- Source: Joglo Singodikoro
Joglo Singodikoro
Joglo Singodikoro merupakan salah satu Cagar Budaya tingkat Kab/Kota yang berada di Yogyakarta, tepatnya di Padukuhan Kadisono, Kalurahan Margorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Bangunan ini ditetapkan menjadi Cagar Budaya pada tanggal 11 Agustus 2017, berdasarkan No SK : 5.9/Kep.KDH/A/2018.
Sejarah
Bangunan ini didirikan oleh RM. Demang Sentani Singodikoro I sekitar tahun 1790 - 1800 Masehi. Memasuki tahun 1800 - 1945, bangunan ini sempat dijadikan kantor kelurahan Kadisono dengan Kyai Singodikoro I sebagai Lurah Pertama, hingga Singodikoro III sebagai lurah terakhir. Kemudian, di tahun 1880 bangunan ini digunakan sebagai persinggahan pesanggrahan Pangeran Timur Muhammad (GPH Suryaningalogo) yang merupakan Putra Mahkota dari Hamengku Buwono V dengan permaisuri GKR Sekar Kedaton. Suryaningalogo beserta Ibunya menetap di bangunan ini hingga tahun 1883. Mereka meninggalkan bangunan ini ketika Belanda berhasil menangkap mereka di Balerante, dan mengasingkan mereka ke Maluku hingga mereka wafat. Di masa penjajahan, Joglo Singodikoro juga sempat digunakan sebagai markas para pejuang, Pusat Pelatihan bagi anggota Keibodan dan Heiho yang dilatih oleh para Tentara Jepang, serta Gedung SMEP N Tempel yang sekarang dikenal dengan SMP N 1 Tempel.
Keistimewaan
Ada beberapa alasan yang membuat Joglo Singodikoro berbeda dengan Cagar Budaya lainnya. Pertama, bangunan ini belum pernah dimasuki oleh Pasukan Belanda. Hal tersebut dikarenakan, Ndalem ini dapat hilang dari pandangan mata. Kedua, Keris Kraton Kyai Sengkelat yang hilang pernah terjatuh di Joglo Singodikoro. Selain itu, Ndalem ini juga termasuk ke dalam salah satu rumah tertua di Kabupaten Sleman, dan rumah tertua kelima di Yogyakarta berdasarkan BPCBWB DIY Tahun 2017.
Di Masa Sekarang
Seiring berjalannya waktu, Joglo Singodikoro sudah beralih fungsi menjadi tempat melakukan berbagai macam kegiatan kesenian, seperti Tumbuk Agung Kyai Sentani Singodikoro dan Kirab Bregodo yang rutin diadakan setiap tanggal 1 Suro,Tirakat di setiap malam Jumat Kliwon, serta melakukan berbagai permainan tradisional seperti Bregodo anak, Bas - basan, Egrang, dll. Bangunan ini juga digunakan sebagai Markas Paksi Katon (Paguyuban Seksi Keamanan Kraton) Kabupaten Sleman dan Tempat berkumpulnya Trah Kyai Singodikoro. Selain itu, Joglo Singodikoro juga diperuntukkan untuk digunakan oleh masyarakat sebagai tempat rapat ataupun reuni.
Tumbuk Agung Kyai Sentani Singodikoro
Kegiatan Tumbuk Agung Kyai Sentani Singodikoro terbagi menjadi enam sesi. Sesi pertama dimulai ketika waktu memasuki sore menjelang malam satu suro. Pada sesi ini, akan dilakukan Jamas Pusaka dan Pengambilan air suci di Sendang Panguripan. Selanjutnya, sesi dua akan dimulai saat malam satu suro. Di sesi ini, akan dilakukan Tahlil, Sarasehan Budaya, dan Seni Tradisional. Lalu, tepat di jam 00.00 WIB akan dilakukan Lampah Wening Keliling Dukuh.
Setelah menyelesaikan sesi satu dan dua pada malam satu suro, sesi tiga dilanjutkan saat satu suro di siang hari. Di sesi tiga ini, akan dilakukan Upacara Seremonial, Penyerahan air suci dari Pengageng Trah kepada para pejabat setempat, serta Penyerahan Tumbak Kyai Naga Beri dari Pengageng Trah kepada para Manggala Bregodo. Kemudian, langsung dilanjutkan dengan sesi empat. Pada sesi ini, akan dilakukan Kirab Bregodo, Penyerahan Gunungan dari Pejabat Setempat kepada Pengageng Trah, lalu pembagian hasil bumi kepada para warga.
Di sore hari, setelah sesi tiga dan empat dilakukan dilanjutkan dengan sesi lima yang diisi dengan Pentas Tradisional. Kemudian, pada malam hari kegiatan ditutup dengan Pentas Wayang Kulit.
Referensi
https://margorejosid.slemankab.go.id/first/artikel/226-SEJARAH-KALURAHAN-MARGOREJO---KADISONO--
https://referensi.data.kemdikbud.go.id/budayakita/cagarbudaya/objek/KB003582
https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/4301/rumah-singodikoro
https://www.kratonjogja.id/raja-raja/6-sri-sultan-hamengku-buwono-v/