Invasi Portugal ke Kerajaan Jaffna pada tahun 1560 adalah ekspedisi militer pertama terhadap
Kerajaan Jaffna oleh Imperium
Portugal.
Invasi ini dipimpin oleh Viceroy Dom Constantino de Bragança dan berakhir dengan direbutnya ibu kota, Nallur. Raja
Jaffna, Cankili I, berhasil melarikan diri dan mendapatkan kembali ibu kota melalui sebuah pakta yang dibuatnya dengan
Portugal. Dia kemudian membangkitkan pemberontakan rakyat melawan
Portugal, yang mengakibatkan mereka menarik pasukan mereka dari Nallur. Namun
Kerajaan Jaffna kehilangan kedaulatannya atas Pulau Mannar dan kota utamanya, Mannar.
Latar belakang
Pembantaian sekitar 600 hingga 700 orang Kristen di Mannar pada tahun 1544 oleh Cankili I memicu kemarahan besar dari para imam Katolik, yang mengadu kepada penguasa
Portugal di Goa. Namun,
Portugal tidak melakukan pembalasan, karena mereka menghadapi pertempuran di India. Pengaduan akhirnya sampai kepada Raja João III, yang memerintahkan pasukannya di Goa untuk menghukum Raja
Jaffna atas tindakannya. Terjadi penundaan dalam melaksanakan perintah tersebut.
Ketika Dom Constantino meninggalkan
Portugal pada tahun 1558, Ratu Catherine menginstruksikan dia untuk melaksanakan perintah raja, yang telah ditunda karena berbagai alasan. Dia memerintahkan bahwa raja
Jaffna harus dihukum terutama untuk pembunuhan massal Mannar dan penganiayaan yang terus berlanjut terhadap orang Kristen.
Pertempuran
Dom Constantino berlayar pada September 1560 dari Goa
ke Jaffna dengan 20 galai, 10 galiot, dan 70 kapal. Pasukan terdiri dari 1.200 prajurit; sejumlah kecil pasukan tersebut tidak memadai untuk melaksanakan
Invasi yang direncanakan.
Pasukan mencapai pantai Colombuthurai, di mana mereka bertemu dengan pasukan
Jaffna dari 2.000 prajurit yang dipimpin oleh seorang pangeran. Tembakan artileri berat dari kapal-kapal
Portugal menimbulkan korban yang besar pada pasukan
Jaffna, dan sebagai hasilnya, pasukan
Portugal mampu mencapai daratan dan maju menuju ibu kota. Ibu kota terletak di dataran terbuka dan dibentengi oleh bebatuan dan pasir, dengan beberapa bastion kuat yang dilengkapi dengan artileri dan banyak infanteri.
Ibu kota jatuh
ke tangan
Portugal dan raja menarik pasukannya
ke sebuah benteng kecil di Kopay. Sebelum fajar hari berikutnya, istana mulai terbakar dan raja melarikan diri
ke wilayah Vanni. Sekelompok prajurit
Portugal mengikuti dalam upaya untuk menangkapnya, tetapi tidak berhasil.
Lihat juga
Invasi Portugal ke Kerajaan Jaffna (1591)
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Abeyadinghe, Tikiri (1986).
Jaffna under the Portuguese. Lake House Investments Ltd.
S., Pathmanathan (1978). The Kingdom of
Jaffna. I. Arul M. Rajendran.
Gunasingam, Murugar (2005). Primary sources for History of the Sri Lankan Tamils. M.V. Publications for the South Asian Studies Centre. hlm. 368. ISBN 978-06-464-5428-3. 978 06 464 54283