Islam merupakan agama resmi negara
Maladewa yang dinyatakan secara tegas dalam Konstitusi
Maladewa. Negara
Maladewa menerapkan hukum
Islam sebagai salah satu penentu status kewarganegaraan. Tiap warga negara diwajibkan memiliki ketaatan pada agama resmi.
Sejarah
Keberadaan pedagang Arab
di Samudra Hindia pada abad ke-12 sangat penting. Pada tahun 1153 M, Dhovemi menjadi raja Kerajaan
Maladewa terakhir yang beragama Buddha sekaligus raja pertama yang beragama
Islam. (Plat tembaga tertentu memberikan tahun 1193). Setelahnya raja mengubah gelarnya menjadi Sultan bersama dengan gelar kerajaan Maha Radun, Ras Kilege atau Rasgefānu. Selanjutnya, Muhammad al-Adil menjadi pendiri dari enam dinasti
Islam di Maladewa. Dinasiti ini menghasilkan delapan puluh empat sultan dan sultana. Dinasti ini bertahan hingga tahun 1932 ketika kesultanan menjadi elektif. Sultan
Maladewa memperoleh beberapa gelar resmi hingga tahun 1965. Beberapa
di antaranta iakah Sultan Darat dan Laut, Penguasa dua belas ribu pulau dan Sultan
Maladewa dengan panggilan Yang Mulia .
Seorang pengunjung Muslim Sunni bernama Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari dianggap sebagai orang yang secara tradisional mengubah kerajaan
Maladewa menjadi kesultanan. Ia dimakamkan
di Medhu Ziyaaraiy.. Makamnya berdampingan dengan Masjid Hukuru Malé
di Malé. Masjid ini merupakan masjid tertua
di Maladewa yang dibangun pada tahun 1656. Sejarah
Islam di Maladewa mengikuti konsep
Islam bahwa masa sebelum kedatangan
Islam disebut sebagai masa Jahiliah (kebodohan). Pengenalan
Islam pada akhir abad ke-12 Masehi dianggap sebagai landasan awal pembentukan negara
Maladewa saat ini.
Perkembangan
Islam di Maladewa pada abad ke-7 Masehi tidak berlangsung dengan pesat bila dibandingkan dengan wilayah lainnya
di Asia Selatan. Pedagang Arab telah mengubah populasi
di Pantai Malabar menjadi muslim sejak abad ke-7. Sementara itu, pada waktu yang bersamaan Muhammad Bin Qāsim telah mengubah penduduk Sindh dan Punjab Selatan menjadi muslim. Kerajaan
Maladewa tetap menjadi kerajaan beragama Buddha selama lima abad sebelum mengubahnya menjadi kesultanan.
= Pengenalan Islam
=
Teori Maghribi/Berber
Pengenalan
Islam di Maladewa dapat ditandai dengan adanya kediaman Ibnu Batutah yang singgah
di Maladewa pada tahun 1340-an. Ibnu Batutah berasal dari Maroko. Dalam tulisannya, ia menulis kisah seorang Berber dari Maroko Utara bernama Abu Barakat Yusuf. Dalam catatannya, Abu Bakarat Yusuf merupakan orang yang menyebarkan
Islam di pulau-pulau yang ada
di wilayah
Maladewa. Ia mampu meyakinkan raja untuk berpindah agama setelah menaklukkan iblis yang datang dari laut bernama Marlamman. Laporan ini berbeda dengan beberapa sumber sejarah lainnya. Laporan ini hanya dapat dikaitkan dengan budaya
Maladewa. Keberadaan
Islam di Maladewa ditandai dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa utama administrasi
di Maladewa. Bahasa Persia dan bahasa Urdu hanya digunakan oleh negara-negara Muslim
di sekitar
Maladewa. Selain itu, pengaruh
Islam juga ditandai dengan penerapan mazhab Maliki hingga abad ke-17 Masehi
di Maladewa sebagai mazhab resmi. Ini menandakan bahwa agama
Islam di Maladewa dibawa langsung dari Afrika Utara yang mayoritas bermazhab Maliki.
Teori Somalia
Beberapa sarjana mengemukakan bahwa Ibnu Batutah mempunyai kemungkinan mengalami kesalahan dalam membaca naskah sejarah
Maladewa mengenai
Islam. Sementara, sarjana lainnya menganggap bahwa narasi Ibnu Batutah kurang mendukung teori Maghribi atau teori Berber. Para sarjana ini kemudian mengajukan teori bahwa
Islam di Maladewa berasal dari Afrika Timur. Landasannya adalah kondisi pemerintahan
di Maladewa. Pada saat Ibnu Batutah mengunjungi pulau-pulau
di Maladewa, gubernurnya adalah seorang Somalia bernama Abd Aziz Al Mogadishawi.
Selain Ibnu Batutah, juga terdapat ulama lainnya yaitu Syekh Najib al Habashi Al Salih. orang terpelajar lainnya dari Tanduk Afrika. Ini menjadi alasan yang kuat untuk menandai kehadiran
Islam di Maladewa berasal dari Afrika Timur.
Para ahli juga memberikan kemungiknan bahwa Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari adalah penduduk Berbera. Lokasinya
di sebuah pelabuhan perdagangan yang dekat dengan pantai barat laut Somaliland. Berber menurut para ahli merupakan leluhur dari suku Somali. Suku ini merupakan ahli geografi
di dunia Arab abad pertengahan dan mengetahui tentang bangsa Yunani. Catatan Ibnu Batutah juga menunjukkan bahwa sultan
Maladewa saat ia berkunjung ke Mogadishu bernama Abu Bakar bin Syaikh Omar'. Ia diketahui merupakan seorang Berber (Somali).
Para ulama mengenali Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari sebagaiYusuf bin Ahmad al-Kawneyn. Ia adalah seorang ulama Somalia. Abu Barakat dalam bahasa Arab merupakan terjemahan langsung dari bahasa Somalia Aw Barkhadle. Keduanya berarti "Bapak yang terberkati" yang merupakan nama panggilan bagi syekh yang dihormati. Yusuf bin Ahmad al-Kawneyn merupakan pendiri dinasti Walashma
di Tanduk Afrika. Ia lahir
di Somalia tepatnya
di kota Zeila. Ia mengadakan penyebaran
Islam di Afrika dan Asia. Ia menjadi penjaga masjid tertua
di Afrika yang dibangun pada masa Nabi Muhammad, Masjid al-Qiblatayn (Somalia). Setelah konversi Syekh dari populasi Dogor (sekarang dikenal sebagai Aw Barkhadle, dinamai menurut namanya ), sebuah kota
di Somalia. Dia juga dianggap bertanggung jawab menyebarkan
Islam di pulau-pulau
Maladewa, mendirikan Hukuru Miskiy, dan mengubah penduduk
Maladewa menjadi
Islam. Ibnu Batutah menyatakan raja
Maladewa itu ditobatkan oleh Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari (Bapak Terberkati Somalia) .
Referensi