan potensi sumber daya dukung permanen dan buatan seperti hutan Halimun, persawahan dan perkebunan teh Nirmala Agung.
Halimun Adventure Journey adalah tindakan perjalanan berpetualang dan atau berwisata yang dilakukan di kawasan hutan Halimun guna menikmati keindahan bentang alam dan atau atraksi
Wisata alam dengan segala fenomena estetika yang unik dan sifatnya menarik serta tidak biasa.
Kebudayaan
= Seren Taun
=
Seren dalam terminologi sunda berarti seserahan yang artinya menyerahkan sesuatu dan taun dalam dialek sunda berarti tahun. Seren taun di dalamnya terdapat prosesi seren bebenangan atau serah terima hasil panen. Seren taun dapat dimaknai sebagai upacara penyerahan hasil panen berupa padi dan hasil pertania40n lainnya selama setahun serta memohon berkah Tuhan yang maha Kuasa yang telah memberi kesuburan atas hasil panen yang melimpah dan berharap hasil panen tahun mendatang akan lebih meningkat, seren taun juga dapat dimaknakan sebagai upaya syukur sebuah komunitas kasepuhan atas kehidupan dengan segala karunia nikmat dalam rahmat Nya pada setiap pergantian tahun atau pabaru.
Sebagaimana umumnya masyarakat agraris yang masih menganut tradisi adat, memuliakan kekuatan alam yang memberikan kesuburan pada tanaman dan ternak serta menghargai dan menghormatinya merupakan dasar pijakan masyarakat kasepuhan
Malasari dalam mengembangkan pertanian. Seren taun merupakan puncak aktivitas pertanian karena salah satu kegiatannya adalah seren bebenangan dalam heleran budaya seren taun guru bumi.
Sebagai manifestasi luapan rasa syukur atas segala berkah yang diterima, serta diiringi permohonan agar dimasa yang akan datang hasil panen akan lebih melimpah lagi. Seren taun yang menggelarkan berbagai aneka budaya dan kesenian adat dan rangkaian harapan bermakna syukur kepada Tuhan yang maha kuasa itu dikukuhkan melalui pembacaan doa yang disampaikan oleh tetua adat (abah Odon) dalam prosesi ritual adat kasepuhan yang sakral dan penuh khidmat.
Kegiatan adat seren taun setiap tahunnya dilaksanakan pada Jumat pertama di bulan Muharam. Pada tahun # 2015 Masehi atau 1952 tahun Candra kala (Caka Sunda), perayaan yang bertemakan "Nyoreang alam katukang, nyawang mangsa anu bakal datang" dilaksanakan pada tanggal 3 -5 Muharam 1437 H atau 16 - 18 Oktober 2015 M, sementara tahun baru caka 1952 jatuh pada hari senin # 21 September 2015 M.
Keanekaragaman Hayati
= Dunia Flora
=
Dengan ketinggian 900 - 1250 Mpdl serta curah hujan mencapai 1000–2000 mm/tahun,
Desa Wisata Malasari berada dalam pegunungan bawah sub montana. Disini dapat dijumpai pohon-pohon yang memiliki tinggi hingga 40 meter dengan diameter mencapai 120 cm. Selain pohon rasamala (Altingia excelsa) yang mendominasi tutupan, jenis pepohonan yang dapat dijumpai sangat beragam, seperti puspa (Schima wallichii), pasang (Quercus gemelliflora), suren, Saninten (Castanopsis argentea), beunying, mara, kileho (Saurauia pendula), cempaka, cangkuang, kiramogiling (Trevesia sundaica), kimerak (Weinmannia blumei), cengkih serta jenis lainnya seperti tepus, paku munding, seuseureuhan, pisang kole, ips kulit, rotan dan masih banyak lagi jenis lainnya, baik dari jenis pohon sampai dengan herba. Di Cikaniki juga terdapat plot tanaman obat dan hias. Ada sekitar 75 jenis anggrek dan beberapa di antaranya merupakan jenis langka seperti Bulbophylum binnendykii, B.angustifolium, Cymbidium ensifolium, Dendrobium macrophyllum.
Dengan daerahnya yang lembab dan basah,
Desa Wisata Malasari menjadi habitat subur tumbuhnya berbagai macam jenis lumut dan jamur. Jika malam hari disekitar Cikaniki dan pasir banteng dapat melihat jamur yang nyalanya menghiasi bagian hutan, itulah jamur supalumar.
Selain tipe ekosistem heterogen,
Desa Wisata Malasari memiliki sebaran jenis vegetasi homogen yaitu tanaman teh yang terdapat di dalam enclave Perkebunan Nirmala Agung
= Dunia Fauna
=
Desa Wisata Malasari yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai kawasan Hutan Hujan Tropis terluas di Pulau Jawa merupakan habitat alami keanekaragaman dunia fauna. Jenis satwa yang menjadi spesies kunci dan satwa penciri Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah owa jawa (Hylobates moloch), Macan tutul (Panthera pardus melas), burung elang jawa (Nisaetus bartelsi), Kukang. Lainnya adalah surili (Presbytis comata), lutung (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang, babi hutan (Sus scrofa), sigung (Mydaus javanensis), elang ular (Spilornis cheela) dan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) serta jenis burung lainnya seperti burung raja udang, tekukur dan burung Ciung-mungkal Jawa (Cochoa azurea). Species burung endemik dan migran di antaranya adalah endemik di Jawa dengan sebaran terbatas dan langka. Disini juga dapat ditemukan species kupu-kupu, capung dan reptil.
Referensi
Pranala luar
= Galeri
=
Catatan kaki