- Source: Enomoto Takeaki
Enomoto Takeaki (榎本 武揚code: ja is deprecated , 5 Oktober 1836 – 26 Oktober 1908) adalah seorang samurai berpangkat laksamana di Angkatan Laut Keshogunan Tokugawa pada periode Bakumatsu di Jepang. Ia tetap loyal kepada Keshogunan Tokugawa dan berperang melawan Pemerintah Meiji hingga akhir Perang Boshin. Setelah menjalani hukuman penjara, ia berdinas untuk Pemerintah Meiji sebagai salah seorang pendiri Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
Biografi
= Masa muda
=Enomoto dilahirkan dari keluarga samurai yang mengabdi kepada klan Tokugawa di Distrik Shitaya, Edo (sekarang Taito, Tokyo). Enomoto mulai belajar bahasa Belanda pada tahun 1850-an. Setelah Jepang dipaksa membuka pelabuhannya untuk kapal-kapal asing oleh Komodor Matthew Perry pada tahun 1854, ia belajar di Pusat Pelatihan Angkatan Laut Nagasaki dan di Pusat Pelatihan Angkatan Laut Tsukiji, Edo.
Pada usia 26 tahun, Enomoto dikirim ke Belanda untuk belajar teknik perang laut sistem Barat dan memperoleh teknologi Barat. Ia tinggal di Eropa dari tahun 1862 hingga 1867, dan menjadi lancar berbahasa Belanda dan Inggris.
Enomoto kembali ke Jepang dengan menaiki kapal perang bertenaga uap Kaiyō Maru yang dibeli dari Belanda oleh pemerintah keshogunan. Semasa berada di Eropa, ia telah menyadari pentingnya telegrafi sebagai sarana komunikasi masa depan, dan mulai merencanakan sistem yang menghubungkan Edo dan Yokohama. Sekembalinya dari luar negeri, Enomoto yang baru berusia 31 tahun dinaikkan pangkatnya menjadi Kaigun Fukusosai (海軍副総裁code: ja is deprecated ) (wakil panglima angkatan laut), jabatan tertinggi nomor dua di Angkatan Laut Tokugawa. Ia juga menerima gelar Izumi-no-kami (和泉守code: ja is deprecated ) (Penguasa Izumi) dari istana.
= Perang Boshin dan Restorasi Meiji
=Pada tahun 1868, setelah pemerintah Keshogunan Tokugawa ditumbangkan oleh pasukan yang loyal kepada Aliansi Satchō dalam Perang Boshin, Enomoto menolak untuk menyerahkan kapal-kapalnya, dan melarikan diri ke Hakodate di Hokkaido bersama sisa-sisa Angkatan Laut Tokugawa dan sejumlah penasihat militer Prancis yang dipimpin Jules Brunet. Pada waktu itu, armada yang dipimpinnya terkuat di Jepang, terdiri dari delapan kapal perang bertenaga uap.
Cita-cita Enomoto adalah mendirikan negara merdeka di bawah kekuasaan keluarga Tokugawa di Hokkaido, namun Pemerintah Meiji menolak separatisme di Jepang. Pada 25 Desember 1868, pengikut setia Keshogunan Tokugawa memproklamasikan berdirinya Republik Ezo, dan Enomoto terpilih sebagai presiden.
Tahun berikutnya, Hokkaido diinvasi pasukan Pemerintah Meiji. Armada Enomoto dikalahkan dalam Pertempuran Laut Hakodate. Republik Ezo dibubarkan pada 18 Mei 1869. Hokkaido kembali di bawah kekuasaan pemerintah pusat di bawah pimpinan Kaisar Meiji.
= Sebagai politikus Meiji
=Setelah menyerah kepada Pemerintah Meiji, Enomoto ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan pengkhianatan. Namun, pemimpin Pemerintah Meiji (terutama berkat desakan Kuroda Kiyotaka) akhirnya mengampuni Enomoto pada tahun 1872. Pemerintah Meiji yang baru dibentuk menyadari Enomoto memiliki berbagai bakat dan pengetahuan yang berharga. Ia termasuk salah satu dari mantan pendukung Keshogunan Tokugawa yang beralih sebagai birokrat di pemerintah baru. Pada waktu itu Pemerintah Meiji didominasi oleh politikus asal Domain Chōshū dan Domain Satsuma yang curiga terhadap pihak luar dan mantan loyalis Tokugawa. Meskipun demikian, Enomoto menjadi sebuah perkecualian, namanya naik dengan cepat di klik penguasa baru, dan mencapai status lebih tinggi dibandingan mantan birokrat dari Keshogunan Tokugawa.
Pada tahun 1874, Enomoto diberi pangkat laksamana madya di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang baru dibentuk. Pada tahun berikutnya, ia dikirim ke Rusia sebagai utusan khusus dalam perundingan Perjanjian Saint Petersburg. Berhasilnya penandatanganan perjanjian ini diterima sangat baik di Jepang dan makin menaikkan pamor Enomoto di kalangan penguasa. Fakta bahwa dirinya terpilih untuk mewakiliki Jepang dalam misi yang begitu penting merupakan bukti rekonsiliasi antara dua pihak yang sebelumnya bermusuhan.
Pada tahun 1880, Enomoto diangkat sebagai menteri angkatan laut (海軍卿code: ja is deprecated ). Pada tahun 1885, keahlian diplomasi yang dimilikinya kembali berguna ketika Enomoto membantu Itō Hirobumi dalam perundingan Konvensi Tientsin dengan Dinasti Qing. Setelah itu, Enomoto menempati serangkaian pos penting di pemerintahan. Ia diangkat sebagai menteri komunikasi Jepang yang pertama (1885–1888) setelah diperkenalkannya sistem kabinet pada tahun 1885. Ia juga menjabat menteri pertanian dan perdagangan dari tahun 1894 hingga 1897, menteri pendidikan dari 1889–1890 dan menteri luar negeri dari 1891-1892.
Pada tahun 1887, Enomoto mendapat gelar kebangsawanan viscount dalam sistem kebangsawanan seumur hidup kazoku, dan terpilih sebagai anggota Dewan Penasihat Kekaisaran.
Enomoto terutama aktif dalam mempromosikan emigrasi orang Jepang ke Samudra Pasifik, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah. Pada tahun 1891, ia membentuk seksi emigrasi di Kementerian Luar Negeri, meski bertentangan dengan keinginan kabinet Matsukata Masayoshi. Seksi emigrasi yang dibentuknya memiliki misi mendorong emigrasi dan menemukan wilayah baru yang potensial untuk permukiman orang Jepang di ruar negeri. Dua tahun kemudian, setelah tidak lagi bertugas di pemerintahan, Enomoto juga ikut mendirikan sebuah organisasi swasta, 'Colonial Association' untuk mempromosikan perdagangan luar negeri dan emigrasi.
Enomoto meninggal dunia pada tahun 1908 pada usia 72 tahun. Makamnya berada di kuil Kisshō-ji, Bunkyo-ku, Tokyo. (35°43′39″N 139°45′13″E)
Lihat pula
Jules Brunet
Referensi
Daftar pustaka
(Jepang) Kamo, Giichi. Enomoto Takeaki. Chuo Koronsha ISBN 4-12-201509-X
(Jepang) Yamamoto, Atsuko. Jidai o shissoshita kokusaijin Enomoto Takeaki: Raten Amerika iju no michi o hiraku. Shinzansha (1997).ISBN 4-7972-1541-0
Akita, George. (1967) Foundations of constitutional government in modern Japan, 1868-1900. Cambridge, Harvard University Press, ISBN 978-0-8248-2560-7.
Hane, Mikiso. Modern Japan: A Historical Survey. Westview Press (2001). ISBN 0-8133-3756-9
Hillsborough, Romulus. Shinsengumi: The Shogun's Last Samurai Corps. Tuttle Publishing (2005). ISBN 0-8048-3627-2
Jansen, Marius B. and John Whitney Hall, eds. (1989). The Emergence of Meiji Japan, The Cambridge History of Japan, Vol. 5. Cambridge: Cambridge University Press. 10-ISBN 0521482380/13-ISBN 978-0-521-48238-7; 10-ISBN 0-521-48405-7/13-ISBN 978-0-521-48405-3; OCLC 31515308
Keene, Donald. (1984). Dawn to the West: Japanese Literature of the Modern Era. New York: Holt, Rinehart, and Winston. 10-ISBN 0-03-062814-8/13-ISBN 978-0-03-062814-6; 10-ISBN 0-03-062816-4/13-ISBN 978-0-03-062816-0; OCLC 8728400
Ravina, Mark. (2004). The Last Samurai: The Life and Battles of Saigo Takamori. Hoboken, New Jersey: Wiley. 10-ISBN 0-471-08970-2/13-ISBN 978-0-471-08970-4; OCLC 427566169
Kata Kunci Pencarian:
- Enomoto Takeaki
- Pertempuran Awa
- Republik Ezo
- Traktat Sankt-Peterburg (1875)
- Pertempuran Hakodate
- Kapal perang Jepang Kaiyō Maru
- Daftar tokoh Jepang
- Teito Monogatari
- Kapal perang Jepang Fujiyama
- Perang Boshin
- Enomoto Takeaki
- Enomoto
- Republic of Ezo
- Boshin War
- The Last Samurai
- Battle of Hakodate
- Japanese frigate Kaiyō Maru
- Takeaki
- Battle of Awa
- Hatamoto