Gagasan evolusi selama Abad
Renaisans dan Abad
Pencerahan berkembang dari masa ke masa ketika sejarah alam menjadi lebih mutakhir selama abad ke-17
dan ke-18 serta seiring dengan jalannya revolusi ilmiah
dan bangkitnya filosofi mekanik, mendorong untuk memandang dunia alam sebagai sebuah mesin yang mampu untuk menganalisis. Namun
Gagasan evolusi pada awal abad ke-18 lebih bersifat kepada alam spiritual
dan keagaamaan.
pada paruh kedua abad ke-18,
Gagasan yang lebih material
dan nyata tentang
evolusi biologi mulai muncul, menambah rangkaian lebih jauh dalam sejarah pemikiran
evolusi.
Abad ke-17 dan awal abad ke-18
Kata
evolusi (dari bahasa Latin evolusio, yang berarti "untuk membuka gulungan seperti sebuah gulungan") muncul di Inggris
pada abad ke-17, merujuk kepada urutan kejadian yang teratur, khususnya suatu hal yang hasilnya bagaimanapun juga terkandung didalamnya sejak awal. Terutama
pada tahun 1677, Sir Matthew Hale yang menggunakan istilah
evolusi untuk menyerang Atomisme Ateisme dari Demokritos
dan Epikuros untuk menggambarkan
Gagasan lawannya bahwa getaran
dan tabrakan atom
dan ruang kosong (tanpa campur tangan tuhan) telah membentuk "Benih Primordial" (semina) yang merupakan "langsung, primitif, prinsip produktif manusia, hewan, burung
dan ikan". Bagi Hale, mekanisme ini "tidak masuk akal", karena "hal tersebut berpotensi setidaknya seluruh sistem dari sifat manusia atau setidaknya prinsip ideal atau konfigurasinya dalam
evolusi tentang pelengkap
dan pembentukan sifat manusiawi harus mencakup ...
dan semua ini di tarik dari koalisi kebetulan atom-atom mati
dan tidak masuk akal".
Sementara Hale pertama kali menggunakan istilah
evolusi dalam perdebatan terhadap pandangan mekanistik yang tepat, akan dilambangkan oleh kata tersebut. Ia juga memaparkan setidaknya beberapa teori evolusionisme yang diselidiki antara tahun 1650
dan 1800 dikemukakan bahwa alam semesta, termasuk kehidupan di Bumi, telah berkembang secara mekanis, seluruhnya tanpa bantuan Tuhan.
pada masa ini, filsafat mekanis dari René Descartes dikuatkan oleh ilmu Fisika Galileo
dan Isaac Newton yang mendorong pandangan alam semesta seperti mesin (mekanis) kemudian menjadi ciri Revolusi ilmiah. Bagaimanapun juga, sebagian besar teori
evolusi kontemporer, termasuk yang dikembangkan oleh filsuf idealis Jerman Schelling
dan Hegel (
dan dicemooh Schopenhauer), berpendapat bahwa
evolusi secara fundamental adalah proses spiritual, dengan seluruh jalannya
evolusi alam
dan manusia menjadi "sebuah
Pencerahan ungkapan-diri dari yang mutlak" ("a self-disclosing revelation of the Absolute").
Hal yang khusus dari ahli teori ini,
pada tahun 1714, Gottfried Leibniz mengungkapkan bahwa "Monad" didalam objek menyebabkan suatu gerakan oleh kekuatan internal
dan menyatakan bahwa "Kuman-kuman dari segala sesuatu akan selalu ada ...[
dan] terkandung didalamnya sebuah prinsip perkembangan internal yang akan mendorongnya melalui serangkaian metamorfosis" untuk menjadi formasi geologis, bentuk kehidupan, psikologis
dan peradaban masa kini. Leibniz dengan jelas merasakan bahwa
evolusi berjalan berdasarkan prinsip-prinsip ketuhanan, dalam De rerum originatione radicali (1697), ia menulis "Peningkatan kumulatif dari keindahan
dan kesempurnaan universal karya-karya Tuhan, perkembangan yang kekal
dan tidak terbatas dari alam semesta secara keseluruhan harus diakui sedemikian rupa sehingga berkembang ke tingkat kultivasi yang lebih tinggi". Ahli lainnya, seperti Herder, menyatakan
Gagasan yang sama.
Antara tahun 1603 hingga 1613, seorang tahanan di Menara London, Sir Walter Raleigh yang sedang menunggu eksekusi, dalam periode ini ia menulis tentang sejarah dunia dalam lima buku di mana ia menggambarkan pengalaman
dan petualangannya di Amerika, ia bertanya-tanya apakah setiap spesies baru yang ditemukan di benua baru dapat ditemukan di Bahtera Nuh. Sebuah pertanyaan yang serius
pada waktu itu, ia mengungkapkan bahwa hanya hewan-hewan dari benua lama yang dapat ditemukan di bahtera tersebut, di mana akhirnya setelah air bah, beberapa dari hewan-hewan ini akan bermigrasi ke benua baru
dan mengubah penampilannya untuk membuat spesies baru di bawah tekanan (pengaruh) lingkungan. Lima puluh tahun kemudian, Matthew Hale melangkah lebih jauh
dan mengatakan bahwa hanya bentuk awal dari semua hewan-hewan ini yang dapat diterima di bahtera tersebut, hal ini akhirnya akan membedakan hewan-hewan tersebut setelah dilepaskan. Banyak pendeta yang senang dengan
Gagasan Hale
dan Raleigh ini karena tampaknya hal ini dapat memecahkan masalah bobot bahtera tersebut.
Pertengahan abad ke-18
Dalam Venus Physique (1745)
dan System of Nature (1751), Pierre Louis Maupertuis mengarah ke arah ke landasan yang lebih materialis. Ia menulis tentang modifikasi alam yang terjadi selama proses reproduksi
dan terakumulasi dalam banyak generasi, menghasilkan ras
dan bahkan spesies baru. Ia juga meramalkan secara umum
Gagasan tentang seleksi alam.
Gagasan-
Gagasan evolusi yang umum
dan samar terus berkembang di antara filsuf-filsuf abad
Pencerahan pada pertengahan abad ke-18. G. L. L. Buffon mengusulkan bahwa apa yang kebanyakan orang sebut sebagai spesies sebenarnya hanyalah varietas yang dicirikan dengan baik. Ia bermaksud bahwa anggota yang kelak disebut genus (yang dalam istilah taksonomi modern, dianggap sebagai famili) semuanya adalah keturunan dari satu nenek moyang yang sama. Nenek moyang dari setiap famili muncul melalui pembentukan spontan, pengaruh-pengaruh lingkungan yang kemudian menyebabkan mereka menjadi spesies yang berbeda. Ia juga berspekulasi bahwa sekitar dua ratus atau lebih spesies mamalia yang diketahui
pada saat itu mungkin berasal dari sedikitnya tiga puluh delapan bentuk asli. Konsep Buffon tentang
evolusi sangat terbatas, ia meyakini bahwa ada "cetakan internal" yang membentuk generasi spontan dari masing-masing famili
dan famili tersebut sepenuhnya
dan selamanya berbeda. Sehingga Singa, Harimau, Macan tutul,
dan Puma semuanya dapat berbagi nenek moyang, namun Anjing
dan Kucing rumahan tidak. Meskipun kata pengantar Darwin dalam edisi ke-6 bukunya yang berjudul Origin menyebutkan Aristoteles yang meramalkan konsep seleksi alam, ia juga menulis bahwa "Penulis pertama
pada zaman modern yang memperlakukannya dalam semangat ilmiah adalah Buffon".
Beberapa penulis
pada abad ke-18 berspekulasi tentang
evolusi manusia.
pada tahun 1744, Seorang dokter
dan ahli kartografi John Mitchell menulis sebuah buku berjudul An Essay upon the Causes of the Different Colours of People in Different Climates di mana ia menyatakan bahwa ras manusia pertama di Bumi berwarna coklat kemerahan, ia berkata "bahwa warna kuning kecoklatan ditemukan antara orang-orang Asia
dan Amerika indian" telah menjadi "warna asli umat manusia"
dan bahwa ras lainnya datang setelah ras aslinya menjalani generasi-generasinya di iklim yang berbeda. Antara tahun 1767
dan 1792 James Burnett, Lord Monboddo memasukkan kedalam tulisannya tidak hanya konsep bahwa manusia telah diturunkan dari primata lain tetapi juga dalam menaggapi lingkungannya, makhluk telah menemukan metode untuk merubah karakteristiknya dalam jangka waktu yang lama. Ia juga menghasilkan penelitian tentang
evolusi linguistik, yang dikutip oleh Erasmus Darwin dalam puisinya Temple of Nature. Jan-Andrew Henderson menyatakan bahwa Monboddo adalah orang pertama yang mengemukakan pendapatnya tentang seleksi alam.
pada tahun 1792, filsuf Immanuel Kant memaparkan dalam bukunya Critique of Judgment, apa yang ia nyatakan sebagai “a daring venture of reason” [upaya nalar yang berani], di mana "satu makhluk hidup [adalah] berasal dari makhluk hidup lain, walaupun dari satu yang secara spesifik berbeda, misalnya: hewan air tertentu akan mengubah dirinya secara bertahap menjadi hewan rawa
dan dari sini, setelah beberapa generasi kemudian menjadi hewan di daratan". Beberapa filsuf abad ke-20 seperti Eric Voegelin meyakini Kant sebagai bayangan teori
evolusi modern.
pada tahun 1796, Erasmus Darwin menerbitkan karya medis berjudul Zoonomia yang menyatakan bahwa "semua hewan berdarah panas datang dari satu filamen hidup ... dengan kekuatan untuk memperoleh bagian-bagian yang baru", sebagai reaksi terhadap rangsangan dengan setiap putaran pembaruan diwariskan oleh generasi berikutnya. Dalam puisinya tahun 1802 yang berjudul Temple of Nature, ia menggambarkan kebangkitan kehidupan dari awal organisme hidup di dalam lumpur menjadi keaneka ragaman modern:
First forms minute, unseen by spheric glass,
Move on the mud, or pierce the watery mass;
These, as successive generations bloom,
New powers acquire and larger limbs assume;
Whence countless groups of vegetation spring,
And breathing realms of fin and feet and wing.
–Charles Darwin
Lihat juga
Transmutasi spesies
Catatan
Referensi
Bowler, Peter J. (2003). Evolution:The History of an Idea (dalam bahasa Inggris). University of California Press. ISBN 0-520-23693-9.
Darwin, Erasmus (1825). The Temple of Nature, or The Origin of Society (dalam bahasa Inggris). Jones. Erasmus Darwin Temple.
Darwin, Erasmus (1818). Zoonomia (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-22. Diakses tanggal 2021-01-06.
Henderson, Jan-Andrew (2000). The Emperor's Kilt: The Two Secret Histories of Scotland (dalam bahasa Inggris). Mainstream Publishing.
Kant, Immanuel (1792). Kant's Critique of Judgement, translated with Introduction and Notes by J.H. Bernard (2nd ed. revised) (London, 1914) (dalam bahasa Inggris). Macmillan.
Larson, Edward J. (2004). Evolution:The Remarkable History of Scientific Theory (dalam bahasa Inggris). Modern Library. ISBN 0-679-64288-9.
Lovejoy, Arthur (1936). The Great Chain of Being: A Study of the History of an Idea (dalam bahasa Inggris). Harvard University Press. ISBN 0-674-36153-9.
Wendt, Herbert (1956). In Search of Adam The story of man's quest for the truth about his earliest ancestors (dalam bahasa Jerman). Houghton Mifflin Company.