Pangeran Henrik dari
Denmark (pengucapan bahasa
Denmark: [ˈhɛnˀʁæɡ]; nama lahir: Henri Marie Jean André de Laborde de Monpezat; 11 Juni 1934 – 13 Februari 2018) adalah suami dari Ratu Margrethe II dari
Denmark.
Henrik dilahirkan di sebuah komune Prancis bernama Talence dekat Bordeaux dari keluarga Laborde de Monpezats. Ia menghabiskan tahun-tahun awalnya di Vietnam di mana keluarganya telah hidup di sana selama bertahun-tahun. Keluarganya selama Perang Dunia Kedua menghabiskan masanya di rumah keluarga di Cahors, Prancis. Mereka kembali ke Vietnam setelah perang, namun terpaksa mengungsi menyusul kekalahan Prancis dalam Perang Indochina Pertama. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Prancis dan Vietnam, Henrik masuk Angkatan Darat Prancis selama Perang Aljazair. Sebelum menikah dengan Margrethe, ia bekerja di dinas diplomatik. Ia menikahi Margrethe di Gereja Holmen pada 10 Juni 1967 dan menjadi
Pangeran pendamping ketika Margrethe naik takhta menggantikan ayahnya, Raja Frederik IX, sebagai Ratu
Denmark pada 14 Januari 1972.
Ia memiliki dua putra, Frederik X (lahir 1968) dan
Pangeran Joachim (lahir 1969), serta delapan cucu. Selama menjadi
Pangeran pendamping, Henrik menyuarakan ketidaksenangannya dengan fakta bahwa ia tidak pernah menerima gelar "raja".
Ia adalah seorang pembuat anggur yang ahli, Henrik menghasilkan anggur sendiri di perkebunannya di Prancis. Ia juga menerbitkan banyak karya puisi. Ia adalah
Pangeran pendamping pertama untuk penguasa
Denmark. Henrik pensiun dari tugas kerajaan pada 1 Januari 2016, di usia 81. Ia meninggal dunia di Istana Fredensborg pada 13 Februari 2018.
Kehidupan awal
Henrik lahir di Talence, Gironde, Prancis. Ia adalah putra dari André de Laborde de Monpezat (lahir 6 Mei 1907 di Mont-de-Marsan - wafat 23 Februari 1998 di Le Cayrou) dan istrinya, Renée Doursenot (lahir 26 Oktober 1908 di Périgueux - 11 Februari 2001 di Le Cayrou). Mereka menikah pada tahun 1931. Henrik dibesarkan sebagai seorang katolik.
Ia menghabiskan lima tahun pertamanya di Hanoi (Vietnam), di mana ayahnya mengurus kepentingan bisnis keluarga. Pada tahun 1939, keluarganya kembali ke Le Cayrou, mereka tinggal di sana selama Perang Dunia Kedua. Henrik menerima pendidikan secara homeschooling sampai tahun 1947, kemudian ia akhirnya belajar di sekolah Yesuit di Bordeaux. Ia kembali ke Hanoi pada tahun 1950, di mana ia ikut berjuang melawan Việt Minh. Ia lulus dari sekolah menengah Prancis di Hanoi pada tahun 1952. Awalnya ia ingin belajar untuk menjadi pianis di Conservatoire de Paris, namun ia malah memilih pendidikan yang lebih sesuai dengan keinginan ayahnya. Antara tahun 1952 hingga 1957 ia secara bersamaan belajar ilmu hukum dan politik di Sorbonne, Paris, dan belajar bahasa Tionghoa dan Vietnam di École Nationale des Langues Orientales (sekarang dikenal sebagai INALCO). Ia juga belajar di Hong Kong pada tahun 1957 dan Saigon pada tahun 1958.
Ia menjadi infanteri wajib militer di Angkatan Darat Prancis dalam Perang Aljazair antara tahun 1959 sampai 1962. Ia kemudian bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Prancis, bekerja sebagai sekretaris di kedutaan di London dari tahun 1963 hingga 1967. Selama di sana, ia bertemu dengan Putri Mahkota Margrethe, yang ketika itu sedang menjalani pendidikan di London School of Economics. Keduanya diam-diam berkencan selama setahun sebelum Henrik melamar.
Pernikahan
Pada 10 Juni 1967 ia menikahi Putri Margrethe, pewaris sementara takhta
Denmark, di Gereja Angkatan Laut Kopenhagen. Pada saat pernikahan, namanya diubah kedalam bahasa
Denmark menjadi Henrik dan diberi gelar Paduka Yang Mulia
Pangeran Henrik dari
Denmark. Sebelum pernikahan,
Pangeran pindah keyakinan menjadi Lutheran. Ratu dan
Pangeran Henrik memiliki dua anak, Putra Mahkota Frederik dan
Pangeran Joachim, serta delapan cucu.
Bahasa asli
Pangeran Henrik adalah bahasa Prancis, dan bahasa keduanya adalah bahasa
Denmark. Ia juga fasih berbicara bahasa Inggris, Jerman, Tionghoa, dan Vietnam. Meskipun ia cepat belajar bahasa
Denmark setelah menikahi Margrethe, akan tetapi terdapat lelucon di
Denmark tentang pemahamannya berbahasa
Denmark dan aksen Prancisnya yang sangat begitu kental.
Kesulitan dengan monarki Denmark
Saat Ratu Margrethe II naik takhta, Henrik menjadi
Permaisuri pria pertama dalam sejarah
Denmark. Artinya tidak ada deskripsi yang jelas dengan tugasnya. Dia mendefinisikan perannya sendiri sebagai pendukung dan penasihat Ratu. Namun, ia merasa frustasi dengan kurangnya pengakuan atas gelar tersebut, dan menyatakan bahwa tidak ada cara untuk membedakan antara gelarnya sendiri dan gelar putra serta cucunya.
Pada 2002,
Pangeran Henrik melarikan diri dari
Denmark ke Prancis dan tinggal di Château de Cayx pasangan itu di Cahors di Prancis selatan. Penyebab kepergiannya dari
Denmark adalah resepsi Malam Tahun Baru di mana putranya, Putra Mahkota Frederik, telah ditunjuk sebagai tuan rumah tanpa kehadiran Ratu Margrethe. Henrik merasa “dikucilkan, direndahkan, dan dihina" dengan diturunkan ke "tempat ketiga dalam hierarki kerajaan".
"Selama bertahun-tahun, saya menjadi orang nomor dua di
Denmark", katanya. "Saya puas dengan peran itu, tapi saya tidak ingin terdegradasi ke nomor tiga setelah bertahun-tahun." Henrik berangkat dari
Denmark untuk merenungkan statusnya di Keluarga Kerajaan
Denmark. Ratu Margrethe terbang ke Prancis untuk menemui suaminya. Henrik menegaskan, baik istri maupun putranya tidak bisa disalahkan atas kejadian tersebut.
Permaisuri Pangeran menghabiskan tiga minggu di Caix, dan tidak muncul bersama istrinya seperti dugaan di pernikahan Willem-Alexander dari Belanda dan Máxima Zorreguieta. Setelah tiga minggu, Henrik kembali ke
Denmark.
Pada 30 April 2008, sesaat sebelum pernikahan putra bungsunya,
Pangeran Joachim, dengan Marie Cavallier, Ratu menganugerahkan gelar
Denmark yang baru "Count of Monpezat" (bahasa
Denmark: Greve af Monpezat) pada kedua putranya dan menjadikannya sebagai warisan bagi keturunan garis laki-laki mereka, baik laki-laki maupun perempuan. Sekretaris pribadi Ratu Henning Fode berkomentar, "Ratu dan
Pangeran Permaisuri telah mempertimbangkan hal ini selama beberapa waktu, dan hal ini menimbulkan keyakinan bahwa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan." Faktanya, Henrik telah menyebutkan kemungkinan ini sejak tahun 1996 dalam memoar yang diterbitkannya: "Selama generasi kita, penguasa masa depan mungkin akan menerima persetujuan untuk melihat Dinasti Monpezat ditambahkan pada nama dinasti Oldenburg-Glücksburg'". Saat diwawancarai oleh mingguan Perancis Point de Vue pada Oktober 2005, Henrik mengangkat masalah ini tak lama setelah kelahiran putra pertama Putra Mahkota Frederik,
Pangeran Christian, yang diperkirakan akan mewarisi mahkota
Denmark suatu hari nanti.: "Hal ini juga membuatnya sangat bangga dan bahagia karena Monpezat akan ditambahkan ke nama masa depan cucu kecilnya ini sebagai
Pangeran Denmark. “Sungguh suatu kebahagiaan bagi saya bahwa asal muasal Perancisnya juga akan dikenang.'"
Dalam pidato Tahun Barunya kepada rakyat
Denmark pada tanggal 31 Desember 2015, Ratu Margrethe mengumumkan bahwa
Pangeran Henrik akan memperlambat dan menyerahkan sebagian besar tugas resminya mulai tanggal 1 Januari 2016. Pada tanggal 14 April 2016,
Pangeran Henrik melepaskan gelar
Pangeran Pendamping, yang diberikan kepadanya pada tahun 2005.
Ketertarikan budaya dan kegemaran
Seperti istrinya,
Pangeran Henrik sangat tertarik pada seni dan budaya. Dia sangat menyukai patung kayu dan batu giok, mengumpulkan koleksi yang dia pamerkan pada tahun 2017 di museum di Koldinghus. Meskipun ia tidak pernah mencapai ambisinya menjadi seorang pianis konser, ia terus bermain piano sepanjang hidupnya. Pada 2013, dia bersama band pop Michael Learns to Rock di piano saat mereka merekam "Echo", lagu yang dipersembahkan kepada raja Thailand.
Henrik banyak menulis puisi dalam bahasa ibunya (Prancis), beberapa di antaranya telah diterbitkan di koleksinya Chemin faisant (1982), Cantabile (2000), Les escargots de Marie Lanceline (2003), Murmures de vent (2005), Frihjul (Roue-Libre, 2010), Fabula (2011), La part des anges (2013), and Dans mes nuits sereines (2014). The symphonic suite Cantabile oleh Frederik Magle didasarkan pada kumpulan puisi Henrik Cantabile dan ditayangkan perdana oleh Danish National Symphony Orchestra di dua konser perayaan ulang tahun Henrik ke-70 dan ke-75 pada tahun 2004 dan 2009. Henrik mengatakan tentang menulis puisi (diterjemahkan dari bahasa
Denmark): "Saya melihat puisi sebagai peluang untuk menyelami waktu yang dangkal yang didominasi oleh berita dan hiburan yang membuat kita tak menentu dan gelisah. Puisi membawa kita lebih dekat pada hakikat dunia yang sebenarnya, dalam puisi kita dapat mendekati pertanyaan-pertanyaan abadi seperti cinta, kesepian, dan kematian."
Henrik juga seorang juru masak yang hebat, terinspirasi oleh tradisi gastronomi Prancis. Dia biasanya merencanakan acara makan keluarga bekerja sama dengan koki istana, selalu menyertakan bumbu-bumbu buatannya sendiri di atas meja, beberapa dari perkebunan masa kecilnya di Asia. Selain buku masaknya, Henrik sering muncul di program televisi yang menunjukkan bagaimana dia menyiapkan makanan di Kastil Fredensborg di
Denmark atau di rumahnya di Prancis, Château de Cayx.
Kematian
Pada Agustus 2017, Henrik mengumumkan bahwa dia tidak ingin dimakamkan di samping Ratu, dengan alasan keluhan lamanya karena hanya diberi nama
Pangeran Permaisuri, dan bukan
Permaisuri Raja. Keputusan tersebut dikatakan telah mematahkan tradisi yang dimulai pada tahun 1559, dan pada saat itu, Ratu Margrethe dikatakan telah menerima keputusan suaminya.
Pada 6 September 2017, diumumkan bahwa
Pangeran Henrik menderita penyakit demensia. Pada 28 Januari 2018, he dirawat di rumah sakit di Rigshospitalet, setelah kunjungan ke Mesir. Belakangan terungkap bahwa dia mengidap tumor jinak di paru-paru kirinya. Namun kesehatannya memburuk, menyebabkan Putra Mahkota Frederik mempersingkat kunjungannya ke Korea Selatan di mana ia akan menghadiri Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang. Pada 13 Februari 2018,
Pangeran Henrik dipindahkan dari Rigshospitalet ke Istana Fredensborg, dimana Pengadilan Kerajaan
Denmark menyatakan dia ingin menghabiskan sisa hidupnya. Istana Kerajaan menambahkan bahwa kondisi
Pangeran tetap serius. Dia meninggal pada hari itu juga, dikelilingi oleh keluarganya.
Setelah kematiannya, Pengadilan mengumumkan satu bulan berkabung kerajaan. Peti mati Henrik ditempatkan di Kapel Istana di Christiansborg untuk castrum doloris, di mana dalam dua hari berikutnya, lebih dari 19.000 orang-orang pergi untuk memberi penghormatan. Setelah pemakaman di Kapel Istana Christianborg di Kopenhagen pada tanggal 20 Februari, ia dikremasi, dengan separuh abunya disebar di laut
Denmark dan separuhnya lagi ditempatkan di bagian pribadi taman di Istana Fredensborg
Keturunan
Pangeran Henrik memiliki dua putra dan delapan cucu, yang semuanya lahir di Rigshospitalet di Kopenhagen:
Raja Frederik X (lahir 26 Mei 1968). Ia menikahi Mary Donaldson pada 14 Mei 2004 di Katedral Kopenhagen, Kopenhagen. Pasangan tersebut memiliki empat anak:
Putra Mahkota Christian (lahir 15 Oktober 2005)
Putri Isabella (lahir 21 April 2007)
Pangeran Vincent (lahir 8 Januari 2011)
Putri Josephine (lahir 8 Januari 2011)
Pangeran Joachim (lahir 7 Juni 1969). Ia menikahi Alexandra Manley pada 18 November 1995 di Gereja Istana Frederiksborg l, Hillerød. Mereka bercerai pada 8 April 2005. Ia menikah kedua kalinya dengan Marie Cavallier pada 24 Mei 2008 di Gereja Møgeltønder, Møgeltønder. Joachim memiliki empat anak:
Count Nikolai (lahir 28 Agustus 1999)
Count Felix (lahir 22 Juli 2002)
Count Henrik (lahir 4 Mei 2009)
Countess Athena (born 24 Januari 2012)
Pada tahun 2008, Ratu Margrethe II mengumumkan bahwa keturunan laki-lakinya akan menyandang gelar tambahan Count atau Countess dari Monpezat, sebagai pengakuan atas keturunan
Pangeran Henrik.. Pada tahun 2023, anak-anak
Pangeran Joachim dicopot dari gelar
Pangeran mereka. Mereka akan dikenal sebagai Count Montpezat.
Gelar, gaya dan Kehormatan
= Gelar dan Gaya
=
Sebelum 10 Juni 1967: Count * Henri de Laborde de Monpezat
10 Juni 1967 – 2005: Yang Mulia
Pangeran Henrik dari
Denmark
2005 – 14 April 2016: "Yang Mulia"
Pangeran Pendamping
Denmark
14 April 2016 – 13 Februari 2018: Yang Mulia
Pangeran Henrik dari
Denmark
* Use is disputed, see section "French nobility and French title of "count" controversy" below
= Bangsawan Perancis dan kontroversi gelar "count" Perancis
=
Sejak akhir abad kesembilan belas, beberapa anggota keluarga Laborde de Monpezat menyandang gelar "count", tetapi gelar ini (yang bukan merupakan gelar kehormatan dalam konteks aturan bangsawan Prancis) diklaim tanpa dasar hukum apapun.
Baik bangsawan Prancis dari de Laborde de Monpezat maupun gelar "count" Prancis ini tidak diakui sah secara historis atau hukum oleh penulis referensi terbaru. This family is listed in the Encyclopédie de la fausse noblesse et de la noblesse d'apparence (bahasa Inggris: Encyclopedia of False and Seeming Nobility) namanya tidak ada di Catalogue de la noblesse française (bahasa Inggris: Catalog of French Nobility) (2002) from Régis Valette dan penulis Charondas menjelaskan dalam bukunya À quel titre (Volume 37, 1970) Laborde de Monpezat sebagai "bangsawan palsu, rakyat rendahan di abad ke-17, tidak diterima di negara bagian Béarn karena 'dugaan bangsawan dan karena tidak pernah memiliki bangsawan di keluarga mereka.'" Nama keluarga tersebut adalah "Monpezat" pada masa Revolusi Perancis, tanpa gelar, hingga 14 Juli 1860, ketika diubah berdasarkan dekrit kekaisaran menjadi "de Laborde-Monpezat", dan secara hukum diubah lagi pada tanggal 19 Mei 1861 menjadi "de Laborde de Monpezat".
Meskipun undang-undang
Denmark tidak pernah mengharuskan pasangan kerajaan berasal dari kalangan bangsawan, tidak ada perkawinan ahli waris dengan seseorang yang tidak memiliki keturunan laki-laki dari keluarga kerajaan atau gelar bangsawan telah diterima sebagai dinasti oleh penguasa sepanjang sejarah
Denmark sebagai monarki turun-temurun, sampai pernikahan calon pewaris, Putri Margrethe, pada bulan Juni 1967 dengan "Count" Henri de Laborde de Monpezat. Enam bulan kemudian, sepupu pertama Margrethe,
Pangeran Ingolf dari
Denmark, menikah dengan seorang rakyat jelata tanpa gelar dan diturunkan pangkatnya, dan ketika sepupu lainnya,
Pangeran Christian dari
Denmark, juga menikah dengan Dane, Anne Dorte Maltoft-Nielsen, pada tahun 1971, ia kehilangan posisi dinastinya.
Pada 2008, gelar turun-temurun "
Pangeran Monpezat" ("Greve af Monpezat") diberikan oleh Ratu kepadanya dan kedua putra
Pangeran Henrik, sebagai gelar bangsawan
Denmark yang tidak ada hubungannya dengan gelar bangsawan Prancis.
= Kehormatan
=
Kehormatan nasional dan penghargaan
Kehormatan nasional:
Denmark:
Knight of the Order of the Elephant (R.E.)
Grand Commander of the Order of Dannebrog (S.Kmd.)
Recipient of the Cross of Honour of the Order of the Dannebrog (D.Ht.)
Recipient of the 50th Birthday Medal of Queen Margrethe II
Recipient of the 50th Anniversary Medal of the Wedding of Queen Margrethe II and Prince Henrik
Recipient of the 75th Birthday Medal of Queen Margrethe II
Recipient of the Ruby Jubilee Medal of Queen Margrethe II
Recipient of the 70th Birthday Medal of Queen Margrethe II
Recipient of the 75th Birthday Medal of HRH the Prince Consort
Recipient of the Silver Jubilee Medal of Queen Margrethe II
Recipient of the 100th Anniversary Medal of the Birth of King Frederik IX
Recipient of the Queen Ingrid Commemorative Medal
Recipient of the 50th Anniversary Medal of the arrival of Queen Ingrid to
Denmark
Recipient of the Defence Medal for Excellent Service
Recipient of the Homeguard Medal of Merit
Recipient of the Red Cross Medal of Honour
Recipient of the Danish Red Cross Medal for Merit
Recipient of the Medal of Honour of the League of Civil Defense
Recipient of the Medal of Honor of the Reserve Officers League
Recipient of the Military Athletic Medal of Honour
Greenland:
Recipient of the Recipient of the Nersornaat Medal for Meritorious Service, 1st Class
Luar Negeri dan penghargaan
Foreign honours:
Austria: Grand Star of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria
Belgia: Grand Cordon of the Order of Leopold I
Brasil: Grand Cross of National Order of the Southern Cross
Bulgaria: Grand Cross of the Order of the Balkan Mountains
Kroasia: Grand Cross of the Grand Order of Queen Jelena with Sash and Morning Star
Mesir: Grand Cordon of the Order of the Nile
Estonia: Member 1st Class of the Order of the Cross of Terra Mariana
Finlandia: Commander Grand Cross of the Order of the White Rose
Prancis:
Grand Cross of the National Order of the Legion of Honour in Diamonds
Grand Cross of the National Order of Merit
Commander of the Order of Agricultural Merit
Recipient of the North Africa Security and Order Operations Commemorative Medal
Jerman: Grand Cross Special Class of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany
Yunani: Grand Cross of the Order of Honour
Islandia: Grand Cross of the Order of the Falcon
Italia: Knight Grand Cross of the Order of Merit of the Italian Republic
Jepang: Grand Cordon of the Supreme Order of the Chrysanthemum
Yordania: Grand Cordon of the Supreme Order of the Renaissance
Latvia: Commander Grand Cross of the Order of the Three Stars
Lithuania: Grand Cross of the Order of Vytautas the Great
Luxembourg: Knight of the Order of the Gold Lion of the House of Nassau
Meksiko: Sash of Special Category of the Mexican Order of the Aztec Eagle
Maroko: Grand Cross of the Order of the Throne
Belanda: Knight Grand Cross of the Order of the Netherlands Lion
Nepalese Royal Family: Member of the Order of the Benevolent Ruler
Norwegia: Grand Cross of the Royal Norwegian Order of Saint Olav
Polandia: Grand Cordon of the Order of Merit of the Republic of Poland
Portugal:
Grand Cross of the Military Order of Christ
Grand Cross of the Military Order of Saint Benedict of Aviz
Romania: Grand Cross of the Order of the Star of Romania
Slovakia: Grand Cross of the Order of the White Double Cross
Korea Selatan: Grand Gwanghwa Medal of the Order of Diplomatic Service Merit
Spanyol: Knight Grand Cross of the Royal and Distinguished Spanish Order of Charles III
Swedia:
Knight of the Royal Order of the Seraphim
Recipient of the 85th Birthday Medal of King Gustaf VI Adolf
Recipient of the 50th Birthday Medal of King Carl XVI Gustaf
Recipient of the Ruby Jubilee Medal of King Carl XVI Gustaf
Thailand: Knight Grand Cross of the Most Illustrious Order of Chula Chom Klao
Britania Raya:
Honorary Knight Grand Cross of the Most Honourable Order of the Bath
Honorary Knight Grand Cross of the Most Distinguished Order of Saint Michael and Saint George
Honorary Knight Grand Cross of the Royal Victorian Order
Yugoslavia: Great Star of the Order of the Yugoslav Star
Bibliografi
Pangeran Henrik menerjemahkan beberapa buku ke bahasa
Denmark dan menerbitkan beberapa buku lain.
Tahun 1981, di bawah pseudonym H.M. Vejerbjerg ia dan sang Ratu menerjemahkan karya Simone de Beauvoir : Tous les hommes sont mortels.
Chemin faisant, 1982, volume puisi berbahasa Prancis.
Destin oblige, 1996, memoar sebagai
Pangeran pendamping.
Ikke Altid Gåselever (not always foie gras), 1999, pilihan resep favorit.
Cantabile, 2000, puisi.
Les escargots de Marie Lanceline, 2003.
Murmures de vent, 2005, puisi.
Frihjul, 2010, puisi.
Referensi
Pranala luar
Situs resmi Diarsipkan 2018-02-10 di Wayback Machine.
Leluhur Henri de Laborde de Monpezat