Efusi pleura adalah kelebihan cairan yang menumpuk pada rongga
pleura, ruang berisi cairan yang mengelilingi paru. Kelebihan cairan ini menggangu pernapasan dengan membatasi pengembangan paru. Ada berbagai jenis
Efusi pleura, tergantung pada jenis cairan dan penyebab cairan masuk ke dalam rongga
pleura, di antaranya hidrotoraks (cairan serosa), hemotoraks (darah), urinotoraks (urin), kilotoraks (cairan limfa), atau piotoraks (pus atau nanah; yang lebih dikenal sebagai empiema). Sebaliknya, pneumotoraks adalah penumpukan udara pada rongga
pleura dan biasanya disebut "paru kolaps".
Tipe
Berbagai cara dapat digunakan untuk menentukan tipe cairan
pleura.
Berdasarkan asal cairan:
Cairan serosa (hidrotoraks)
Darah (hemotoraks)
Cairan limfa (kilotoraks)
Pus (piotoraks atau empiema)
Urin (urinotoraks)
Berdasarkan patofisiologi:
Transudat
Eksudat
Serta berdasarkan penyakit penyerta
Penyebab
= Transudatif
=
Penyebab paling umum
Efusi pleura transudatif adalah gagal jantung dan sirosis. Sindrom nefrotik, penyebab kehilangan albumin dalam jumlah besar melalui urin dan menurunkan jumlah albumin dalam darah serta menurunkan tekanan osmotik koloid, merupakan penyebab lain yang agak jarang menimbulkan
Efusi pleura. Emboli paru pernah dianggap sebagi penyebab
Efusi transudat, tapi dari penelitian terbaru menunjukkan bahwa termasuk jenis eksudat. Mekanisme
Efusi pleura eksudat pada tromboemboli paru kemungkinan terkait dengan peningkatan permeabilitas kapiler paru, yang disebabkan oleh sitokin atau mediator inflamasi (seperti faktor pertumbuhan endotel vaskuler) dari bekuan darah yang kaya akan platelet. Cairan interstisial paru yang berlebih akan melewati
pleura viseral dan menumpuk di ronga
pleura.
Kondisi-kondisi terkait
Efusi pleura transudatif di antaranya:
Gagal jantung kongestif
Sirosis hepar
Hipoalbuminemia berat
Sindrom nefrotik
Atelektasis akut
Miksedema
Dialisis peritoneal
Sindrom Meigs
Uropati obstruktif
Penyakit ginjal stadim akhir
= Eksudatif
=
Ketika
Efusi pleura dianggap sebagai eksudat, pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menentukan penyebabnya dan amilase, glukosa, pH, dan jumlah sel harus diperiksa.
Sel darah merah meningkat pada kasus
Efusi darah (contohnya setelah operasi jantung atau hemotoraks dari evakuasi darah yang tidak adekuat)
Amilase meningkat pada kasus ruptur esofagus,
Efusi pleura pankreatik, atau kanker.
pH rendah pada empiema (<7,2) dan dapat rendah pada kanker.
Jika dicurigai kanker, cairan
pleura perlu dikirim untuk pemeriksaan sitologi. Jika sitologi negatif, dan kanker masih dicurigai, maka dilakukan torakoskopi, atau biosi jarum pada
pleura perlu dilakukan.
Pewarnaan gram dan kultur juga perlu dilakukan,
Jika berkemungkinan terjadi tuberkulosis, pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis (pewarnaan Ziehl-Neelsen atau Kinyoun, dan kultur mikobakterium) perlu dilakukan. Pemeriksaan polymerase chain reaction untuk DNA tuberkulosis juga perlu dilakukan, atau jumlah adenosin deaminase dan interferon gamma dalam darah juga perlu diperiksa.
Penyebab
Efusi pleura eksudatif yang paling banyak adalah pneumonia bakterialis, kanker (dengan kanker paru, kanker payudara, dan limfoma menyebabkan kira-kira 75%
Efusi pleura berat), infeksi virus, dan emboli paru.
Penyebab umum lain adalah operasi jantung, ketika evakuasi darah yang tidak adekuat menyebabkan respon inflamasi yang berujung kepada cairan
pleura eksudatif.
Kondisi terkait
Efusi pleura eksudatif:
Efusi parapneumonik karena pneumonia
Keganasan (baik kanker paru maupun metastasis ke
pleura dari organ lain)
Infeksi (empiema karena pneumonia bakteri)
Trauma
Infark paru
Emboli paru
Penyakit autoimun
Pankreatitis
Ruptur esofagus (sindrom Boerhaave)
Rheumatoid pleruisy
Lupus terinduksi obat
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebab terjadi
Efusi pleura. Aspirasi terapeutik mungkin sudah cukup; pada
Efusi yang lebih luas diperlukan selang interkostal (antara tulang iga) untuk mengeluarkan cairan (seperti pigtail atau pembedahan). Ketika menggunakan selang dada, amat penting untuk memastikan selang tersumbat atau tidak. Selang dada yang tersumbat akan menyebabkan cairan sisa tertinggal di dalam rongga
pleura ketika alat ini dilepas. Cairan ini dapat menimbulkan komplikasi seperti hipoksia karena paru kolaps oleh cairan, atau fibrotoraks jika terjadi perlukaan
pleura. Pada pembedahan juga dimasukan selang dada untuk melakukan tindakan pleurodesis.
Referensi