Gotot Prakosa (lahir di Padang, 10 Desember 1955) merupakan praktisi senior film eksperimental berbakat asal Indonesia. Lingkup karya-karya
Gotot meliputi spektrum yang luas: seni lukis, multimedia, radio, dan surat kabar. Dengan pengalaman yang kaya dan beragam, ia juga menciptakan film animasi hingga film eksperimental. Jika dicermati, tak banyak representasi film eksperimental di Indonesia. Namun, jenis film ini berhasil terkenal berkat keberagaman yang kaya serta kelenturannya yang tinggi.
Ia terkenal atas filmnya yang disebut sebagai 'film Indonesia terbaik sepanjang zaman', yakniTjoet Nja Dhien yang rilis tahun 1986.
Pendidikan
Gotot Prakosa menghabiskan seluruh pendidikan awalnya di sekolah Taman Siswa (dari Taman Kanak-kanak hingga menengah) sebelum masuk Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI), Yogyakarta pada tahun 1972-1974. Lalu, Ia melanjutkan ke jenjang pendidikan D4 di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Di LPKJ, Ia menekuni bidang animasi eksperimental. Seni rupa dan seni lukis menjadi pijakan pertamanya sebelum terjun ke film yang berpengaruh juga pada fokus karya-karyanya dengan konsep animasi dan eksperimental.
Pendidikannya masih berlanjut untuk S1 di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) bidang produksi film. Terakhir,
Gotot menyelesaikan pendidikan master bidang Ilmu Budaya di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta tahun 2004.
Karier
Ia mulai aktif membuat film eksperimental sejak tahun 1975. Sebelum masuk ke IKJ, karya-karya animasi dan eksperimentalnya sudah mendapat penghargaan pada Festival Film Mini yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (1976-1980). Selepas dari pendidikannya di IKJ, pria yang terkenal dengan keramahan sekaligus lugas itu mengabdi sebagai pengajar di almamaternya sambil terus melukis, membuat film, dan menulis buku tentang film, wayang, serta fiksi. Ia sempat mengikuti workshop animasi di Filipina, Swiss, dan Jerman. Karya-karya animasi dan ekperimentalnya (film maupun video) antara 1974 - 1984 menjadi koleksi yang dipreservasi oleh National Library of Australia.
Selain aktivitas sebagai akademisi dan seniman,
Gotot juga terlibat aktif berorganisasi: Wakil Ketua Bidang Humas dan Luar Negeri KFT (1992-1995), Anggota ASIFA (Association Internationale du Film d'Animation, Perancis), Presiden ASIFA sejak 2006, Ketua Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (2002-2006), Direktur Yayasan Seni Visual Indonesia (2003-...), dan masih banyak lagi. Selama menjabat sebagai Komite DKJ yang dulu disebut Art Sinema, Ia menggagas Kineforum sebagai bentuk wadah atau media khusus pemutaran film alternatif.
Pada 2008, Ia sempat terpilih menjadi Dekan FFTV-IKJ untuk periode 2008-2012. Pada tahun yang sama dengan sebuah film dokumenter musikal berjudul Kantata Takwa dirilis. Film karya kolaborasi
Gotot Prakosa bersama Eros Djarot ini akhirnya dapat dinikmati publik setelah 17 tahun sejak Konser Akbar Kantata Takwa tahun 1991.
Beberapa buku juga sempat ditulisnya, seperti Buku Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, & Film Dokumenter yang cetakan pertamanya terbit tahun 1997. Empat tahun setelahnya, Ia merampungkan buku Ketika Film Pendek Bersosialisasi ditahun 2001. Selanjutnya di tahun 2004, ada 2 buku film dengan judul Film dan Kekuasaan serta Film Pendek Independen dalam Penilaian (sebuah Catatan dari Berbagai Festival Film Pendek dan Film Alternatif di Indonesia. Terakhir, Ia menerbitkan Buku Animasi: Pengetahuan Dasar Film Animasi Indonesia (2010).
Berkat eksistensinya untuk industri film Indonesia,
Gotot Prakoso menerima penghargaan Adi-Insani pada ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014. Secara rutin,
Gotot juga pernah menjadi juri diberbagai festival film dan pembicara seminar tentang film semasa hidupnya. Kini, kompilasi film karya
Gotot Prakoso bisa ditonton melalui platform digital, Buttonijo.
Filmografi
Referensi
Pranala luar
Gotot Prakosa Diarsipkan 2022-11-29 di Wayback Machine. di Film Indonesia.