Paroki
Santo Alfonsus de Liguori, Nandan atau Paroki
Santo Alfonsus Nandan adalah salah satu paroki yang berada di bawah Keuskupan Agung Semarang. Paroki ini terletak di Sinduadi, Mlati,
Sleman, DI Yogyakarta.
Sejarah
= Pertumbuhan umat awal
=
Wilayah Paroki Nandan pada mulanya masuk ke wilayah Mlati kemudian Jetis Yogyakarta. Menurut catatan, pada tahun 1936 sudah ada warga yang beragama Katolik, tetapi hingga tahun 1960an umat Katolik di wilayah Nandan hanya terhitung beberapa keluarga saja.
Menjelang tahun 1960, banyak pemuda masuk Novisiat Bruder Karitas sehingga muncul rencana mendirikan sebuah bruderan di bagian selatan Yogyakarta. Uskup Agung Semarang saat itu, Mgr. Soegijapranata SJ, menyetujui dan menganjurkan agar Bruder Karitas membuka sekolah bagian utara Yogyakarta. Pada tahun 1961, Bruderan Karitas didirikan di wilayah dusun Nandan dengan dipimpin Bruder Gabinus FC. Persiapan administrasi SD Karitas dimulai pada tahun 1962 dan operasional sekolah dimulai pada tahun 1963. Sekolah Karitas terus berkembang sehingga tahun 1968 didirikan SMP Karitas. Bruder Gabinus sakit dan pulang ke Eropa pada tahun 1967, digantikan oleh Bruder Alfonso Wiryotaruno FC. Bruder Alfonso sangat berjasa dalam pengembangan paguyuban umat khususnya dalam Katekumenat sehingga namanya diabadikan sebagai Pelindung Paroki, selain juga untuk mengenang jasa para Romo dan Frater Redemptoris (CSsR).
= Pembentukan Kring Karitas Nandan
=
Pertumbuhan umat Katolik terus meningkat semenjak berdirinya Bruderan dan sekolah-sekolah Karitas sehingga pada tahun 1968 penggembalaan umat Kring Karitas Nandan diserahkan Romo Paroki Mlati kepada Romo Y.B. Mangunwijaya, Pr. Kring Karitas Nandan di bawah naungan Paroki
Santo Aloysius Mlati dibentuk pada tahun 1969. Kegiatan peribadatan oleh para Bruder Karitas diadakan pada sebuah kapel sementara menggunakan salah satu ruangan kantor SMP Karitas (dulunya merupakan bangunan tempat tinggal para bruder).
Romo Mangun diminta membina tahanan politik di Pulau Buru pada tahun 1976 sehingga Kring Karitas tidak memiliki romo. Saat itu umat Katolik di Kring Nandan berjumlah sekitar 200 jiwa. Pada bulan Januari 1977, romo komunitas CSsR dari Sumba datang di Nandan yang untuk sementara menumpang tinggal di Bruderan Karitas sebelum wisma CSsR selesai dibangun. Kring Karitas Nandan sangat berkembang di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR.
= Stasi Nandan dan rencana pembangunan Gereja
=
Kring Karitas Nandan ditingkatkan manjadi Stasi di bawah Paroki Jetis pada bulan Januari 1980. Jumlah umat semakin banyak sehingga kapel Bruderan Karitas Nandan tidak mampu menampung umat. Saat itu jumlah umat sudah lebih dari 800 orang. Akibatnya, misa Natal dan Paskah diselenggarakan di aula SD/SMP Karitas. Romo Paroki Jetis saat itu, Romo Cokroatmojo Pr, mendesak pengurus stasi untuk membangun gedung
Gereja baru. Awalnya pengurus berencana memperluas kapel tetapi tidak disetujui oleh pihak bruder. Gagasan pembangunan
Gereja muncul pada tanggal 1 Agustus 1981, Pengurus Dewan Stasi membentuk panitia pembangunan gedung
Gereja pada tanggal 1 Januari 1982.
Pembelian tanah tahap pertama dilakukan pada tanggal 29 April 1982. Tanah milik Suster Komunitas Darah Mulia seluas 2.330 m2 dibeli dengan harga Rp 5000,- per m2 meskipun harga pasaran saat itu adalah Rp 25.000,-. Panitia Pembangunan membayar Rp 5.000.000,- dan sisanya dilunasi Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 9 Januari 1984. Pembelian tanah tahap kedua dilakukan tanggal 9 Maret 1984. Tanah milik suster ADM pada lokasi yang sama seluas 2128 m2 dengan harga tetap Rp 5000,- per m2. Pada tahun 1983-1984, panitia membuat “Kartu Tanah Suci” dengan harga Rp 5.000 per lembar (harga 1 meter persegi tanah) yang digunakan umat untuk ikut menyumbang pembelian tanah. Selanjutnya, Suster ADM memberi sumbangan dana sebesar Rp 35.500.000,- untuk membeli tanah sisa milik suster ADM, sehingga pada tanggal 21 Maret 1988 usaha pengadaan tanah untuk gedung
Gereja mencapai luas 7.211 m2.
Perizinan pembangunan
Gereja mulai diurus pada bulan Desember 1986, tetapi takmir Masjid Al-Ikhwan Nandan menyatakan keberatan karena lokasinya terlalu dekat dengan lokasi masjid. Dengan bantuan Romo Mangunwijaya,Pr, Provinsial Bruder Karitas setuju untuk menukar tanah umat Stasi Nandan seluas 7511 m2 dengan milik Bruder Karitas seluas 9804 m2. Permohonan izin disetujui Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Sleman dengan surat tertanggal 9 maret 1988 No 69 Th. 1988. Pada tahun yang sama, para ibu Rukun Wanita Katolik (RWK) menabung bersama dan bunganya digunakan untuk dana pembangunan
Gereja.
= Pembangunan Gereja
=
Tanah lokasi gedung
Gereja dibersihkan bersama-sama oleh umat stasi Nandan sehingga peletakan batu pertama bisa dilakukan pada tanggal 31 Juli 1988. Pembangunan tahap pertama dilakukan mulai Juli 1988 hingga 31 Desember 1989 dengan dana sebesar Rp 85.000.000,-. Pembangunan tahap pertama meliputi fondasi, tiang, dinding dan atap. Perayaan Natal pertama kali dilakukan pada tahun 1988 meskipun bangunan
Gereja masih belum selesai. Pembangunan tahap kedua berlangsung bulan Januari 1989 sampai Agustus 1991 dengan menyelesaikan pemasangan tegel lantai, dinding, jendela, pintu, kaca, cat, listrik, air, bangku, jalan masuk, dan tempat parkir. Perayaan ekaristi mulai dilakukan pada tahun 1990. Pembangunan tahap ketiga dilaksanakan bulan Maret 1992 – Maret 1994 meliputi pembuatan lisplang, penyelesaian pemasangan kaca, plafon, gedung utama, kamar mandi dan WC, penataan Panti Imam, menutup lubang yang ada di atas tiang dengan gambar, menyempurnakan pengecatan, penataan halaman dan tanaman, penataan tata lampu, dan pembuatan patung
Santo Alfonsus. Gedung
Gereja diresmikan oleh Bupati Daerah Tingkat II
Sleman pada tanggal 1 Agustus 1996 dan diberkati Romo Administrator KAS Harjoyo Pr.
= Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan
=
Jumlah umat Stasi Nandan berdasarkan sensus umat pada tahun 1989 sebanyak 1.600 jiwa. Setelah gedung
Gereja selesai, jumlah umat lebih dari 2000 jiwa tetapi belum memiliki gedung Pastoran dan Pastor Paroki. Persyaratan untuk menjadi suatu paroki adalah jumlah umat minimal 1000 orang, memiliki gedung
Gereja, memiliki gedung Pastoran, ada seorang Pastor Paroki, dan kesiapan umat. Gedung Pastoran dibangun dengan modal yang dikumpulkan kelompok koor
Santo Mateus wilayah selatan, dana swadaya umat, dan bantuan Keuskupan Agung Semarang. Gedung Pastoran diresmikan oleh Mgr Ign Suharyo, Uskup Agung Semarang saat itu, pada tanggal 24 Agustus 2004.
Stasi
Santo Alfonsus Nandan ditingkatkan statusnya menjadi Paroki Administratif
Santo Alfonsus Nandan pada tahun 2000, meskipun masih di bawah Pastor Kepala Paroki Jetis. Pada akhir tahun 2010, Romo Gregorius Sulistiyanto Pr diberi tugas dari Keuskupan Agung Semarang untuk melaksanakan persiapan terakhir paroki Administratif St.
Alfonsus – Nandan menjadi paroki penuh. Tanggal 1 Agustus 2012, stasi
Santo Alfonsus resmi menjadi paroki melalui Surat Keputusan dari Keuskupan Agung Semarang. Perayaan Ekaristi Syukur diadakan pada hari Sabtu, 4 Agustus 2012.
Jadwal misa
Jadwal misa di Paroki Nandan adalah sebagai berikut:
Lihat pula
Gereja Katolik di Indonesia
Referensi