Frot (kependekan dari frottage, dari bahasa Prancis: frotter, "menggesek") adalah sebuah bentuk seks nonpenetratif pada lelaki seks lelaki ketika penis disentuhkan ke penis pasangan. Istilah ini dipopulerkan oleh aktivis pria gay yang tidak menyukai praktik seks anal namun kini tidak lagi terkait dengan itu. Karena
Frot tidak melibatkan penetrasi sehingga meminimalkan penyebaran HIV/AIDS,
Frot dinilai cenderung lebih aman. Akan tetapi,
Frot masih dapat menularkan penyakit lainnya seperti HPV dan kutu kelamin.
Konsep dan etimologi
Primatologi mengenal istilah genital-genital (GG) rubbing untuk mendeskripsikan perilaku seksual seperti tribadisme pada bonobo betina serta pada pejantan (yang kadang disebut anggar penis [penis fencing]). Karena itu, perilaku saling menggesekkan penis antara pejantan diperkirakan telah ada sebelum pemisahan evolusi antara manusia dengan bonobo.
Definisi modern dari
Frot muncul dalam konteks perdebatan mengenai seks anal di kalangan pria gay. Beberapa yang tidak menyukai seks anal lebih memilih
Frot dan menganggap seks anal harus dihindari. Aktivis gay, Bill Weintraub, mulai mengkampanyekan istilah
Frot untuk menyebut penggesekan penis dan penis di forum-forum Internet pada akhir tahun 1990-an. Ia menyebutkan bahwa kata bahasa Prancis frottage dapat digunakan untuk perilaku erotis apapun yang melibatkan penggesekan sementara
Frot hanya berlaku untuk penis dan penis. Istilah lainnya adalah frictation, yang juga dapat memiliki arti seperti frottage, sword-fighting, Oxford style, Princeton rub, dan Ivy League rub.
Seks
= Seks aman
=
Karena
Frot tidak melibatkan penetrasi, risiko menularnya sebuah penyakit menular seksual (PMS) dapat berkurang dengan tidak adanya kontak antara membran mukosa dengan cairan praejakulasi atau semen. Hal ini membuat
Frot dipandang sebagai seks yang lebih aman. Penelitian menunjukkan tidak ada risiko penularan HIV melalui
Frot. Meskipun demikian,
Frot masih dapat menularkan penyakit lainnya seperti HPV dan kutu kelamin.
= Perbandingan dengan seks anal
=
Beberapa pria gay ataupun lelaki seks lelaki (LSL) cenderung memilih
Frot atau bentuk masturbasi bersama lainnya karena dinilai lebih nyaman dan lebih emosional ketimbang seks anal. Sebagian lainnya beralasan
Frot merupakan pilihan alternatif yang lebih aman daripada penetrasi anal. Beberapa pendukung
Frot menyatakan bahwa posisi seperti top dan bottom membuat adanya ketidaksetaraan dalam seks. Pandangan tersebut diperdebatkan oleh ilmuwan yang menyebut bahwa tidak ada bukti jelas yang dapat menunjukkan pola umum atau maskulinitas pada hubungan pria gay. Seks anal dapat dipandang sebagai hal maskulin masing-masing pasangan. Seks anal sering dianggap merupakan seks yang biasa pada LSL. Beberapa LSL menolak alasan-alasan pendukung
Frot dan menilai
Frot sebagai hubungan intim yang lebih rendah. Psikolog, Walt Odets, berpikiran bahwa seks anal bagi pria gay dapat dipandang sebaga kesamaan dengan seks penis-vagina bagi orang heteroseksual. Karena itu, tidak akan mungkin dapat meminta pria gay berhenti melakukan seks anal sama halnya dengan meminta orang heteroseksual berhenti melakukan seks penis-vagina.
Seksolog dan ahli psikoterapi, Joe Kort, mengajukan istilah side untuk pria gay yang tidak tertarik dengan seks anal dan lebih memilih hubungan intim lainnya. Ia menilai bahwa seseorang yang tidak menyukai seks anal buakn berarti ia tidak dapat berhubungan seks "betulan".
Prevalensi
Sebuah survei tahun 2011 terhadap pria gay dan biseksual menemukan bahwa seks yang dilakukan, yang paling umum (16%), adalah, "memeluk pasangan secara romantis, mencium mulut pasangan, masturbasi sendiri, memasturbasi pasangan, menerima masturbasi dari pasangan, serta kontak antara kelamin."
Lihat pula
Posisi seks
Seks interkrural
Referensi