Hajat laut yaitu pesta
laut (syukuran Nelayan) yang merupakan acara yang biasanya dihelat oleh masyarakat pesisir, utamanya daerah pantai Selatan setiap bulan Muharam pada Kamis Wage menjelang Jumat Kliwon. Warga pesisir Pangandaran biasa menyelenggarakan
Hajat laut setiap bulan Syura. Pesta
laut dimaksudkan sebagai ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rejeki serta keselamatan terhadap para nelayan. Selain itu
Hajat laut juga dimaksudkan agar nelayan senantiasa diberikan keselamatan dalam mencari ikan sehari-harinya. Ada juga yang mempercayai sebagai acara untuk meminta keselamatan nelayan terhadap tokoh mitos, Dewi Roro Kidul yang dipercaya sebagai penunggu pantai selatan. Upacara
Hajat laut merupakan acara ritual yang dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk mengenang nenek moyang yang telah meninggal di lautan. Acara ini biasanya ditandai dengan dibawanya sesaji yang disimpan dalam tiga jempana yang di bawa ke tengah
laut dan ditenggelamkan (dilarung). Upacara Tradisional
Hajat laut merupakan daya tarik wisata dengan nilai budaya yang sangat tinggi pada masyarakat pesisir. Namun seiring berjalannya waktu dan masuknya agama Islam, upacara
Hajat laut mengalami pergeseran makna. Jempana yang dihanyutkan atau dilarung ke
laut tidak lagi berisi makanan-makanan ataupun kepala hewan ternak, tapi dibiarkan kosong, dan prosesi larung ini hanya sebagai simbolis saja. Secara leksikal, menurut kamus besar bahasa Indonesia,
Hajat laut artinya adalah maksud, keinginan, kehendak, kebutuhan atau keperluan.