- Source: Grand Prix Jepang
Grand Prix Jepang (dalam bahasa Jepang: 日本グランプリ) merupakan salah satu acara balapan mobil rutin yang juga menjadi bagian dalam Kejuaraan Dunia Formula Satu. Secara historis, Jepang merupakan salah satu balapan terakhir pada musim ini, dan oleh karena itu, Grand Prix Jepang telah menjadi tempat berlangsungnya banyak balapan penentuan gelar juara dunia, dengan 13 gelar Juara Dunia Pembalap yang telah dinobatkan pada 36 Kejuaraan Dunia Grand Prix Jepang yang telah diselenggarakan. Negara Jepang adalah satu-satunya negara Asia yang menjadi tuan rumah balapan Formula Satu (termasuk Grand Prix Pasifik), hingga negara Malaysia bergabung ke dalam kalender tersebut pada musim 1999.
Balapan Grand Prix Jepang diselenggarakan pertama kali pada musim 1976 di Fuji Speedway. Kemudian, usai menghilang dari kalender selama 10 tahun, Grand Prix Jepang kembali lagi pada musim 1987 dengan masa kontrak 20 tahun di Sirkuit Suzuka. Pada tahun 1994 dan 1995, negara Jepang juga menjadi tuan rumah Grand Prix Pasifik di Sirkuit TI, menjadikan negara Jepang sebagai salah satu dari sembilan negara yang menjadi tuan rumah lebih dari satu Grand Prix di musim yang sama (yang lainnya adalah Austria, Bahrain, Prancis, Jerman, Inggris Raya, Italia, Spanyol, dan AS). Fuji lantas kembali lagi ke dalam kalender F1 pada musim 2007. Setelah balapan kedua di Fuji pada tahun 2008, balapan ini kembali lagi diadakan di Suzuka pada tahun 2009, sebagai bagian dari perjanjian bergantian antara pemilik Fuji Speedway dan Sirkuit Suzuka, yaitu rival abadi Toyota dan Honda. Namun, pada bulan Juli 2009, seiring dengan adanya krisis ekonomi global, sejak musim 2009 Grand Prix Jepang kembali lagi digelar di Suzuka. Suzuka menjadi tuan rumah Grand Prix Jepang setiap tahun sejak musim 2009, kecuali pada tahun 2020 dan 2021, ketika Grand Prix ini dibatalkan karena pandemi COVID-19 sampai kembali pada tahun 2022 yang kena bentrokan dengan Piala Dunia FIFA 2022, Olimpiade Musim Dingin 2022, Pesta Olahraga Asia Tenggara 2021, Invasi Rusia ke Ukraina 2022, Pembunuhan Shinzō Abe dan Pembunuhan Darya Dugina.
Ajang tersebut rencananya akan berlangsung di Sirkuit Suzuka setidaknya hingga tahun 2029.
Sejarah
= Awal mula
=Grand Prix Jepang yang pertama dijalankan sebagai sebuah balapan mobil sport, di Sirkuit Suzuka 80 kilometer (50 mi) barat daya Nagoya pada bulan Mei 1963. Pada tahun 1964, balapan ini kembali lagi diadakan di Suzuka. Hal ini menandai dimulainya balapan bermotor dengan sungguh-sungguh di negara Jepang. Namun, untuk delapan seri berikutnya, Grand Prix non-kejuaraan diselenggarakan di Fuji Speedway, 40 mil (64 km) sebelah barat Yokohama dan 66 mil (106 km) sebelah barat ibu kota Jepang, yaitu Tokyo. Sirkuit tersebut memiliki tikungan membelok yang disebut sebagai Daiichi, dan merupakan tempat terjadinya banyak kecelakaan fatal. Kemudian, dijalankan sebagai sejumlah cabang olahraga bermotor, khususnya Formula 2, mobil sport dan balap sprint tipe Can-Am.
= Formula Satu
=Fuji Speedway
Grand Prix Jepang Formula 1 yang pertama, pada tahun 1976, diadakan di Fuji Speedway sepanjang 2,7 mil yang sangat cepat, tanpa tikungan banking. Perlombaan ini menjadi terkenal karena penentuan gelar juara dunia antara James Hunt dan Niki Lauda yang diadakan selama kondisi monsun. Lauda, yang berhasil selamat dari kecelakaan yang hampir fatal di Grand Prix Jerman di awal musim, mengundurkan diri dari balapan ini dengan menyatakan bahwa hidupnya lebih penting daripada gelar kejuaraan dunia, seperti yang dilakukan oleh pembalap asal Brasil, yaitu Emerson Fittipaldi dan Carlos Pace. Hujan deras pada akhirnya berhenti, dan setelah pit-stop lambat yang menurunkannya ke posisi ke-5, Hunt melaju kencang dan naik ke posisi ke-3, mengambil 4 poin yang dia butuhkan untuk memenangkan gelar juara dunia dengan selisih tipis satu poin atas Lauda. Mario Andretti dari Amerika Serikat berhasil memenangkan perlombaan ini untuk kemenangan yang kedua di dalam kariernya dan yang pertama untuk tim Lotus, di depan pembalap asal Prancis, yaitu Patrick Depailler, dengan mengendarai mobil Tyrrell P34. Hunt kembali lagi pada tahun berikutnya untuk memenangkan Grand Prix Jepang yang kedua, tetapi tabrakan antara Gilles Villeneuve dan Ronnie Peterson selama balapan menyebabkan mobil Ferrari yang dikemudikan oleh Villeneuve terjungkal ke area terlarang, dan menewaskan dua orang penonton. Meskipun pada awalnya dijadwalkan untuk slot bulan April pada musim 1978 (yang dibatalkan), namun balapan tersebut tidak muncul kembali di dalam kalender Formula Satu selama satu dekade berikutnya, dan balapan tersebut tidak kembali lagi ke Fuji untuk waktu yang lebih lama lagi.
Sirkuit Suzuka
Grand Prix Jepang, yang semula dijadwalkan pada tanggal 7 April 1985, dibatalkan karena pembangunan kembali sebagian Sirkuit Suzuka terlalu memakan waktu. Sekembalinya ajang Formula 1 ke negara Jepang pada tahun 1987, Grand Prix ini menemukan tempat yang baru di Sirkuit Suzuka yang didesain ulang dan diubah. Sirkuit ini, terletak di dalam sebuah pasar malam, dirancang oleh orang Belanda, yaitu John Hugenholtz, dan dimiliki oleh Honda, yang menggunakannya sebagai sebuah lintasan uji. Yang paling menonjol pada awalnya karena tata letaknya—Suzuka adalah satu-satunya trek balapan yang berbentuk angka delapan yang muncul di dalam kalender F1—sirkuit Jepang yang menuntut dan cepat ini menjadi sangat populer di kalangan pembalap dan penggemar, dan di sanalah terjadi beberapa momen paling dramatis dan berkesan di dalam sejarah ajang Formula Satu.
Balapan pertama pada tahun 1987 memang sudah klasik. Hal ini segera membuat gelar Juara Dunia lainnya diputuskan, karena Nigel Mansell mengalami kecelakaan berat pada saat sesi latihan dengan tim Williams-Honda di Snake Esses dan akibatnya tidak dapat memulai balapan karena memperparah cedera punggung lama yang ia alami pada saat masih berada di Formula Ford, dan secara efektif menyerahkan gelar juara dunia kepada rekan setimnya, yaitu Nelson Piquet; gelar juara dunia yang ke-3 dan terakhir dalam kariernya. Gerhard Berger dari Austria berhasil memenangkan perlombaan ini untuk tim Ferrari, yang merupakan kemenangan pertama mereka sejak musim 1985.
Alain Prost melawan Ayrton Senna
Suzuka berperan dalam perseteruan antara pembalap asal Prancis, yaitu Alain Prost, dan pembalap asal Brasil, yaitu Ayrton Senna. Pertarungan panjang ini mencapai tingkat kontroversi dan liputan media yang sangat besar; pertarungan ini terjadi antara dua pembalap yang keduanya dianggap sebagai pembalap terbaik di dalam ajang Formula Satu pada saat itu.
Balapan pada tahun 1988 adalah penentuan gelar Kejuaraan Dunia antara Senna dan Prost – yang merupakan rekan satu tim McLaren pada tahun itu. Senna datang dengan peluang lebih besar untuk memenangkan gelar kejuaraan dunia, karena sistem poin pada saat itu menghitung 11 hasil terbaik; Senna telah tersingkir dari satu Grand Prix lebih banyak daripada Prost dan sedikit kurang konsisten dibandingkan dengan pembalap asal Prancis itu, namun hal ini sebenarnya menguntungkan pembalap asal Brasil itu; cara kerja sistem poin pada masa itu berarti ada lebih banyak ruang baginya untuk mencetak poin. Tim McLaren juga telah memperoleh mesin Honda yang unggul dan hemat bahan bakar dari tim Williams, memiliki mobil yang jauh lebih baik daripada mobil yang lainnya, dan telah berhasil memenangkan setiap balapan musim ini kecuali Grand Prix Italia – satu-satunya pengunduran diri tim McLaren musim ini sebanyak dua kali. Pada awalnya, Senna melakukan start yang sangat buruk, di mana mobilnya terhenti di grid, tetapi kemudian berhasil menghidupkan kembali mobilnya di pit lurus yang menurun. Alhasil, ia turun ke peringkat ke-14, sementara Prost memimpin jalannya lomba ini. Hujan kemudian mulai turun, dan spesialis cuaca basah Senna menyerbu trek, menetapkan sejumlah putaran tercepat dan melewati mobil demi mobil, hingga ia berhasil menyalip Berger di posisi ke-2 dan kemudian mulai mengejar Prost dengan cepat. Girboks mobil pembalap asal Prancis itu tidak berfungsi, dan pembalap asal Brasil itu mengejar dan melewati Prost, sementara pembalap asal Prancis itu ditahan oleh backmarker yang konsisten, yakni Andrea de Cesaris. Senna berhasil memenangkan perlombaan ini dan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang pertama kalinya dengan Prost yang finis di posisi ke-2, meskipun Prost mencetak lebih banyak poin secara keseluruhan.
Balapan pada tahun 1988 adalah penentuan gelar Kejuaraan Dunia antara Senna dan Prost – yang merupakan rekan satu tim McLaren pada tahun itu. Senna datang dengan peluang lebih besar untuk memenangkan gelar kejuaraan dunia, karena sistem poin pada saat itu menghitung 11 hasil terbaik; Senna telah tersingkir dari satu Grand Prix lebih banyak daripada Prost dan sedikit kurang konsisten dibandingkan dengan pembalap asal Prancis itu, namun hal ini sebenarnya menguntungkan pembalap asal Brasil itu; cara kerja sistem poin pada masa itu berarti ada lebih banyak ruang baginya untuk mencetak poin. Tim McLaren juga telah memperoleh mesin Honda yang unggul dan hemat bahan bakar dari tim Williams, memiliki mobil yang jauh lebih baik daripada mobil yang lainnya, dan telah berhasil memenangkan setiap balapan musim ini kecuali Grand Prix Italia – satu-satunya pengunduran diri tim McLaren musim ini sebanyak dua kali. Pada awalnya, Senna melakukan start yang sangat buruk, di mana mobilnya terhenti di grid, tetapi kemudian berhasil menghidupkan kembali mobilnya di pit lurus yang menurun. Alhasil, ia turun ke peringkat ke-14, sementara Prost memimpin jalannya lomba ini. Hujan kemudian mulai turun, dan spesialis cuaca basah Senna menyerbu trek, menetapkan sejumlah putaran tercepat dan melewati mobil demi mobil, hingga ia berhasil menyalip Berger di posisi ke-2 dan kemudian mulai mengejar Prost dengan cepat. Girboks mobil pembalap asal Prancis itu tidak berfungsi, dan pembalap asal Brasil itu mengejar dan melewati Prost, sementara pembalap asal Prancis itu ditahan oleh backmarker yang konsisten, yakni Andrea de Cesaris. Senna berhasil memenangkan perlombaan ini dan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang pertama kalinya dengan Prost yang finis di posisi ke-2, meskipun Prost mencetak lebih banyak poin secara keseluruhan.
Balapan pada tahun 1989 merupakan balapan yang sangat dinantikan, dan meskipun dengan peraturan baru yang melarang mesin turbocharged, namun kombinasi McLaren-Honda masih dominan, di mana mereka telah berhasil memenangkan 10 dari 14 balapan sejauh musim ini. Perlombaan ini ternyata menjadi salah satu yang paling berkesan di dalam sejarah olahraga ini. Prost dan Senna, sekali lagi menjadi rekan setim di tim McLaren pada tahun 1989, keduanya terlibat dalam perselisihan pribadi yang sengit yang dimulai pada balapan kedua musim ini dan hubungan mereka, pada akhir pekan balapan, berada pada titik terendah sehingga hampir tidak ada komunikasi yang terjadi antara Prost dan Senna, sesuatu yang sangat tidak biasa bagi rekan satu tim dalam sebuah tim balap, dan sampai pada tingkat di mana tim McLaren secara efektif berjalan sebagai 2 tim terpisah – dengan 4 hingga 5 kali lebih banyak orang di sekitar Senna dibandingkan dengan Prost. Hal ini karena Senna memiliki hubungan yang lebih dekat dengan para insinyur Honda dibandingkan dengan Prost; Popularitas Senna di mata masyarakat negara Jepang berkat gaya membalapnya yang datar memberikan keuntungan bagi Honda dalam banyak hal; dan tim McLaren menginginkan kemitraan jangka panjang dengan Honda, karena mesin mereka lebih baik dibandingkan dengan mesin yang lainnya. Baik Senna maupun Prost mengikuti balapan akhir pekan, masing-masing mengetahui apa yang dipertaruhkan. Prost unggul 16 poin dari Senna, dan pembalap asal Brasil itu menghadapi rintangan yang hampir tidak dapat diatasi: ia harus bisa menang di Suzuka agar mempunyai peluang untuk tetap bersaing untuk memenangkan gelar kejuaraan dunia menjelang balapan berikutnya, yang wajib dia menangkan juga. Senna start dari posisi terdepan, unggul 1,5 detik dari Prost yang sudah mempersiapkan balapannya di sesi kualifikasi. Set up Senna berarti dia lebih cepat di tikungan, sementara Prost memilih set up yang membuatnya lebih cepat di lintasan lurus.
Menjelang hari perlombaan, kedua McLaren berada di barisan depan grid, dan emosi kedua pembalap McLaren itu sangat tinggi. Pada saat lampu start menyala hijau, Prost melakukan start yang sangat baik dan melompat ke tikungan cepat pertama di depan Senna. Kedua pembalap McLaren segera mulai menjauh dari sisa pembalap di grid, dengan Prost dan Senna yang mengatur kecepatan pada level setinggi mungkin yang bisa mereka kumpulkan. Pada putaran ke-47, pada saat melewati tikungan 130R yang sangat cepat, pembalap asal Brasil itu mencoba melakukan umpan ambisius menuju chicane Casio. Senna berada dalam posisi yang canggung untuk disalip, berada di dalam rekan setimnya, dan mencoba menerobos melewati Prost, tetapi pembalap asal Prancis itu memutuskan untuk setia pada kata-kata yang dia ucapkan kepada Senna dan bos tim McLaren, yaitu Ron Dennis: di mana dia tidak akan membiarkan pintu terbuka seperti sebelumnya dan menyerahkan posisinya hanya karena tim McLaren merasa malu karena pensiun ganda. Dan Prost melakukan hal itu: pada saat dia berbelok ke tikungan kanan yang merupakan bagian pertama dari chicane, dia berbelok ke Senna, dan mobil pembalap asal Prancis itu menabrak mobil pembalap asal Brasil itu dan kedua mobil itu saling bertautan dan keduanya meluncur keluar lintasan dan menyusuri jalan keluar chicane, dan mesin Honda V10 di kedua mobil itu pun mati.
Prost dan Senna sama-sama terdampar dan Prost segera keluar dari mobilnya, mengetahui bahwa ia telah berhasil memenangkan gelar kejuaraan dunia dengan pensiunnya Senna, sementara Senna melambai ke arah sekelompok petugas lintasan Suzuka, yang berlari ke arah dua mobil yang saling bertautan. Agar mereka dapat memisahkan kedua mobil tersebut, para marshal mendorong mobil Senna mundur ke lintasan, yang menempatkannya pada posisi berbahaya. Para marshal kemudian mendorong mobilnya ke depan, sementara Senna menyalakan mesinnya, dan dia pergi. Bahkan setelah terhenti selama lebih dari 30 detik, kecepatan tinggi yang dia dan Prost jalankan membuat mereka berdua unggul jauh dari peserta lainnya, sehingga Senna masih memimpin jalannya balapan dengan nyaman di depan pembalap Benetton, yaitu Alessandro Nannini. Kerucut hidung depan mobil Senna rusak dan melewati tikungan Degner, ia terlepas; dan dia masuk ke dalam pit agar itu diubah. Nannini telah melewati Senna pada saat pembalap asal Brasil itu berada di pit, dan setelah dia keluar dari pit, Senna melaju dengan sekuat tenaga seperti sebelumnya, dan dalam waktu 2 putaran sambil mengimbangi 2,5 detik satu putaran di Nannini, dia mengejar dan berhasil melewati pembalap asal Italia itu dengan rapi di chicane Casio. Senna mengambil bendera kotak-kotak, tetapi upacara podium ditunda. Pertemuan antara Senna, Prost, manajemen tim McLaren, dan pejabat FIA, termasuk presiden FIA dan FISA yang sangat tidak populer, yaitu Jean-Marie Balestre, terjadi segera setelah balapan. Senna diperkirakan akan didiskualifikasi karena menerima bantuan eksternal non-tim, yang melanggar aturan, namun aturan tersebut memiliki celah: aturan berbunyi bahwa jika seorang pembalap dianggap berada dalam posisi yang berbahaya, maka mereka dapat didiskualifikasi akibat dorongan dimulai. Namun yang membuat hampir seluruh paddock Formula Satu terkejut adalah, Senna dianggap didiskualifikasi karena melewati tikungan dan trek yang ditandai setelah melewati jalan keluar yang berbatasan dengan sirkuit. Memotong tikungan berarti melewati trek untuk mendapatkan keuntungan – dan ini melanggar hukum. Namun, aturan ini tidak ditegakkan dan pada umumnya diabaikan pada masa itu, jika seorang pembalap terkena dampak negatif dalam hal posisi mereka dalam balapan – sedangkan Senna tidak. Namun demikian, Senna dari Brasil marah dengan keputusan tersebut – dan dia kemudian mengatakan bahwa dia telah berjuang untuk waktu yang lama untuk mengatasi apa yang terjadi. Nannini dianugerahi kemenangan balapan sebagai akibat dari diskualifikasi Senna, dan tim McLaren mengajukan banding atas diskualifikasi Senna – yang tidak hanya ditolak oleh Balestre dan FIA saja, tetapi ia juga didenda $100.000 dan skorsing selama enam bulan, yang mana keduanya pada akhirnya dibatalkan. Prost telah berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang ketiga kalinya – tetapi ini tidak resmi sampai Senna pensiun dari Grand Prix Australia 2 minggu kemudian, sebelum banding tim McLaren ditolak.
Balapan pada tahun 1990 terbukti sama kontroversialnya dengan balapan pada tahun 1989. Senna dan Prost sekali lagi berada di posisi pertama dan kedua di dalam klasemen sementara kejuaraan dunia pembalap – di mana keduanya telah berhasil memenangkan 37 dari 46 balapan kejuaraan dunia Formula Satu terakhir. Namun, perannya telah terbalik: situasi kejuaraan dunia untuk Prost sama dengan Senna di tahun sebelumnya. Pembalap asal Prancis itu harus bisa memenangkan kedua balapan terakhir untuk mempertahankan gelar juara dunia. Perlombaan ini juga berlangsung tanpa kehadiran juara balapan bertahan, yaitu Nannini, karena kariernya berakhir hanya beberapa hari setelah mengalami kecelakaan helikopter. Seperti yang ditunjukkan di dalam video pengarahan pembalap sebelum balapan, para pembalap sedang mendiskusikan apa yang harus dilakukan jika sebuah mobil berada dalam posisi yang berbahaya di Casio Chicane. Senna terkejut dengan apa yang dia lihat sebagai penafsiran konyol atas peraturan yang dipikirkan dengan buruk – dan dia keluar dari pertemuan pada saat pertemuan sedang berlangsung. Senna start dari posisi terdepan, unggul tiga persepuluh dari Prost, yang sekarang membalap untuk tim Ferrari, yang memiliki paket paling kompetitif berikutnya tahun itu di belakang tim McLaren. Senna meminta untuk mengubah posisi grid guna memindahkan posisi terdepan ke sisi kiri jalan yang lebih bersih, tempat garis balapan berada. Hal ini dikabulkan, namun Balestre turun tangan dan mengembalikan posisi grid ke lokasi semula, yang berarti posisi terdepan akan berada di sisi kanan trek yang kotor, di mana semua serpihan karet ban telah dibuang dari ban oleh mobil Formula Satu. Ini berarti bahwa Senna keluar dari jalur balapan dan akan lebih sulit baginya untuk melakukan start yang lebih baik. Karena merasa frustasi dan marah, Senna menirukan pernyataan Prost pada tahun sebelumnya, yang mengatakan bahwa ia tidak akan pindah jika Prost berusaha untuk menyalip di tikungan pertama. Senna start dari posisi terdepan, dengan Prost yang start dari posisi kedua (walaupun di garis balapan). Prost lebih unggul dari Senna – namun, mesin Honda yang lebih bertenaga pada mobil McLaren yang dikemudikan oleh Senna membuat ia mampu mengimbanginya. Prost bergerak untuk mengambil garis balapan, namun Senna menukik ke sudut di sebelah kanan Prost untuk melewatinya – dan sebagai hasilnya, ia membentur sisi mobil Ferrari milik Prost. Kedua mobil melaju lurus dan kedua pembalap melaju melewati jebakan kerikil dengan kecepatan 160mph (260km/jam) dan menabrak dinding ban di ujung area run-off. Senna dan Prost sama-sama tidak terluka, dan tidak ada pembalap yang mau memeriksa apakah pembalap yang lainnya baik-baik saja. Kecelakaan ini membuat Senna berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang kedua kalinya. Kecelakaan itu tampak agak meragukan, dan FIA tidak melakukan tindakan apa pun terhadap Senna; karena mereka tidak melakukan tindakan apa pun terhadap Prost pada tahun 1989 karena menabrak Senna, maka mereka juga tidak dapat berbuat apa pun terhadap Senna, dan tabrakan tersebut pada akhirnya dinyatakan sebagai sebuah "insiden balapan". Karena merasa marah dan muak, Prost kemudian menggambarkan Senna sebagai "seorang pria tanpa nilai". Kedua pembalap tersebut dituduh sengaja bertabrakan satu sama lain, dan dengan demikian, kedua situasi tersebut serta komentar mereka setelah kedua insiden tersebut telah mencemari reputasi kedua pembalap di mata sebagian besar penggemar berat. Pembalap Benetton, yaitu Nelson Piquet, berhasil memenangkan balapan pertamanya dalam 3 tahun terakhir setelah Gerhard Berger keluar dari balapan dan pembalap Ferrari, yaitu Nigel Mansell, mengalami kegagalan di pit setelah pit stop, dan rekan setim baru Piquet sekaligus juga rekan senegaranya, yaitu Roberto Moreno, berhasil finis di urutan ke-2.
1991–2006
Tahun 1991 sekali lagi merupakan pertarungan untuk gelar Kejuaraan Dunia Pembalap, dan pada tahun itu menyaksikan Senna dan kali ini Mansell bersaing dalam pertarungan Williams yang kompetitif namun agak tidak dapat diandalkan untuk gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. Prost tidak memenangkan perlombaan dengan mobil Ferrari yang tidak kompetitif pada tahun itu dan itu menjadi balapan terakhirnya untuk Scuderia tahun itu; dia dipecat dari tim setelah balapan ini karena menggambarkan bahwa mobil 643 memiliki handling seperti "truk" dan akan digantikan oleh Gianni Morbidelli. Ini adalah tantangan yang terakhir bagi tim Ferrari; karena Prost telah melontarkan komentar buruk tentang tim asal Italia tersebut selama beberapa waktu. Perlombaan ini dimulai, dan Mansell keluar di tikungan pertama pada putaran 10, dan Senna berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap ketiganya dalam 4 musim. Senna membiarkan rekan setimnya, yaitu Gerhard Berger, untuk melewatinya untuk menang sebagai tanda "terima kasih" atas dukungannya sepanjang musim ini. Namun, pada saat jumpa pers pasca balapan, Senna kemudian mengakui bahwa tindakannya pada tahun 1990 memang disengaja, dan ia kemudian menyebut Balestre dan seluruh petinggi badan balap sebagai "orang bodoh". Dia mengakui bahwa dia melakukan apa yang dia lakukan pada tahun sebelumnya karena penolakannya untuk menerima manipulasi ilegal yang terus menerus dilakukan oleh Balestre terhadap Kejuaraan Dunia Pembalap.
Musim 1992 adalah tahun pertama di mana Grand Prix Jepang di Suzuka sama sekali tidak menentukan gelar kejuaraan dunia – Mansell telah berhasil memenangkannya dalam 4 balapan sebelumnya di Hongaria dengan tim Williams yang sangat dominan. Dia pensiun dari balapan, begitu pula Senna, dan rekan setim Mansell, yaitu Riccardo Patrese, berhasil meraih satu-satunya kemenangannya pada tahun itu. Balapan pada tahun 1993 merupakan balapan yang menarik; Senna memimpin jalannya lomba dari Alain Prost (yang memenangkan gelar juara dunia pembalapnya yang ke-4 di balapan sebelumnya) dan mempertahankannya; Selain itu, kondisi cuaca yang berubah-ubah juga menguntungkan Senna, yang dikenal luar biasa dalam kondisi cuaca basah. Namun, dia diganggu oleh pendatang baru asal Inggris, yaitu Eddie Irvine, yang berusaha melewati Senna dan melepaskan diri pada saat bertarung dengan rekan setim Prost yang berkebangsaan Inggris, yakni Damon Hill. Senna berhasil memenangkan balapan untuk yang ke-40 kalinya di dalam kariernya dari Prost, tetapi dia tidak selalu tersenyum. Dia mencari Irvine, berdiskusi sengit dengan pembalap asal Irlandia Utara itu dan meninju bagian samping kepalanya; kemudian, Senna tampil di siaran langsung televisi untuk wawancara pasca-balapan, dan menggunakan kata-kata kotor dalam rekaman langsung karena frustrasi terhadap Irvine, dugaan perilaku buruk pembalap lain di lintasan dan pada media, yang menurutnya "tidak bertanggung jawab" karena membuat sensasi beberapa tindakan Senna serta perilaku berbahaya di jalur.
Pada tahun 1994, Prost telah pensiun dan Senna meninggal dunia di Grand Prix San Marino, dan GP Jepang tahun itu menyaksikan Hill dan Michael Schumacher dari Jerman bertarung memperebutkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. Hill secara krusial berhasil memenangkan perlombaan di depan Schumacher; Suzuka dilanda hujan lebat yang membuat kondisi menjadi sangat sulit bagi Hill karena Schumacher dikenal ahli dalam kondisi cuaca basah. Balapan pada tahun 1995 menyaksikan perjalanan yang luar biasa dari pembalap Prancis-Italia, yaitu Jean Alesi, dengan ban kering licin dalam kondisi lembab. Pada awalnya hujan; tetapi lintasannya mengering. Alesi masuk ke dalam pit pada putaran ketujuh, bersamaan dengan waktu semua pembalap masuk. Pembalap asal Prancis itu mulai melakukan putaran pada Suzuka dengan mobil Ferrarinya 5 detik lebih cepat dari siapa pun, dan ketika keluar dari pit, ia berada di urutan ke-17 – namun kemudian berakhir dengan perjalanan 18 putaran naik ke posisi ke-2, melewati mobil demi mobil, sementara sejumlah mobil lain juga mengganti ban slick. Namun, kemudian, Alesi harus menjalani penalti drive-through karena melakukan lompatan awal. Hal ini tidak menghentikan emosi Alesi yang sangat tegang: ia turun ke posisi ke-10, namun berusaha keras; dan mulai melewati mobil demi mobil. Dia kemudian masuk pit dan turun ke posisi ke-13 dari posisi ke-8 sebagai hasilnya. Kemudian, dia keluar di tikungan terakhir pada putaran ke-20, tetapi mampu bangkit, dan akibatnya turun ke urutan ke-15. Dia kemudian naik dari posisi ke-15 ke posisi ke-9 dalam satu putaran, dan kembali lagi ke posisi ke-2 di belakang Schumacher, yang dia kejar dan perjuangkan untuk memimpin. Namun, performa luar biasa ini hanya bertahan selama 5 putaran: poros penggerak mobil Ferrari yang dikemudikan oleh Alesi rusak akibat perjalanannya lebih awal, dan dia mundur dari balapan. Schumacher berhasil memenangkan perlombaan ini, setelah sebelumnya berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap di Grand Prix Pasifik di Aida.
Grand Prix Jepang 1996 adalah balapan yang terakhir pada tahun ini, dan saat itu menyaksikan perebutan gelar juara dunia di antara dua rekan setim dari tim Williams, yaitu Jacques Villeneuve dan Damon Hill, di Suzuka. Villeneuve kehilangan kemudi pada putaran ke-37 dan keluar pada tikungan pertama, menyerahkan gelar juara dunia pembalap kepada Damon Hill; namun, Hill tidak pernah lagi sekompetitif sebelumnya di dalam ajang Formula Satu: pemilik tim, yaitu Frank Williams dan Patrick Head, memutuskan di awal musim untuk tidak memperbarui kontrak Hill.
Grand Prix Jepang 1997 menyaksikan Michael Schumacher menang dan saingan utamanya untuk perebutan gelar juara dunia, yaitu Jacques Villeneuve, didiskualifikasi karena mengabaikan bendera kuning selama berlangsungnya salah satu sesi latihan.
Grand Prix Jepang 1998 menyaksikan penentuan gelar juara dunia yang dramatis yang lainnya antara Schumacher dan pembalap asal Finlandia, yaitu Mika Häkkinen. Kedua pembalap telah berduel sepanjang musim dan Hakkinen memimpin atas Schumacher dengan selisih empat poin pada balapan terakhir di Suzuka. Schumacher memulai balapan ini dengan posisi terdepan, tetapi terhenti di grid, memberikan Hakkinen yang berada di posisi kedua memiliki jalur yang jelas di depannya untuk memulai. Kini start dari grid paling belakang, Schumacher berjuang keras untuk mengejar ketertinggalan, mencetak beberapa putaran tercepat dalam upayanya mengejar rivalnya. Namun pada putaran ke-28, terjadi tabrakan antar backmarker, yang mengakibatkan puing-puing bertebaran di sirkuit. Schumacher menabrak puing-puing tersebut, menyebabkan ban belakang kanannya bocor. Ban tersebut menyebabkan Schumacher mundur tiga putaran kemudian, dan meninggalkan Häkkinen untuk meraih kemenangan dan gelar kejuaraan dunia pembalap untuk yang pertama kalinya.
Hakkinen kemudian berhasil memenangkan gelar juara dunia pembalap untuk yang kedua kalinya secara berturut-turut pada tahun 1999, setelah bertarung dengan Eddie Irvine, rekan setim Schumacher di tim Ferrari.
5 acara balapan berikutnya semuanya berhasil dimenangkan oleh tim Ferrari; Schumacher berhasil menang pada periode tahun 2000–2002 dan 2004, dan rekan setimnya, yaitu Rubens Barrichello, berhasil menang pada tahun 2003. Schumacher berhasil memenangkan gelar juara dunia untuk yang ketiga kalinya di ajang tahun 2000: ia memanfaatkan kecepatan superiornya dalam kondisi lembab pada saat hujan di pertengahan balapan untuk mengamankan kemenangan balapan dan juga gelar Kejuaraan Dunia pertamanya untuk tim Ferrari. Ini adalah gelar kejuaraan dunia pembalap yang pertama untuk tim Ferrari dalam 21 tahun. Tim Ferrari menyelesaikan dominasi mereka pada musim 2002 dengan mencapai total poin sebesar 221 poin pada sistem penilaian 10 poin yang digunakan pada saat itu. Pada acara balapan tahun 2003, Schumacher menjalani salah satu balapan yang paling sulitTemplat:Original Research Inline di dalam kariernya, di mana harus berada di posisi kedelapan, dan dia start dari posisi keempat belas di grid – namun, untuk berhasil mendapatkan poin tersebut, dia harus merebut gelar Kejuaraan Dunia Pembalap keenamnya, mengalahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Juan Manuel Fangio. Schumacher menjalani balapan yang penuh dengan insiden, bertabrakan dengan Takuma Sato dan hampir bertabrakan lagi dengan saudaranya. Sesi kualifikasi untuk acara balapan pada musim 2004, yang sedianya diadakan pada tanggal 9 Oktober, ditunda hingga hari perlombaan setelah topan melanda Suzuka. Hal ini memunculkan ide untuk mengadakan sesi kualifikasi pada hari Minggu pagi (sebuah ide yang ditinggalkan pada pertengahan tahun berikutnya).
Balapan pada tahun 2005 adalah salah satu balapan yang paling menarik di musim ini setelah banyak pembalap papan atas memulai balapan ini dari posisi paling belakang setelah sesi kualifikasi dalam kondisi cuaca yang bervariasi. Pembalap McLaren, yaitu Kimi Räikkönen, berhasil memenangkan balapan ini setelah start dari posisi ke-17, menyalip pembalap Renault, yaitu Giancarlo Fisichella, di awal putaran terakhir – setelah laju Fisichella dihadang oleh seorang backmarker. Pada acara balapan musim 2006, Michael Schumacher memimpin jalannya lomba ini hingga kerusakan mesin mengakhiri peluangnya untuk meraih gelar juara dunia kedelapan, yang jatuh ke tangan pembalap asal Spanyol, yaitu Fernando Alonso.
Pembangunan ulang Fuji
Diumumkan pada tanggal 24 Maret 2006 oleh FIA bahwa balapan selanjutnya akan diadakan lagi di Fuji Speedway yang telah didesain ulang (sekarang dimiliki oleh Toyota) di Oyama, Distrik Sunto, Prefektur Shizuoka. Berita tentang perpindahan Grand Prix Jepang ke sirkuit yang didesain ulang oleh Hermann Tilke disambut dengan rasa gentar, karena Suzuka milik Honda adalah favorit banyak pembalap, dan trek Hermann Tilke telah mendapat tinjauan yang beragam dari para pembalap dan para penggemar.Pada tanggal 8 September 2007, diumumkan bahwa Fuji akan bergantian dengan Suzuka untuk menggelar Grand Prix Jepang, mulai dari tahun 2009 dan seterusnya. Balapan pada tahun 2007 diadakan di tengah hujan lebat dan dimulai di belakang mobil keselamatan. Lewis Hamilton berhasil meraih kemenangan, sementara rekan setimnya di tim McLaren, yaitu Fernando Alonso, mengalami kecelakaan parah. Heikki Kovalainen finis di posisi ke-2, hasil terbaiknya hingga tanggal tersebut dan Kimi Räikkönen finis di posisi ke-3, menandai pertama kalinya ada dua pembalap asal Finlandia naik podium bersama. Pada tahun 2008, tikungan pertama menimbulkan masalah bagi tim McLaren dan Ferrari, dan Fernando Alonso mampu meraih kemenangan dengan mengendarai mobil Renault. Felipe Massa berada di urutan ke-7 setelah mendapat penalti karena bertabrakan dengan rivalnya, yaitu Lewis Hamilton, sementara Hamilton finis di luar zona poin, di mana dia juga mendapat penalti karena insiden di tikungan pertama.
Kembali lagi ke Suzuka
Pada bulan Juli 2009, Toyota menyebutkan kemerosotan ekonomi global sebagai alasan mengapa Grand Prix Jepang tidak akan kembali lagi diadakan di Fuji Speedway pada tahun 2010 dan seterusnya. Speedway berpendapat, menurut Associated Press, bahwa "terus menjadi tuan rumah balapan F1 dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan". Hasilnya, Grand Prix 2010 diadakan di Suzuka, dan pada saat itu diumumkan bahwa Suzuka akan mempunyai tugas eksklusif sebagai tuan rumah.
Balapan pada tahun 2009 dan 2010 didominasi oleh tim Red Bull dan Sebastian Vettel, dengan tim Red Bull yang berhasil finis di posisi 1-2 pada kedua tahun tersebut. Sebastian Vettel berhasil mengamankan gelar Kejuaraan Dunia untuk yang kedua kalinya di Grand Prix Jepang 2011 dengan finis di posisi ketiga, sementara pembalap McLaren, yaitu Jenson Button (satu-satunya pembalap di grid yang secara teoritis mempunyai peluang untuk mengalahkan Vettel dalam perebutan gelar juara dunia), berhasil memenangkan perlombaan ini dengan mengenakan helm penghormatan khusus kepada orang-orang yang terkena dampak gempa dan tsunami Tōhoku 2011. Helm tersebut menampilkan desain bergaya bendera negara Jepang, dan dia kemudian melelang helm tersebut untuk mengumpulkan uang bagi mereka yang terjebak dalam keadaan malang selama masa tsunami di awal tahun itu.
Kamui Kobayashi berhasil menempati posisi ketiga di Grand Prix Jepang 2012, setelah menahan tekanan selama balapan dari Jenson Button. Kobayashi menjadi pembalap asal Jepang yang pertama yang berhasil naik ke atas podiu Formula Satu di Jepang dalam 22 tahun, setelah Aguri Suzuki di Grand Prix Jepang 1990, dan menjadi pembalap asal Jepang yang ketiga yang berhasil finis di atas podium Formula Satu setelah Suzuki dan Takuma Sato di Grand Prix Amerika Serikat 2004.
Balapan pada tahun 2013 berhasil dimenangkan oleh Sebastian Vettel untuk tim Red Bull, menandai kemenangan keempat berturut-turut musim ini serta kemenangan keempatnya secara keseluruhan di Suzuka. Rekan setim Vettel, yaitu Mark Webber, yang memulai balapan ini di posisi terdepan, finis kedua di belakang rekan setimnya, dengan Romain Grosjean yang berhasil mengambil posisi podium terakhir untuk tim Lotus.
Pada Grand Prix Jepang 2014, angin topan melanda sirkuit pada saat balapan, menyebabkan kontroversi karena waktu start pada sore hari tidak dipindahkan. Perlombaan tersebut menampilkan duet pembalap Mercedes, yaitu Nico Rosberg dan Lewis Hamilton, yang berduel satu sama lain untuk memimpin jalannya balapan ini, dengan Hamilton yang pada akhirnya meraih kemenangan di depan rekan setimnya dan Sebastian Vettel. Namun, balapan tersebut dirusak oleh tragedi. Pada putaran ke-45, Adrian Sutil yang mengendarai mobil Sauber keluar jalur di Dunlop Curve, dan pada saat mobilnya diambil oleh crane, Jules Bianchi yang mengendarai mobil Marussia keluar jalur di area yang sama dan menabrak derek secara mengerikan. Perlombaan tersebut diberi bendera merah segera setelah kecelakaan tersebut karena kondisinya dianggap terlalu berbahaya untuk balapan. Bianchi tidak responsif terhadap marshal dan radio tim. Dia dibawa ke rumah sakit terdekat, di mana dia mengalami koma. Diharapkan dia bisa pulih, tetapi Bianchi meninggal dunia sembilan bulan kemudian karena luka-lukanya. Hal ini menyebabkan perubahan pada sirkuit untuk tahun berikutnya, dengan pembuatan saluran drainase di Kurva Dunlop untuk memungkinkan air mengalir lebih cepat pada saat hujan badai, serta pemindahan derek serupa untuk mencegah kecelakaan seperti yang telah terjadi pada Bianchi di masa depan.
Pada tanggal 23 Agustus 2013, diumumkan bahwa kontrak Grand Prix Jepang telah diperpanjang hingga musim 2018. Perpanjangan lebih lanjut diumumkan pada bulan Agustus 2018, untuk mempertahankan balapan di Suzuka hingga tahun 2021. Namun, edisi musim 2020 yang dijadwalkan untuk diadakan pada tanggal 11 Oktober, dibatalkan pada tanggal 12 Juni karena pandemi COVID-19.
Grand Prix Jepang 2022, yang diadakan pada tanggal 9 Oktober 2022, merupakan balapan yang pertama yang diadakan di Suzuka sejak tahun 2019. Sebelum perlombaan ini dimulai, pengisi suara, penyanyi, dan narator Nana Mizuki menyanyikan lagu kebangsaan Jepang dan penyambutan pembalap tuan rumah Yuki Tsunoda disambut baik oleh fans tuan rumah dan Perdana Menteri Jepang, yaitu Fumio Kishida. Perlombaan ini mengalami penundaan awal karena hujan lebat, yang ketika balapan ini dimulai telah menyebabkan Carlos Sainz Jr. menabrakkan mobil Ferrari-nya dan balapan diberi bendera merah setelah 28 putaran dijalankan. Sebelum balapan dihentikan, FIA mengirimkan kendaraan pemulihan pada saat balapan berada di bawah kondisi bendera kuning ganda, yang berarti kendaraan tersebut berada di lintasan pada waktu yang sama dengan mobil Formula Satu itu sendiri - yang menyebabkan insiden nyaris celaka bagi pembalap tersebut. Pierre Gasly yang pada saat itu sedang mengemudikan mobil Scuderia AlphaTauri dan sempat bertabrakan dengan papan iklan, artinya ia harus melakukan pit stop sebentar dan harus mengejar mobil keselamatan dan pembalap-pembalap lain, dengan jarak yang sempit dari ketinggalan kendaraannya. Hal ini mendapat kritikan yang tajam dari para pembalap, karena rekan senegaranya Gasly, yaitu Jules Bianchi, telah kehilangan nyawanya akibat insiden serupa pada tahun 2014.
Perlombaan ini juga mengalami kebingungan mengenai pemberian poin; diyakini secara luas bahwa pemimpin klasemen sementara kejuaraan dunia pembalap, yaitu Max Verstappen, akan memperoleh setengah poin (19 bukannya 25) karena kurang dari 75% jarak balapan yang dijadwalkan telah diselesaikan, yang berarti dia terpaut satu poin untuk merebut gelar juara. Namun, poin penuh malah diberikan dan Verstappen berhasil menjadi Juara Dunia Formula Satu musim 2022; dia sendiri menunjukkan keterkejutannya ketika mengetahui bahwa poin penuh diberikan. Kebingungan ini adalah akibat dari perubahan peraturan yang diterapkan pada tahun 2022 yang diberlakukan sebagai respons terhadap Grand Prix Belgia 2021 yang terganggu hujan. Pada lomba musim 2022, Verstappen mendedikasikan kemenangan untuk mantan Perdana Menteri Jepang, yaitu Shinzō Abe, yang dibunuh oleh Tetsuya Yamagami yang terjadi pada tanggal 8 Juli 2022 di dekat Stasiun Yamato-Saidaiji, Nara, Prefektur Nara yang terkena dampak seri anime Teppen!!!!!!!!!!!!!!! Laughing 'til You Cry memiliki episode kedua, dijadwalkan tayang pada tanggal 9 Juli 2022 di Tokyo MX telah dibatalkan seluruhnya karena plot episode berkisar pada percobaan pembunuhan dan dijadwalkan ulang untuk tayang pada tanggal 10 September 2022. Untuk musim 2023, sistem pemberian poin diubah menjadi sistem skala geser untuk menentukan poin yang diberikan, terlepas dari apakah berakhir dalam kondisi bendera merah atau hijau.
Pada tanggal 5 Juli 2023, diumumkan bahwa Grand Prix Jepang telah dipindahkan dari tanggal tradisional di bulan September/Oktober, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, ke slot pada bulan April untuk kalender musim 2024, antara Grand Prix Australia dan mengembalikan Grand Prix Tiongkok, sebagai bagian dari upaya regionalisasi F1.
Popularitas
Sejak kembalinya ke dalam kalender Formula Satu pada musim 1987, Grand Prix Jepang telah menjadi salah satu balapan yang paling populer di kalangan penonton. Untuk balapan pada musim 1990, tiga juta penggemar mengikuti pengundian untuk 120.000 tiket yang tersedia, karena popularitas Honda dan keberhasilan kejuaraan dunia sebagai pemasok mesin kepada tim Williams dan McLaren, fakta bahwa negara tersebut telah menghasilkan pembalap F1 penuh waktu pertamanya di Satoru Nakajima, dan popularitas besar Ayrton Senna di negara Jepang. Setelah Nakajima pensiun pada musim 1991, dan Honda mengundurkan diri dari kompetisi pada tahun berikutnya, minat mulai menurun, meskipun Grand Prix Pasifik ditambahkan ke dalam Kalender kompetisi F1, sebuah acara balapan yang juga diadakan di negara Jepang selama musim 1994 dan 1995. Grand Prix Jepang 1995 adalah balapan pertama yang tiketnya tidak terjual habis. Selanjutnya, kemunculan pembalap yang baru asal Jepang, seperti Takuma Sato dan masuknya Honda dan Toyota sebagai tim pabrikan penuh telah mengembalikan popularitas acara tersebut seperti semula. Namun, Honda dan Toyota meninggalkan ajang Formula Satu masing-masing pada tahun 2008 dan 2009, dengan alasan ekonomi dari kedua tim. Honda kembali lagi ke dalam ajang Formula Satu sebagai pemasok mesin untuk tim McLaren pada tahun 2015, dengan kemitraan yang berlangsung hingga tahun 2018. Honda mulai memasok mesin untuk tim Toro Rosso (yang kemudian dikenal sebagai AlphaTauri dan sekarang RB) pada tahun 2018, dan Red Bull Racing pada musim 2019, sebelum meninggalkan ajang Formula Satu lagi setelah musim 2021. Honda mendukung pengembangan mesin Red Bull Powertrains untuk musim 2022, dan akan membantu pengembangan mesin RBPT untuk musim 2023 hingga 2025, sebelum kemudian pindah ke tim Aston Martin sebagai pemasok mesin tunggal mulai dari musim 2026.
Jumlah penonton
Jumlah penonton resmi adalah sebagai berikut.
Pemenang Grand Prix Jepang
= Pemenang berulang (pembalap)
=Pembalap dalam cetak tebal berkompetisi di kejuaraan Formula Satu pada musim ini.
Latar belakang merah muda menunjukkan acara balapan yang bukan merupakan bagian dari Kejuaraan Dunia Formula Satu.
= Pemenang berulang (konstruktor)
=Tim dalam cetak tebal berkompetisi di kejuaraan Formula Satu pada musim ini.
Latar belakang merah muda menunjukkan acara balapan yang bukan merupakan bagian dari Kejuaraan Dunia Formula Satu.
= Pemenang berulang (produsen mesin)
=Manufaktur dalam cetak tebal berkompetisi di kejuaraan Formula Satu pada musim ini.
Latar belakang merah muda menunjukkan acara balapan yang bukan merupakan bagian dari Kejuaraan Dunia Formula Satu.
* Antara tahun 1998 dan 2005 dibangun oleh Ilmor
** Dibangun oleh Cosworth
= Berdasarkan tahun
=Latar belakang merah muda menunjukkan acara balapan yang bukan merupakan bagian dari Kejuaraan Dunia Formula Satu.
Lihat pula
Fuji Speedway
Sirkuit Suzuka
Referensi
Pranala luar
Japanese Grand Prix (Unofficial) Diarsipkan 2004-12-02 di Wayback Machine.
Kata Kunci Pencarian:
- Grand Prix Jepang
- Grand Prix F1 Jepang 1990
- Grand Prix F1 Jepang 1999
- Grand Prix F1 Jepang 1977
- Grand Prix Sepeda Motor Jepang
- Grand Prix F1 Jepang 1995
- Grand Prix F1 Jepang 2003
- Grand Prix F1 Jepang 1996
- Grand Prix F1 Jepang 1994
- Grand Prix F1 Jepang 1987
- Gloria Emanuelle Widjaja
- Imam Tohari
- Greysia Polii
- 2012 Catalan motorcycle Grand Prix
- Valentino Rossi
- Apriyani Rahayu
- Marcus Fernaldi Gideon
- Kevin Sanjaya Sukamuljo
- Putri Kusuma Wardani
- Liliyana Natsir