- Source: Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) adalah organisasi sosial nirlaba, independen dan transparan yang didirikan pada 29 Mei 1996. Ini adalah gerakan prakarsa dari masyarakat untuk menjaga agar anak-anak Indonesia mendapat pendidikan dasar sebagai landasan meraih masa depan yang lebih baik.
Sejak berdirinya GNOTA, organisasi ini telah mengedarkan 2,3 juta paket bantuan pendidikan dan sumbangan uang untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu agar mereka dapat terus bersekolah dan menuntaskan pendidikan dasarnya. [https://www.liputan6.com/citizen6/read/2518560/kiprah-20-tahun-gnota-di-indonesia
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 Tahun menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan agar anak-anak wajib mendapat pendidikan dasar. Faktanya, walau sekolah negeri telah membebaskan biaya sekolah dan siswa tak perlu lagi harus membeli buku-buku pelajaran, ribuan anak-anak Indonesia berhenti bersekolah karena kondisi ekonomi keluarganya.
Melalui GNOTA, orang tua asuh dapat berperan dalam membantu menyediakan seragam sekolah, sepatu, buku, pena dan pensil, tas sekolah dan berbagai kebutuhan pribadi anak untuk bersekolah sehingga anak-anak dapat lebih tekun belajar. Peranan sederhana yang sering terlewat tapi berdampak sangat besar agar anak-anak tetap mau bersekolah.
Sejarah
GNOTA dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada 29 Mei 1996 di Semarang, Jawa Tengah, dengan gerakan nasional ini diikuti serentak oleh 27 provinsi lainnya. Peluncuran GNOTA bertujuan untuk mendukung Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajardikdas) 6 tahun. Pada 1994, wajib belajar ini ditingkatkan menjadi 9 tahun untuk pendidikan sekolah dasar dan menengah pertama. [5]
Pada 20 Agustus 1996, GNOTA menjadi lembaga agar dapat lebih meningkatkan kesadaran serta mendorong masyarakat untuk bergabung membentuk masa depan negera dengan memberikan kesempatan pendidikan dasar kepada anak-anak yang kurang mampu.
Pda 10 November 1999, Lembaga GNOTA ditingkatkan dan disahkan menjadi sebuah Yayasan.
Pada 20 November 2006, Lembaga Yayasan GNOTA menyesuaikan Anggaran Dasarnya agar sejalan dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan Undang-Undang No.28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No.16 Tahun 2011 tentang Yayasan.
Program GNOTA
• Satu Demi Satu/Index of Hope.
Index of Hope adalah salah satu program GNOTA yang mengajak orang perorangan untuk membantu satu anak asuh. Orang tua asuh dapat memilih paket program bantuan 3 tahun (Sekolah Dasar), 6 tahun (Sekolah Dasar) atau 3 tahun (Sekolah Menengah Pertama) untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak asuhnya. [4] [6] [2]
• Gallery of Hope.
Gallery of Hope adalah program di mana GNOTA menghubungkan para perajin setempat dan UMKM dari seluruh Nusantara dengan para pelanggan, khususnya yang berminat dalam seni tradisi. Dengan program tersebut GNOTA menyediakan produk yang unggul dan khas tradisi setempat. GNOTA yakin bahwa di setiap rumah modern ada ruang tambahan untuk barang-barang khas tradisional yang mengingatkan akan masa silam, kekeluargaan dan budaya. GNOTA juga percaya bisnis yang etis, karena itu 100% keuntungan dari Gallery of Hope disumbanglan untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu dan rawan putus sekolah agar bisa terus bersekolah. [4]
• Sound of Hope.
GNOTA bekerja sama dengan berbagai komunitas seni seperti Saung Angklung Mang Udjo. GNOTA menyediakan angklung untuk mengajarkan musik kepada anak-anak yang berminat agar dapat menciptakan musik yang indah. Maka dari itu, GNOTA selalu berusaha mengajak para orang tua asuh untuk ikut terlibat dalam program ini. [4]
• Travel of Hope.
GNOTA mengajak masyarakat untuk ikut berjalan dan berwisata bersama ke sekolah-sekolah yang menerima sumbangan agar dapat merasakan dan mengalami langsung, pengalaman kemanusiaan dan sekaligus menikmati pemandangan Indonesia yang indah serta mencicipi berbagai makanan khas setempat. [4] Diarsipkan 2023-05-28 di Wayback Machine. [2]
• Pundi of Hope.
GNOTA berusaha menyebarkan semangat berbagi dengan mengajak anak-anak dari keluarga mampu untuk membeli pundi celengan untuk anak-anak asuh. Anak dari keluarga mampu akan belajar menabung dan menyisihkan uangnya untuk dimasukkan ke dalam pundi celengan. Saat pundi celengan sudah penuh, mereka akan menyumbangkannya kepada anak asuh, supaya tetap dapat bersekolah. Program ini adalah pembelajaran bagi anak-anak untuk saling membantu terutama agar seluruh anak-anak Indonesia dapat bersekolah. [4]
• Friends of Hope.
Dikenal pula dengan istilah Sahabat GNOTA, adalah para relawan dari berbagai latar belakang profesional yang bergabung untuk membantu dan mendukung program GNOTA sesuai dengan keahlian yang mereka punyai. [4]
• Garage Sale for Hope.
Pada program ini, GNOTA berupaya menanamkan sifat sosial masyarakat dengan menyumbangkan barang-barang layak guna mereka seperti pakaian, sepatu, mainan, buku, dan barang-barang lainnya. Masyarakat dipersilahkan dengan sukarela menyumbangkan dan mengirimkannya kepada GNOTA. Nantinya, GNOTA akan menjual barang-barang itu kembali ke masyarakat yang membutuhkannya dengan harga terjangkau. Hasil penjualan sepenuhnya akan digunakan untuk membantu pendidikan anak asuh GNOTA.
• CSR for Education.
Lewat program tersebut, GNOTA biasa bekerja sama dengan berbagai perusahaan untuk menjalankan program-program Corporate Sosial Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan), khususnya di bidang pendidikan. Perusahaan dapat berrsumbang lewat GNOTA untuk memberi bantuan pendidikan kepada anak-anak asuh di wilayah produksi perusahaan mereka atau wilayah lain yang membutuhkan bantuan. [4]
• Zakat/Alms of Hope.
Dengan adanya program zakat ini, masyarakat dapat mengedarkan zakat, sedekah, dana atau sumbangan mereka sesuai kepercayaan masing-masing lewat GNOTA berapa pun jumlahnya. Kemudian, GNOTA akan mengumpulkan dan menggabungkan seluruh sumbangan itu untuk kemudian dipakai sebagai bantuan pendidikan bagi anak asuh. [4]
Referensi
[1] Diarsipkan 2023-05-28 di Wayback Machine. M. S. Hutomo, “Kiprah 20 Tahun GNOTA di Indonesia,” Liputan6.com, 2016. [Online]. Available: https://www.liputan6.com/citizen6/read/2518560/kiprah-20-tahun-gnota-di-indonesia.
[2] S. HAMDANI, “GNOTA Aims to Give Indonesian Kids a Better Future,” jakartaglobe.id, 2018. [Online]. Available: https://jakartaglobe.id/news/gnota-aims-give-indonesian-kids-better-future/.
[3] Tempo.co, “Gerakan Move On untuk Pendidikan Anak Indonesia,” Tempo.co, 2014. [Online]. Available: https://gaya.tempo.co/read/575121/gerakan-move-on-untuk-pendidikan-anak-indonesia/full&view=ok.
[4] Duniafintech.com, “TEKAN ANGKA ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI GNOTA,” Duniafintech,com, 2018. [Online]. Available: https://duniafintech.com/tekan-angka-anak-putus-sekolah-melalui-gnota/.
[5] P. Matanasi, “Ini Ibu Budi: Mengenang Lahirnya Program Wajib Belajar,” tirto.id, 2019. [Online]. Available: https://tirto.id/ini-ibu-budi-mengenang-lahirnya-program-wajib-belajar-dngo.
[6] D. Ramdan, “Blibli salurkan donasi untuk dunia pendidikan,” Kontan.co.id, 2018. [Online]. Available: https://nasional.kontan.co.id/news/blibli-salurkan-donasi-untuk-dunia-pendidikan.
Kata Kunci Pencarian:
- Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
- Orde Baru
- Indonesia dalam tahun 1996
- Boedi Oetomo
- PINTU Singapura
- Teti Rohatiningsih
- Pierre Tendean
- Achmad Chalwani
- Zulbahri Majid
- Orang Minangkabau