Gunung Slamet (bahasa Jawa: ꦒꦸꦤꦸꦁꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀, translit.
Gunung Slamet) adalah sebuah
Gunung berapi kerucut tipe A yang berada di Jawa Tengah, Indonesia, dan merupakan
Gunung tunggal yang terpisah dari pegunungan.
Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.432 mdpl dan terletak di antara 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes.
Gunung Slamet merupakan
Gunung dengan suhu rata-rata paling dingin di pulau Jawa serta salah satu daerah dengan curah hujan tahunan paling tinggi di Indonesia yaitu 8.134,00 milimeter (mm) per tahun.
Gunung Slamet adalah
Gunung tertinggi di Jawa Tengah dan
Gunung tertinggi kedua di pulau Jawa, setelah
Gunung Semeru.
Gunung Slamet juga merupakan salah satu "
Gunung tunggal" terbesar atau terluas di Indonesia seperti halnya
Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat, karena memiliki diameter tunggal
Gunung (tidak ada
Gunung lain dalam area tersebut) terluas di Indonesia dengan luas vegetasi sekitar 312 km² (31.200 ha) dan luas total area
Gunung mencapai 560 km² (56.000 ha), area nya tercakup dalam 5 (lima) Kabupaten.
Gunung ini cukup populer sebagai tujuan pendakian meskipun medannya dikenal sulit dan dikenal memiliki suhu yang sangat dingin serta basah.
Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level siaga medio-2009.Di kaki
Gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi tujuan wisata di Kabupaten Banyumas, dengan jarak sekitar 15 km dari Kota Purwokerto. Selain itu terdapat wisata alam berupa pemandian air panas Guci yang berada di sisi utara
Gunung Slamet, tepatnya di Kabupaten Tegal.
Geologi
Sebagaimana
Gunung api lainnya di Pulau Jawa,
Gunung Slamet terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Retakan pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan.
Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19.
Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar. Sebelumnya ia tercatat meletus pada tahun 1999.
Maret 2014
Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik
Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah
Gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.
Geografi
Gunung Slamet merupakan
Gunung tunggal dengan diameter yang sangat luas yang wilayah nya masuk terbagi dalam 14 kecamatan (empat belas) dari 5 (lima) kabupaten antara lain:
Kabupaten Banyumas
Kecamatan Baturraden
Kecamatan Sumbang
Kecamatan Kedungbanteng
Kecamatan Karanglewas
Kecamatan Cilongok
Kecamatan Pekuncen
Kabupaten Purbalingga
Kecamatan Kutasari
Kecamatan Bojongsari
Kecamatan Karangreja
Kabupaten Pemalang
Kecamatan Pulosari
Kabupaten Tegal
Kecamatan Bojong
Kecamatan Bumijawa
Kabupaten Brebes
Kecamatan Sirampog
Kecamatan Paguyangan.
Puncak dari
Gunung Slamet berada di 2 (dua) kabupaten, yaitu sisi utara puncak masuk kedalam wilayah Kabupaten Pemalang, sedangkan puncak bagian selatan yaitu Puncak Surono berada di wilayah Kabupaten Banyumas.
Catatan sejarah
Pada bulan Agustus 1838. Junghuhn, Fritze, Holle dan Borst memulai perjalanan dari Moga untuk mendaki
Slamet dari lereng sebelah utara. Pada ketinggian sekitar 4000 kaki membangun gubuk untuk bermalam dan meninggalkan kuda untuk selanjutnya meneruskan mendaki dengan berjalan kaki. Dr. Holle menemukan bagian kerangka badak di daerah berpasir di sebelah kawah, dan tulang manusia juga ditemukan. Udara malam yang sangat dingin suhu minimum tidak turun di bawah 42" Fahrenheit, tetapi karena angin timur yang kuat. Namun, sekembalinya keesokan paginya menemukan embun beku pada tanaman 3000 hingga 4000 kaki di bawah puncak.
Berbekal peralatan geodesi dan meteorologi yang akurat (seperti pada tahun 1838), Junghuhn bersama beberapa orang Jawa, mendaki
Gunung untuk kedua kalinya, pada 19 Juni 1847. Memulai pukul 7 dari Priatin, di sisi timur-utara G. Slamat, dan melintasi dataran tinggi yang sebagian besar dibudidayakan pada ketinggian sekitar 4000 kaki. Seperti yang diuraikan dalam bukunya Java, seine Gestalt, Pflanzendecke und Innere Bauart.
Sejarawan Belanda, J. Noorduyn berteori bahwa nama "
Slamet" adalah relatif baru, yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa (kata itu merupakan pinjaman dari bahasa Arab). Ia mengemukakan pendapat bahwa yang disebut sebagai
Gunung Agung dalam naskah berbahasa Sunda Kuno mengenai petualangan Bujangga Manik adalah
Gunung Slamet, berdasarkan pemaparan lokasi yang disebutkan.
Sejarah Letusan
Dari sebuah catatan laporan VOC,
Gunung Slamet pada tahun 1712 telah mengalami erupsi, menyemburkan api dan asap. Abu vulkaniknya tersebar sampai ke Benteng Kompeni di Semarang dengan ketebalan 1 inci.
Pada tahun 1746, ketika Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem Baron van Imhoff, kembali dari lawatannya ke pelosok Jawa. Ketika dalam perjalaan pulang melewati Banyumas lalu Brebes dan Tegal, menjumpai dampak erupsi
Gunung Slamet. Seluruh lanskap di lereng barat di selimuti dengan abu serta tercium bau belerang.
Ekologi
Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montana, dan Hutan Ericaceous atau hutan
Gunung.
Gunung Slamet memiliki cerita legenda yang turun temurun. Nama
Slamet diambil dari bahasa Jawa yang artinya selamat. Nama ini diberikan karena dipercaya
Gunung ini tidak pernah meletus besar dan memberi rasa aman bagi warga sekitar. Menurut kepercayaan warga sekitar, bila
Gunung Slamet sampai meletus besar maka Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua bagian. Walaupun demikian
Gunung Slamet pernah beberapa kali aktif dan membuat fenomena menarik.
Jalur pendakian
Jalur pendakian tradisional
Gunung Slamet adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain yang relatif lebih baru dibuka dari arah selatan (Kab. Banyumas) dan arah utara dan timur laut (Kab. adalah dari Baturraden dan dari Desa Gambuhan, Desa Jurangmangu dan Desa Gunungsari di Kabupaten Pemalang. Selain itu ada pula jalur yang baru saja diresmikan tahun 2013 lalu, yaitu jalur Dhipajaya yang terletak di Desa Clekatakan.
Pendakian
Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air. Pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor penyulit lain adalah kabut. Kabut di
Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.
Jalur pendakian lainnya adalah melalui objek wisata pemandian air panas Guci, Kabupaten Tegal. Meskipun terjal, rute ini menyajikan pemandangan yang paling baik. Kawasan Guci dapat ditempuh dari Slawi menuju daerah Tuwel melewati Lebaksiu, sementara untuk jalur pendakian yang populer saat ini adalah jalur Permadi Guci dimana terdapat fasilitas Mushola Jabalussalam yang masuk dalam daftar Mushola tertinggi ke tiga di Indonesia, tersedianya air bersih yang melimpah disepanjang tahun serta tersedianya toilet umum yang berada di pos 4 amreta jalur pendakian tersebut.
Galeri
Referensi
Lihat pula
Daftar
Gunung di Indonesia
Daftar
Gunung
Banyumas
Hidrologi pegunungan