Dr. (H.C.) H. Sri Sultan
Hamengkubuwana X S.H. (disingkat HB
X, bahasa Jawa: ꦯꦿꦶꦯꦸꦭ꧀ꦡꦟ꧀ꦲꦩꦼꦁꦑꦸꦨꦮꦟ꧇꧑꧐꧇; lahir 2 April 1946) yang lahir dengan nama Bendara Raden Mas Herjuno Darpito adalah raja Kasultanan Yogyakarta yang bertakhta sejak tahun 1989. Saat ini, ia juga menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ketiga yang menjabat sejak 3 Oktober 1998.
Masa kecil
Hamengkubuwana X lahir dengan nama BRM Herjuno Darpito. Setelah dewasa bergelar KGPH Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram.
Hamengkubuwana X adalah seorang lulusan Fakultas Hukum Jurusan Ketatanegaraan di Universitas Gajah Mada pada 1983.
Hamengkubuwana X juga sempat memimpin Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (KAGAMA).
Sultan Yogyakarta
Saat menginjak usia dewasa, BRM Herjuno Darpito dinobatkan sebagai putra mahkota oleh ayahnya dengan diberi gelar sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Harya (K.G.P.H.) Mangkubumi, penobatan tersebut menandai bahwa dia telah dikukuhkan menjadi penerus sukesi selanjutnya untuk Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat setelah ayahnya. Setelah pengangkatannya sebagai putra mahkota, KGPH Mangkubumi diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A.) Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram.
Penobatan
Hamengkubuwana X sebagai Sultan sekaligus Raja Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dilaksanakan di Keraton Yogyakarta pada tanggal 7 Maret 1989 (dalam kalender Jawa: Selasa Wage 19 Rajab 1921) dengan gelar resmi penguasa Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sadasa ing Ngayogyakarta Hadiningrat. Sekitar 2.000 tamu undangan dan ratusan abdi dalem terlibat dalam acara ini.
Penobatan BRM Herjuno Darpito sebagai Raja sekaligus Sultan untuk Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dalam sejarah Keraton Yogyakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan yang pertama kali di dalam sejarah Republik Indonesia, setelah semua Raja-raja pendahulunya yang berkuasa dibawah kekuasaan pemerintah VOC dan Hindia Belanda harus melakukan izin dahulu terhadap pemerintah Hindia Belanda sebelum melakukan penobatan.
Setelah Sabda raja pertama yang diucapkan di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta pada 30 April 2015, gelar Sultan sebelumnya mengalami perubahan menjadi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono ingkang Jumeneng Kasepuluh Suryaning Mataram Senopati-ing-Ngalaga Langgeng ing Bawana, Langgeng, Langgeng ing Tata Panatagama. Sabda raja tersebut menimbulkan kontroversi di antara para kerabat bangsawan dan masyarakat Yogyakarta sehingga memunculkan Polemik sabda raja Yogyakarta 2015.
= Kegiatan organisasi
=
Hamengkubuwana X aktif dalam berbagai organisasi dan pernah memegang berbagai jabatan diantaranya adalah ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD Golkar DIY, ketua KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan Juli 1996 diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 2010, bersama dengan ketua umum Partai NasDem Surya Paloh,
Hamengkubuwana X mencetuskan pendirian Nasional Demokrat.
= Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
=
Setelah Paku Alam VIII meninggal dunia, dan melalui beberapa perdebatan, pada 1998 ia ditetapkan sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan masa jabatan 1998-2003. Dalam masa jabatan ini
Hamengkubuwana X tidak didampingi Wakil Gubernur. Pada tahun 2003 ia ditetapkan lagi, setelah terjadi beberapa pro-kontra, sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa jabatan 2003-2008. Kali ini ia didampingi Wakil Gubernur yaitu Paku Alam IX.
Sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, ia tidak menguber penghargaan dan piagam pengakuan. Menurutnya, peradaban kota memerlukan sentuhan kasih dan hati nurani."Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita." (Kutipan dari Monumen Tapak Prestasi, Yogyakarta)
Gempa Yogyakarta
Pada masa kepemimpinannya, Yogyakarta mengalami gempa bumi yang terjadi pada bulan Mei 2006 dengan skala 5,9 skala richter atau 6,3 magnitudo yang menewaskan lebih dari 6.000 orang dan melukai puluhan ribu orang lainnya.
= Kiprah nasional
=
Pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke-61 di Pagelaran Keraton pada 7 April 2007,
Hamengkubuwana X menegaskan tekadnya untuk mulai berkiprah di kancah nasional. Ia akan menyumbangkan pemikiran dan tenaganya untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Gelar dan Tanda kehormatan
Pada 27 Desember 2011, ia menerima gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Gelar tersebut karena kiprahnya dalam seni dan budaya, terutama seni pertunjukan tradisi dan kontemporer sejak 1989.
= Tanda Kehormatan Dalam Negeri
=
Indonesia
Bintang Mahaputera Utama - 2007
Lencana Melati
Satyalancana Pembangunan
Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia - 2024
= Tanda kehormatan luar negeri
=
Austria
Grand Decoration of Honour in Gold with Sash of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria - 1996
Belanda
Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau
Jepang
Order of the Rising Sun Gold and Silver Star - 28 Juni 2022
Silsilah
Anak laki-laki tertua dari Sultan
Hamengkubuwana IX dari istri keduanya:
RA Siti Kustina (BRA Widyaningrum/KRA Widyaningrum/RAy Adipati Anum)
Menikah dengan :
Tatiek Drajad Suprihastuti (BRA Mangkubumi/GKR Hemas; putri dari Kolonel Raden Subanadigda Sastrapranata, pada tahun 1968).
Memiliki saudara antara lain :
GBPH Joyokusumo
GBPH Hadiwinoto
GBPH Prabukusuma
GBPH Yudhaningrat
Memiliki lima orang putri :
GRA Nurmalita Sari (GKR Pembayun/GKR Mangkubumi)(menikah dengan KPH Wironegoro)
GRA Nurmagupita (GKR Condrokirono)(menikah dan bercerai dengan [KRT] Suryokusumo)
GRA Nurkamnari Dewi (GKR Maduretno)(menikah dengan KPH Purbodiningrat)
GRA Nurabra Juwita (GKR Hayu)(menikah dengan KPH Notonegoro)
GRA Nurastuti Wijareni (GKR Bendoro)(menikah dengan KPH Yudanegara)
Penerus
Sultan
Hamengkubuwana X menghadapi persoalan terkait penerusnya karena tidak memiliki anak laki-laki. Masalah ini mengemuka ketika terjadi pembahasan Raperda Istimewa tentang Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur sampai Sultan
Hamengkubuwana X secara mendadak mengeluarkan Sabdatama pertama pada 6 Maret 2015. Dalam UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta Pasal 18 ayat (1) huruf m disebutkan bahwa salah satu syarat menjadi gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta adalah "menyerahkan daftar riwayat hidup yang memuat, antara lain riwayat pendidikan, pekerjaan, saudara kandung, istri, dan anak;" yang dianggap hanya memberikan kesempatan kepada laki-laki untuk menjadi kandidat Sultan selanjutnya.
= Sabdaraja dan Dhawuhraja
=
Pada akhirnya,
Hamengkubuwana X memutuskan mengeluarkan Sabdaraja yang diucapkan pada tanggal 30 April 2015 dan Dhawuhraja pada tanggal 5 Mei 2015. Sabdaraja tersebut menghasilkan keputusan mengenai pengubahan nama gelarnya menjadi Hamengkubawana, sedangkan Dhawuhraja menghasilkan keputusan mengangkat GKR Pembayun sebagai GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng ing Mataram. Namun kemudian, pada tanggal 3 Juli 2015 Sultan menarik kembali Sabdaraja tersebut dan mencabut permohonan penggantian gelarnya di Pengadilan Negeri Yogyakarta, sehingga kini nama gelarnya kembali menjadi seperti semula.
Lihat pula
Gusti Kanjeng Ratu Hemas
Daftar Raja-Raja Jawa
Daerah Istimewa Yogyakarta
Catatan kaki
Pranala luar
(Indonesia) Official Website Sri Sultan Hamengkubuwono
X Diarsipkan 2008-12-07 di Wayback Machine.
(Indonesia) Profil di Tokoh Indonesia Diarsipkan 2006-03-02 di Wayback Machine.
(Indonesia) Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta (28 Oktober 2008) Diarsipkan 2008-10-31 di Wayback Machine.
(Inggris) HB
X - Genealogy Diarsipkan 2023-05-02 di Wayback Machine.
(Inggris) Profile Sri Sultan Hamengku Buwono
X di pemiluindonesia.com Diarsipkan 2008-12-02 di Wayback Machine.
Sambutan Gubernur DIY di FKY 2017: Menjadi Jogja Menjadi Indonesia Diarsipkan 2017-07-31 di Wayback Machine.