Kerajaan Siau adalah sebuah
Kerajaan yang terletak di Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara.
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1510 oleh Lokombanua II atau Lokongbanua II yang sekaligus sebagai raja pertamanya.
Kerajaan Siau berdiri sampai akhir masa kekuasaan Raja
Siau Ch. David pada tahun 1956. Menurut media Barta1,
Kerajaan tersebut merupakan salah satu
Kerajaan dengan corak agama Kristen tertua di Nusantara.
Sejarah
= Pendirian
=
Pada awalnya Lokongbanua II mendirikan
Kerajaan Siau pada tahun 1510 melalui musyawarah mufakat para kulano. Lokongbanua II kemudian memerintah
Kerajaan Siau dari tahun 1510 sampai 1545.
Kerajaan tersebut mengenal Kekristenan melalui para misionaris Katolik yang datang ke Sulawesi Utara dan Maluku Utara dari tahun 1511 dan 1522. Dalam catatan sejarawan Pitres Sombowadile, pada 1516 misi Katolik Portugis pernah singgah dan menyelenggarakan misa paskah di ibukota
Kerajaan Siau, Paseng. Disebutkan, Raja Lokongbanua ikut menghadiri misa paskah tersebut.
Lokongbanua II kemudian digantikan oleh anaknya, Posuma. Menurut sejarawan Sem Narande dalam “Vadu La Paskah”, Raja Posuma dibaptis menjadi Katolik di sungai besar di Kota Manado bersama 1.500 orang rakyat dan Raja Manado Kinalang Damopolii.
Dari masa kekuasaan Raja
Siau ketiga Don Geronimo Winsulangi hingga Raja
Siau keempat Don Fransiscus Xavirius Batahi,
Kerajaan Siau mencakup daerah-daerah di bagian selatan Sangihe, pulau Kabaruan (Talaud), pulau Tagulandang, pulau-pulau di Teluk Manado dan wilayah pesisir Sulawesi bagian utara (sekarang Minahasa Utara), serta ke wilayah
Kerajaan Bolangitang atau Kaidipang (Bolaang Mongondow Utara) bahkan sampai ke Leok Buol. Pengganti Raja Batahi adalah Raja Raramenusa yang menjadi Raja
Siau pertama yang memeluk agama Kristen Protestan.
Kerajaan tersebut dipimpin secara beruntun oleh 21 raja dan meninggalkan sebuah peninggalan berupa Kompleks Makam Raja Lokongbanua.
Literatur asing yang membicarakan
Kerajaan Siau diantaranya karya D. Brilman “Onze Zendingsvelden De Zending op de Sangi – en Talaud- eilanden”, diterjemahkan oleh GMIST menjadi “Wilayah-wilayah Zending Kita, Zending di Kepulauan Sangihe dan Talaud”. Antonio Pigaffeta, “Primer Viaje en Torno del Mondo”, “The Suma Oriental of Tom Pires and the Book of Fransidco Rodriques” Armendo Cortesao.
= Keruntuhan
=
Ketika pergerakan nasional, Raja
Siau berusaha netral karena kerajaannya diawasi dengan ketat oleh Belanda. Semangat rakyat
Siau untuk melawan penjajah baru terbangun setelah kedatangan tokoh pergerakan nasional bernama J.B. Dauhan, yang dekat dengan Soekarno. Namun, J.B. Dauhan akhirnya meninggal di tangan Belanda setelah ketahuan menyelenggarakan pertemuan dan berusaha membangkitkan semangat kemerdekaan pada rakyat
Siau. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945,
Kerajaan Siau mulai dihuni oleh para kaum pro-republik. Seiring berjalannya waktu,
Kerajaan Siau sudah tidak berfungsi sebagaimana harusnya dan riwayatnya berakhir pada 1956 dengan raja terakhirnya, C.H. David.
Referensi