Keracunan timbal adalah
Keracunan yang terjadi ketika
timbal masuk ke dalam tubuh seseorang. Otak merupakan organ yang paling sensitif dengan
Keracunan timbal. Gejala-gejalanya adalah sakit perut, sembelit, sakit kepala, sifat mudah marah, masalah ingatan, kemandulan dan perasaan geli di tangan dan kaki.
timbal juga dapat mengakibatkan kecacatan intelektual. Beberapa efek
Keracunan timbal dapat bersifat permanen. Dalam beberapa kasus
Keracunan timbal dapat mengakibatkan anemia, kejang-kejang, koma atau bahkan kematian.
Seseorang dapat terpapar dengan
timbal akibat udara, air, debu, makanan dan produk konsumen yang terkontaminasi. Anak-anak menghadapi risiko yang lebih tinggi karena mereka lebih sering memasukkan benda-benda ke dalam mulut mereka, seperti mainan yang mengandung cat
timbal. Orang dewasa biasanya terpapar dengan
timbal di tempat kerja yang memiliki risiko khusus. Diagnosis biasanya dilakukan dengan mengukur kadar
timbal dalam darah. Centers for Disease Control di Amerika Serikat telah menetapkan batasan kadar
timbal dalam darah pada angka 10 µg/dl (10 µg/100 g) dan untuk anak-anak pada angka 5 µg/dl.
timbal dalam jumlah yang lebih tinggi dari kadar normal juga dapat diketahui dari perubahan sel darah merah atau garis-garis padat pada tulang anak-anak dari hasil pemeriksaan dengan menggunakan sinar X.
Keracunan timbal dapat dicegah. Salah satunya dengan mengeluarkan benda-benda yang mengandung
timbal di rumah, perbaikan ventilasi dan pengawasan di tempar kerja, serta kebijakan nasional yang melarang penggunaan
timbal pada produk konsumen dan mengurangi kadar
timbal yang diperbolehkan dalam air atau tanah. Selain itu, pemerintah dapat melakukan program pembersihan tanah yang telah kontaminasi. Untuk yang sudah
Keracunan, penyebab
Keracunan tersebut dapat diberantas, dan kemudian pasien diberi obat-obat yang mengikat
timbal agar
timbal dapat dikeluarkan dari tubuh (terapi khelasi). Terapi khelasi pada anak-anak sebaiknya dilakukan jika kadar
timbal pada darah telah melebihi 40–45 µg/dl. Obat-obatan yang dapat digunakan adalah dimerkaprol, edetat kalsium dinatrium dan sukimer.
Pada tahun 2013,
timbal diyakini telah mengakibatkan kematian 853.000 orang. Hal ini biasanya terjadi di negara-negara berkembang. Mereka yang miskin menghadapi risiko yang lebih tinggi.
Keracunan timbal diyakini mencakup 0,6% beban penyakit dunia. Manusia sendiri telah menambang
timbal dan menggunakannya selama ribuan tahun. Toksisitas
timbal sudah dideskripsikan dari tahun 2000 SM, sementara upaya untuk membatasi penggunaannya sudah dimulai pada tahun 1500-an. Kekhawatiran akan pemaparan
timbal dalam kadar yang rendah dimulai pada tahun 1970-an karena pada masa itu belum diketahui ambang batas pemaparan
timbal yang aman.
Catatan kaki