Filipina Selatan adalah salah satu kelompok kepulauan di
Filipina. Wilayahnya mencakup utamanya Pulau Mindanao dan Kepulauan Sulu. Pada masa modern, wilayah
Filipina Selatan terdiri dari beberapa provinsi. Agama Islam pernah menjadi agama mayoritas penduduk di
Filipina Selatan. Setelah kebijakan integrasi nasional oleh pemerintah
Filipina, Islam menjadi agama minoritas.
Filipina Selatan merupakan bagian dari
Filipina yang telah berkonflik identitas sejak masa penjajahan Spanyol dan Amerika, bahkan setelah
Filipina merdeka dari penjajahan pada paruh kedua abad ke-20.
Cakupan wilayah
Filipina Selatan merupakan salah satu kepulauan terbesar di
Filipina. Wilayahnya merupakan salah satu dari tiga bagian kepulauan di negara
Filipina, selain
Filipina Utara dan
Filipina Tengah. Cakupan wilayahnya meliputi Pulau Mindanao, Kepulauan Sulu, Tawi-Tawi, Balabac, Cotabato, dan Lanao. Pada awal abad ke-16 M, wilayah
Filipina Selatan dikuasai oleh dua kesultanan, yaitu Kesultanan Maguindanao dan Kesultanan Sulu. Kesultanan Maguindanao didirikan lebih awal dibandingkan dengan Kesultanan Sulu. Pada masa modern, wilayah Kesultanan Maguindanao menjadi provinsi di wilayah
Filipina Selatan yang terletak di Pulau Mindanao. Nama provinsinya adalah Maguindanao.
Suku bangsa
Penduduk di
Filipina Selatan berasal dari rumpun suku bangsa Austronesia. Karena itu, penduduk aslinya memiliki kemiripan fisik dan bahasa dengan sebagian penduduk asli di Thailand
Selatan, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Indonesia. Bahasa Tagalog yang merupakan bahasa nasional
Filipina memiliki kosakata yang sama dengan bahasa Melayu di Indonesia. Kosakatanya sama persis meskipun artinya dapat berbeda. Kemiripan terdekat dari segi bahasa adalah hitungan angka 1–10 yang sangat mirip dengan hitungan angka dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bahasa yang digunakan oleh penduduk
Filipina Selatan adalah bahasa Tausug.
Keagamaan
Penduduk di
Filipina Selatan sebagian besar beragama Islam. Seluruh penduduk dari suku Melayu di
Filipina Selatan beragama Islam. Tradisi Islam yang berkembang di muslim dari suku Melayu sangat dominan di
Filipina Selatan. Penduduk
Filipina Selatan khususnya di Kepulauan Sulu mulai mengenal Islam melalui perdagangan pada abad ke-9 Masehi. Namun, Islam belum berpengaruh pada saat itu di Kepulauan Sulu. Islam kemudian mulai disebarkan dengan jalan dakwah pada abad ke-13 Masehi mulai dari wilayah Buasan di Jolo hinga ke daerah lain di Kepulauan Sulu. Pada tahun 1380 M, Islam telah dikenal oleh penduduk di Kepulauan Sulu hingga ke Pulau Mindanao. Ajaran Islam di kedua wilayah tersebut diperkenalkan oleh dua orang. Pertama, seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum. Kedua, seorang pangeran dari wilayah Minangkabau di Sumatera Barat bernama Raja Baguinda. Kedatangan Raja Baguinda untuk berdakwah di Kepulauan Sulu dan Pulau Mindanao dilakukan setelah ia berdakwah sekitar sepuluh tahun di Kepulauan Zamboanga dan Basilan. Dakwah yang dilakukannya berakhir dengan raja Kerajaan Maguindanao bernama Kabungsuwan Manguindanao menjadi muslim.
Populasi penduduk Muslim awalnya adalah mayoritas di
Filipina Selatan. Namun setelah wilayahnya bergabung sebagai negara bangsa dalam
Filipina, populasi Muslim menurun hingga menjadi minoritas. Pada tahun 1977, pusat komunitas Muslim di
Filipina adalah Mindanao dan Maguindanao dengan penduduk muslim berjumlah 2.,348 juta orang secara keseluruhan. Jumlah tersebut hanya sebanyak 5,3%. dari total penduduk
Filipina di tahun tersebut. Pada tahun 2001, penduduk Muslim di
Filipina Selatan sebanyak 23% dari seluruh penduduknya.
Konflik identitas
Di
Filipina Selatan, Bangsamoro yang merupakan muslim terus mengalami konflik berkepanjangan untuk memperoleh identitasnya. Konflik ini telah dimulai sejak masa penjajahan Spanyol dan berlanjut hingga ke masa penjajahan Amerika Serikat di
Filipina. Bangsamoro melanjutkan konflik identitasnya setelah pemerintahan
Filipina terbentuk. Setelah
Filipina menjadi negara yang berdaulat pada tahun 1946, Sistem demokrasi Amerika Serikat digunakan kembali oleh pemerintah
Filipina. Dalam kebijakannya, Pemerintah
Filipina memutuskan untuk mengurus wilayah administratif di
Filipina Selatan secara sistematis melalui ntegrasi nasional dan pembangunan nasional. Salah satu kebijakannya adalah mengadakan perpindahan penduduk yang beragama Kristen ke wilayah bangsamoro. Perpindahan ini mencakup wilayah Mindanao, Sulu dan Palawan.
Karena kebijakan tersebut, kelompok pembebasan muslim di
Filipina Selatan terbentuk beberapa kali karena merasa dirugikan haknya atasnya. Kelompok pembebasan Gerakan Kemerdekaan Muslim dibentuk dan melaksanakan perjuangannya selama tahun 1960-an. Kemudian pada tahun 1969, perjuangannya dilanjutkan oleh Tentara Bangsa Moro. Perjuangan ini berlanjut dengan pembentukan Front Pembebasan Nasional Moro yang mulai beroperasi pada dekade 1970-an. Lalu pada rahun 1982, kelompok pembebasan bernama Front Pembebasan Islam Moro dibentuk. Kelompok pembebasan lainnya kemudian didirikan lagi pada tahun 1990 dengan nama Kelompok Abu Sayyaf. Karena konflik yang berkelanjutan, terjadi keterpurukan ekonomi bagi penduduk muslim di Mindanao.
Referensi
= Catatan kaki
=
= Daftar pustaka
=
Abidin, Yumetri (2020). Iska, Zikri Neni, ed. Pengantar Budaya Masyarakat Asia Tenggara (PDF). Jakarta: UNAS Press. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-04-13. Diakses tanggal 2023-06-19.
Bakri, Syamsul (2020). Pardoyo, ed. Islam Melayu: Mozaik Kebudayaan Islam di Singapura & Brunei (PDF). PT. Aksara Solopos. ISBN 978-623-92514-1-3. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-06-19. Diakses tanggal 2023-06-19.
Ghofur, Abd. (2016). "Dinamika Muslim Moro di
Filipina Selatan dan Gerakan Separatis Abu Sayyaf" (PDF). Sosial Budaya. 13 (2): 175–188. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2023-06-19.