Kisaran (Jawi: كيسرن) adalah sebuah kawasan yang terletak di provinsi Sumatera Utara, sekaligus menjadi ibu kota dari Kabupaten Asahan. Ibukota kabupaten Asahan dipindahkan dari Tanjung Balai ke kota
Kisaran pada 20 Mei 1968, dengan alasan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan karena letaknya yang strategis.
Kisaran meliputi dua kecamatan, yakni kecamatan Kota
Kisaran Barat dan Kota
Kisaran Timur.
Kisaran berada di Jalan Raya Lintas Sumatra dan juga jalur Kereta Api Trans Sumatra Divre I Sumut & Aceh.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 1982 status kota
Kisaran sebelumnya adalah kota administratif, yang kemudian dihapuskan menjadi kecamatan biasa pada tahun 2003 karena tidak memenuhi persyaratan peningkatan daerah otonom. Kota
Kisaran mempunyai objek wisata yang menarik setelah rampungnya pembangunan Masjid Agung Haji Ahmad Bakrie (tahun 2015) yang berada di tepi Jalan Lintas Timur Sumatera, Medan-Rantau Parapat, di depan gedung Kantor Bupati Asahan. Disamping itu, Taman Alun-Alun
Kisaran adalah taman sederhana nuansa alami, dengan pepohonan hijau dan sarana komplet yang tersebar di penjuru taman.
Sejarah
"
Kisaran" diambil dari legenda Sei Silau, yang menjadi lokasi bertempurnya Naga Tiongkok dengan Dundung/Sidat, dalam pertempuran itu sang naga kalah dan berkisar-kisar di aliran Sei Silau, maka warga sekitar melihatnya dan menamakan naga berkisar, dan lokasi kejadian itu dinamai dengan "
Kisaran"
Pengaruh Perkembangan Daerah: Seiring dengan perkembangan daerah tersebut sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, Kampung Sei Saran kemudian berkembang menjadi sebuah kota dengan mengalami perubahan pelafalan dan penulisan menjadi "
Kisaran".
Pengaruh Kolonial Belanda: Selama masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda,
Kisaran termasuk wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Nama-nama tempat di wilayah ini seringkali mengalami perubahan pelafalan dan penulisan sesuai dengan aturan dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Oleh karena itu, penamaan "
Kisaran" mungkin juga dipengaruhi oleh pengaruh kolonial Belanda pada masa itu.
Daerah
Kisaran pada awalnya merupakan daerah perkebunan yang didirikan oleh perusahaan perkebunan Belanda pada abad ke-19. Daerah ini dikenal sebagai "Nederlandsch-Indische Cultuur Maatschappij" (N.I.C.M.), yang mengembangkan perkebunan tembakau dan lada di daerah ini. Pada masa kolonial Belanda,
Kisaran menjadi pusat administrasi yang tergabung dalam wilayah Kesultanan Asahan yang berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Daerah ini juga menjadi pusat aktivitas ekonomi dan perdagangan, terutama dalam bidang perkebunan dan perdagangan hasil bumi seperti tembakau, lada, dan pala.
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945,
Kisaran tetap menjadi bagian dari wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1950-an, terjadi perubahan administratif di Indonesia, termasuk di daerah
Kisaran. Pada tahun 1956,
Kisaran dimekarkan menjadi sebuah kecamatan yang tergabung dalam Kabupaten Asahan.
= Legenda 1
=
Menurut legenda yang berkembang di masyarakat setempat,
Kisaran awalnya merupakan sebuah kampung yang terletak di sekitar aliran Sungai Silau yang dikenal sebagai "Sei Saran". Kampung Sei Saran ini adalah nama lain dari Kampung Tebing, yang dipercaya sebagai awal mula pemukiman orang-orang Melayu, Batak Toba, maupun suku bangsa pendatang lainnya di kawasan tersebut. Nama Kampung Tebing muncul karena berada di dekat kawasan Tebing yang banyak terdapat di tepi Sei Silau akibat dari proses erosi aliran Sei Silau. Kampung ini sekarang dikenal sebagai Kelurahan Tebing
Kisaran.
Konon, pada zaman dahulu kala, kampung tersebut sering dilanda oleh banjir yang membuat masyarakat setempat menderita. Penduduk kampung pun mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk memohon pertolongan kepada Dewata (dalam Bahasa Batak Toba disebut "Debata") yang diyakini dapat mengendalikan air. Mereka mengadakan ritual dan memohon agar air sungai tidak lagi mengganggu mereka. Setelah beberapa waktu, permohonan mereka terjawab dan air sungai menjadi tenang, tidak lagi membanjiri kampung mereka. Sebagai ucapan terima kasih kepada Dewata, kampung tersebut kemudian diberi nama "Sei Saran", yang dalam bahasa Melayu atau bahasa Batak Toba berarti "air yang tenang".
Seiring dengan perkembangan waktu, nama "Sei Saran" kemudian mengalami proses metatesis (perubahan bunyi kata) menjadi "
Kisaran" dalam penggunaan sehari-hari. Legenda ini menjadi salah satu cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas budaya dan sejarah masyarakat di
Kisaran.
= Legenda 2
=
Menurut kisah yang sudah ada sejak turun-temurun, pada sekitar abad ke-16 (XVI), bukit Katarina adalah tempat bertempurnya panglima perang kerajaan Tiongkok dengan Raja Maria Pane ke-7 dari Buntu Pane Asahan, bernama Datuk Daurung. Kemudian setelah bertarung adu kesaktian, tidak ada yang kalah dan menang, maka masing-masing mengeluarkan aji pamungkas, yaitu menjelma menjadi seekor ular naga dan ikan dundung. Keduanya lalu terjun ke Sungai Silau (Sei Silau).
Mereka bertempur dengan mengandalkan kesaktian masing-masing. Akan tetapi, ular naga jelmaan Panglima Perang Tiongkok dapat dipukul jatuh, tertusuk sanai (patil) dari ikan dundung jelmaan Datuk Daurung. Naga itu meraung-raung menahan sakit dan menggelepar, yang akhirnya terkulai hanyut dan terkapar di hilir Sungai Silau tidak seberapa jauh dari bukit itu.
Setelah ratusan tahun kemudian, menurut cerita secara turun temurun dan sudah menjadi semacam legenda di masyarakat, ular naga jelmaan Panglima Perang Tiongkok siuman dari pingsannya yang cukup lama. Diiringi hujan lebat, petir sambung menyambung sehingga terjadilah banjir besar.
Kemudian ular naga tersebut berkisar-kisar (berenang-renang) dan menghanyutkan diri menelusuri Sungai Silau sampai hilir Sungai Asahan di kota Tanjung Balai. Selanjutnya menuju ke Selat Malaka.
Perkampungan di kawasan tempat naga berkisar tersebut akhirnya disebut dengan nama Kampung
Kisaran Naga. Sekarang menjadi Kelurahan
Kisaran Naga dan kota yang berada di dekat Sungai Silau disebut dengan nama
Kisaran.
Batas wilayah
Kota
Kisaran berada pada ketinggian 14 – 17 mdpl, dengan letak geografis pada koordinat 2°57'08"–3°01'30"LU dan 99°36'43"–99°40'38"BT. Curah hujan berkisar antara 1.680mm – 2.246mm. Kota ini berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan lainnya, yakni:
Demografi
= Penduduk
=
Pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, jumlah penduduk
Kisaran sebanyak 141.915 jiwa, dan pada tahun 2023 sebanyak 147.639 jiwa.
= Agama
=
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, mayoritas penduduk
Kisaran menganut agama Islam yakni 83,65%, kemudian Kristen sebanyak 11,33% (Protestan 10,57% dan Katolik 0,76%). Selanjutnya penganut agama Buddha sebanyak 4,46%, Hindu sebanyak 0,07%, Konghucu dan lainnya 0,49%. Agama Islam umumnya dianut sebagian besar warga Jawa, Batak Mandailing, dan Angkola, Melayu, Minangkabau, Banjar, Aceh, dan lainnya. Agama Kristen kebanyakan dianut warga Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias, dan sebagian Tionghoa, Angkola dan Mandailing. Agama Buddha dan Konghucu umumnya adalah warga Tionghoa yang kebanyakan berada di kecamatan Kota
Kisaran Barat. Untuk sarana rumah ibadah di
Kisaran hingga tahun 2023, terdapat 83 masjid, 82 musholla, 26 gereja Protestan, 3 gereja Katholik, dan 12 vihara/pura.
= Suku bangsa
=
Penduduk di
Kisaran memiliki latar belakang suku bangsa yang berbeda-beda, yang didominasi oleh suku Jawa, Batak, dan Melayu. Data Badan Pusat Statistik dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, persentasi penduduk
Kisaran (
Kisaran Barat dan
Kisaran Timur) berdasarkan suku bangsa yakni suku Jawa sebanyak 49,87%. Kemudian Batak sebanyak 32,03%. Suku Batak dalam Sensus 2010 di
Kisaran sebagian besar adalah Batak Angkola, Toba, Mandailing, dan sebagian Karo dan Pakpak. Penduduk dari suku Melayu sebanyak 4,88%, kemudian Minangkabau sebanyak 4,47%, Banjar sebanyak 1,29%, Aceh sebanyak 0,56%. Suku lain sebanyak 6,90%, sebagian besar ialah Tionghoa, dan selebihnya Nias, Sunda, dan suku lainnya.
Catatan: Suku lainnya, sebagian besar adalah Tionghoa, dan selebihnya suku lain seperti Nias, Sunda dan lain-lain.
Transportasi
Kereta Api (Stasiun
Kisaran)
Transportasi Online :
Gojek
Maxim Motor &Mobil
Kijek (
Kisaran ojek online)
Becak Motor
Mopen
KPN Makmur
Merpati Tour (Lintas Kabupaten "Labura-Asahan-Batubara" dan Kecamatan dalam Kabupaten)
Bus AKDP dan AKAP
Tokoh
Sindoedarsono Soedjojono (Tokoh Seniman Indonesia)
Sisworo Gautama Putra (Tokoh Seniman Indonesia)
Kasma Booty (Aktris/Seniman di Malaysia)
Achmad Tahir (Tokoh Politik dan Militer Indonesia)
Ir. H. Mian (Bupati Bengkulu Utara Periode 2021-2024)
Fasilitas kesehatan
Rumah Sakit :
RSU Ibu Kartini
RSUD H. Abdul Manan Simatupang
RSU Setio Husodo
RSU Wira Husada
RSU Bunda Mulia
RSIA Namaryna
RSU Permata Hati
RSIA Utama
RSU Methodist Bintang Kasih
Puskesmas :
Puskesmas Mutiara
Puskesmas Gambir Baru
Puskesmas Sidodadi
Pusat Perbelanjaan
Pasar Inpress
Pajak Diponegoro
Pajak Kartini
Pajak Bakti
dan Sekitaran Area Pusat Kota Lainnya seperti di Jl. Imam Bonjol, Jl. Diponegoro, Jl. Sisingamangaraja, Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. Dr. Sutomo, Jl. Ir. Juanda, dan lainnya
Referensi
Pranala luar
(Indonesia) Pemerintah Kabupaten Asahan on Facebook
Email: pemkab@asahankab.go.id