Kerajaan
Dwarawati (bahasa Thai: ทวารวดี ) adalah kerajaan Mon kuno yang berdiri sejak abad ke-7 hingga abad ke-11 di wilayah yang sekarang menjadi Thailand Tengah. Kerajaan ini disebutkan dalam catatan peziarah Tionghoa dari pertengahan abad ke-7 sebagai sebuah kerajaan Buddha bernama To-lo-po-ti yang terletak di sebelah barat Isanapura (sekarang Kamboja) dan di sebelah timur Sri Ksetra (Myanmar).:76:37 Penelitian arkeologi selama dua dasawarsa terakhir telah mengungkap adanya zaman "Purwa-
Dwarawati" yang berlangsung dari abad ke-4 sampai abad ke-5 atau lebih awal lagi.
Sejarah
Kebudayaan
Dwarawati berpusat di sekitar kota berparit, dengan kota tertua di U Thong di Provinsi Suphan Buri. Situs utama lainnya termasuk Nakhon Pathom, Phong Tuk, Si Thep, Khu Bua, dan Si Mahosot. Sebuah ukiran pada guci kerajaan menyebutkan nama raja-raja
Dwarawati: Suryawikrama (673-688), Hariwikrama (688-695), dan Sihawikrama (695-718).:86 Sebuah prasasti berbahasa Khmer bertahun 937 mendokumentasikan silsilah para pangeran dari Chanasapura yang dimulai dari Bhagadatta dan diakhiri oleh seorang Sundarawarman dan putra-putranya, Narapatisimhawarman dan Mangalawarman.:122 Pada abad ke-12,
Dwarawati mulai berada di bawah bayang-bayang Kekaisaran Khmer dan bagian tengah Semenanjung Indochina akhirnya diserbu oleh Raja Suryawarman II pada paruh pertama abad ke-12. Kerajaan
Dwarawati diteruskan oleh Haripunjaya di Thailand Utara sebelum akhirnya ditaklukkan oleh kerajaan Tai Lanna pimpinan Mangrai yang Agung pada abad ke-13.
Nama
Dwarawati diambil dari sebuah koin bertuliskan śrī dvāravatī. Dalam bahasa Sanskerta, dvāravatī berarti "yang memiliki gerbang".:301
Hanya sedikit yang diketahui tentang sistem pemerintahan
Dwarawati. Diduga, negara ini merupakan konfederasi kedatuan alih-alih negara tersentralisasi yang mencakup daerah pesisir serta lembah Sungai Chao Phraya. Kerajaan
Dwarawati bercorak Hindu-Buddha dengan tiga kota utama: Nakhon Pathom, Suphanburi, dan Praak Srigacha; serta kota-kota penting lainnya seperti U Thong, Chansen, Khu Bua, Pong Tuk, Mueang Phra Rot, Lopburi, Si Mahosot, Kamphaeng Saen, Dong Lakhon, U-Taphao, Ban Khu Mueang, dan Si Thep.:303–312
Urutan kronologis sejarah Kerajaan
Dwarawati disimpulkan melalui catatan pengelana Tionghoa dan perbandingan corak karya seni oleh para sejarawan. Item budaya
Dwarawati yang baru diteliti menunjukkan awal mula tradisi budaya
Dwarawati dapat ditelusuri hingga tahun 200 M. Namun, bukti arkeologis, karya seni, dan prasasti (prasasti) lainnya menunjukkan bahwa periode utama Kerajaan
Dwarawati berlangsung mulai abad ketujuh hingga kesembilan. Kebudayaan dan pengaruh
Dwarawati juga mencapai Thailand Timur Laut dan dataran rendah Laos sejak abad keenam. Situs-situs utama
Dwarawati termasuk Mueang Fa Daet di Provinsi Kalasin dan Mueang Sema di Provinsi Nakhon Ratchasima.
Peninggalan
Kebudayaan
Dwarawati sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dari India, yang juga berperan utama dalam penyebaran agama dan seni Buddhis di wilayah tersebut. Relief candi menampilkan figur garuda, makara, dan naga. Selain itu, terdapat pula pahatan para musisi beserta alat musiknya, tahanan, wanita bersama pengawalnya, dan tentara yang menunjukkan kehidupan sosial penduduk
Dwarawati. Artefak yang ditemukan terdiri dari tablet nazar, cetakan jimat, tembikar, wadah terakota, lampu gantung dari perunggu, anting-anting, lonceng, dan simbal.:306–308
Galeri
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Robert L. Brown, The Dvaravati Wheels of the Law and the Indianization of South East Asia. Studies in Asian Art and Archaeology, Vol. 18, Fontein, Jan, ed. Leiden and New York: E. J. Brill, 1996.
Elizabeth Lyons, “Dvaravati, a Consideration of its Formative Period”, R. B. Smith and W. Watson (eds.), Early South East Asia: Essays in Archaeology, History and Historical Geography, Oxford University Press, New York, 1979, pp. 352–359.
Dhida Saraya, (Sri) Dvaravati: the Initial Phase of Siam's History, Bangkok, Muang Boran, 1999, ISBN 974-7381-34-6
Swearer, Donald K. and Sommai Premchit. The Legend of Queen Cama: Bodhiramsi's Camadevivamsa, a Translation and Commentary. New York: State University of New York Press, 1998. ISBN 0-7914-3776-0
สุรพล ดำริห์กุล, ประวัติศาสตร์และศิลปะหริภุญไชย, กรุงเทพฯ: สำนักพิมพ์เมืองโบราณ, 2004, ISBN 974-7383-61-6.
Pierre Dupont, The Archaeology of the Mons of Dvāravatī, translated from the French with updates and additional appendices, figures and plans by Joyanto K.Sen, Bangkok, White Lotus Press, 2006.
Jean Boisselier, “Ū-Thòng et son importance pour l'histoire de Thaïlande [et] Nouvelles données sur l'histoire ancienne de Thaïlande”, Bōrānwitthayā rư̄ang MỮang ʻŪ Thō̜ng, Bangkok, Krom Sinlapakon, 2509 [1966], pp. 161–176.
Peter Skilling, "Dvaravati: Recent Revelations and Research", Dedications to Her Royal Highness Princess Galyani Vadhana Krom Luang Naradhiwas Rajanagarindra on her 80th birthday, Bangkok, The Siam Society, 2003, pp. 87–112.
Natasha Eilenberg, M.C. Subhadradis Diskul, Robert L. Brown (editors), Living a Life in Accord with Dhamma: Papers in Honor of Professor Jean Boisselier on his Eightieth Birthday, Bangkok, Silpakorn University, 1997.
C. Landes, “Pièce de l’époque romaine trouvé à U-Thong, Thaïlande”, The Silpakorn Journal, vol.26, no.1, 1982, pp. 113–115.
John Guy, Lost Kingdoms: Hindu Buddhist Sculpture of Early Southeast, New York and Bangkok, Metropolitan Museum of Art and River Books, 2014, p. 32.
Wārunī ʻŌsathārom. Mư̄ang Suphan bon sēnthāng kan̄plīanplǣng thāng prawattisāt Phutthasattawat thī 8 - ton Phutthasattawat thī 25 (History, development, and geography of the ancient city of Suphan Buri Province, Central Thailand, 8th-25th B.E.), Samnakphim Mahāwitthayālai Thammasāt, Krung Thēp, 2547.