Komet atau kelodan adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk elips/lonjong, parabolis, atau hiperbolis.
Istilah "
Komet" berasal dari bahasa Yunani, kometes (κομήτης) yang berarti "rambut panjang". Istilah lainnya adalah bintang berekor yang tidak tepat karena
Komet sama sekali bukan bintang. Orang Jawa menyebutnya sebagai lintang kemukus karena memiliki ekor mirip 'kukus' atau berdebu. Di samping itu, ekornya juga mirip buah kemukus yang dikeringkan.
Komet terbentuk dari es dan debu.
Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari Matahari.
Ketika mendekati Matahari, sebagian bahan penyusun
Komet menguap membentuk kepala gas dan ekor.
Komet juga mengelilingi Matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya.
Komet merupakan gas pijar dengan garis edar yang berbeda-beda.
Panjang "ekor"
Komet dapat mencapai jutaan km.
Beberapa
Komet menempuh jarak lebih jauh di luar angkasa daripada planet. Beberapa
Komet membutuhkan ribuan tahun untuk menyelesaikan satu kali mengorbit Matahari.
Komet dapat dilihat ketika masih jauh dari matahari, bagian yang pertama kali dilihat adalah inti
Komet.
Komet merupakan benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas (karbon dioksida, metana, air) dan debu yang membeku.
Komet sering juga disebut dengan bintang berekor.
Komet memiliki orbit atau lintasan yang berbentuk elips, lebih lonjong dan panjang daripada orbit planet.
Komet merupakan benda angkasa seperti lapisan batu yang terlihat mempunyai cahaya dikarenakan adanya gesekan-gesekan atom-atom di udara.
Selama berabad-abad, kemunculan sebuah
Komet dipercaya sebagai suatu pertanda akan datangnya sebuah malapetaka besar. Penampakan sebuah
Komet dan sesekali pula pergerakannya dicatat secara akurat. Astronom Babilonia dan Tiongkok mempercayai bahwa
Komet adalah objek yang beredar di angkasa sebagaimana halnya planet. Bangsa Yunani beranggapan bahwa
Komet adalah fenomena atmosfer, sejenis dengan uap air yang berasal dari permukaan Bumi. Pandangan ini sempat diterima secara meluas hingga pada abad XVI, saat Tycho Brahe memaparkan pandangannya bahwa
Komet tidak hanya sebuah fenomena alam, tetapi diyakini sebagai sebuah benda angkasa yang letaknya dari bumi lebih jauh daripada Bulan.
Seabad kemudian, Isaac Newton menemukan sebuah metode untuk menghitung orbit dari sebuah
Komet berdasarkan lintasan yang dapat diamati di angkasa. Newton menentukan bahwa
Komet yang tampak pada bulan Desember 1680 mengikuti orbit parabola yang sangat panjang. Edmond Halley, seorang ilmuwan yang hidup sezaman dengan Newton menemukan bahwa orbit dari
Komet yang pernah muncul pada tahun 1531, 1607, dan 1682 adalah hampir identik. Penemuan ini membawanya kepada suatu kesimpulan bahwa ketiga penampakan tersebut melibatkan
Komet yang sama. Ia kemudian meramalkan bahwa
Komet tersebut akan muncul lagi pada tahun 1758. Sayang, usianya tidak cukup panjang untuk bisa menyaksikan kebenaran ramalannya itu. Penampakan
Komet tersebut–yang kemudian dinamai
Komet Halley–ternyata telah tercatat sebanyak 20 kali sejak tahun 239 SM. Penampakannya yang terakhir adalah pada tahun 1985-1986.
Komet yang baru ditemukan biasanya diberi nama menurut tahun penemuannya ditambah sebuah huruf yang mengindikasikan urutan penampakan
Komet itu pada tahun saat
Komet tersebut ditemukan. Saat tanggal waktu
Komet mencapai titik perihelion dapat diketahui,
Komet itu segera dinamai menurut angka tahun kalender saat itu dikuti dengan angka Romawi yang menunjukkan urutan kronologis perlintasan pada perihelion pada tahun itu (misalnya, 1882 II). Beberapa
Komet dinamai menurut nama penemunya, misalnya
Komet Halley; juga
Komet Hale-Bopp yang dinamai menurut nama dua orang astronom amatir yang melaporkan penampakannya pada malam yang sama pada tahun 1995.
Komet berasal dari awan Oort yang terletak di sisi luar sistem tata surya. Awan Oort berisi triliunan
Komet. Seiring berjalannya waktu,
Komet-
Komet berpisah dari awan dan terlempar ke matahari. Inti
Komet terletak di pusat, terbuat dari gas serta debu batuan dan merupakan benda padat yang stabil. Pada saat
Komet mendekati matahari, sebagian materi tersebut terlempar dari permukaan inti
Komet.
Ekor ion, dapat mencapai 100 juta kilometer, terbentuk dari proses ionisasi gas pada saat berinteraksi dengan angin matahari; dan ekor
Komet selalu menjauhi matahari. Hal ini disebabkan oleh angin matahari menerpa awan gas yang melingkupi
Komet. Ketika
Komet mendekati matahari, ekornya terbentang ke belakangnya.
Komet baru yang saat ini teramati tampaknya berasal dari selubung benda es yang besar yang berada sekitar satu tahun cahaya dari Matahari. Model ini dikembangkan tahun 1950-an oleh astronom Belanda Jan Oort (1900–1992). Awan Oort yang belum teramati tersebut dapat memuat 100 miliar benih
Komet.
Gangguan gravitasi dari bintang lain di sekitar Matahari dapat mengganggu keseimbangan awan ini dan mengirimkan beberapa
Komet secara acak menuju Matahari.
Komet tersebut akan menjadi
Komet periode panjang, yang orbitnya hampir parabola dan periode revolusinya mengelilingi Matahari mencapai 200 hingga jutaan tahun.
Komet dengan periode yang lebih pendek mengorbit seperti planet dan berasal dari Sabuk Kuiper. Sabuk ini berada lebih dekat ke Tata Surya dalam daripada Awan Oort.
Bila sebuah
Komet lewat di dekat sebuah planet-planet besar, terutama Jupiter,
Komet akan dipengaruhi oleh gravitasi planet tersebut.
Komet dapat jatuh ke planet; atau dipercepat lajunya dan keluar dari Tata Surya, atau bergerak dalam orbit lonjong lebih dekat lagi ke Matahari.
Banyak teori yang telah dicetuskan dalam seabad terakhir ini mengenai asal mula
Komet, tetapi salah satu yang paling luas diterima saat ini menyebutkan bahwa
Komet terbentuk pada saat yang sama dengan saat terbentuknya tata surya. Pada tahun 1950, Jan Oort, seorang astronom Belanda mengajukan teorinya bahwa Matahari dikelilingi oleh “kabut” besar yang terdiri dari material
Komet pada jarak sekitar 1000 kali garis terngah tata surya yang kita ketahui. Teori ini kemudian diikuti dengan teori dari Gerard Kuiper, pada tahun 1951 yang menggagas bahwa sabuk material
Komet tersebut terletak pada suatu daerah yang berjarak beberapa ratus kali jarak Bumi-Matahari. Gangguan yang berasal dari objek di luar tata surya dapat menyebabkan beberapa di antara material tersebut keluar dari sabuk
Komet dan memasuki tata surya bagian dalam sebagai sebuh
Komet, di mana
Komet dengan periode pendek diduga muncul dari sabuk ini, yang kemudian dinamai sebagai sabuk Kuiper.
Kedua teori ini dapat diterima secara luas dikalangan para astronom. Sebuah benda angkasa yang dinamai Chiron, pernah dianggap sebagai sebuah asteroid, kini dikelompokkan sebagai
Komet Kuiper-belt, dan sementara itu beberapa anggota dari sabuk Kuiper telah dapat diamati sejak 1992. Keberadaan “sabuk” tersebut dapat dibuktikan secara langsung pada tahun 1995 melalui hasil pengamatan lewat Teleskop Antariksa Hubble yang berhasil mengamati 30 objek mirip
Komet yang berada di luar orbit planet Pluto. Para astronom dewasa ini memperkirakan sejumlah 70.000 objek berukuran cukup besar–dan tak terhitung jumlahnya yang berukuran lebih kecil–menghuni daerah sabuk Kuiper dengan jarak antara 30 hingga 50 SA.
Banyak di antara
Komet, khususnya yang tergolong memiliki periode pendek, pecah secara perlahan-lahan, terutama karena pengaruh kekuatan gravitasi Matahari. Beberapa di antaranya telah diamati “tercebur” kedalam Matahari. Pengurangan kecerlangan dari
Komet berperiode pendek juga dapat kita amati.
Komet juga menghasilkan buangan di belakang orbitnya, dalam bentuk jutaan meteoroid. Saat Bumi melintasi orbit sebuah
Komet, dapat disaksikan hujan meteor.
Bagian-bagian Komet
Bagian-bagian
Komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor.
Bagian-bagian
Komet sebagai berikut.
Inti, merupakan bahan yang sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer, dan terbentuk dari penguapan bahan-bahan es penyusun
Komet, yang kemudian berubah menjadi gas.
Koma, merupakan daerah kabut atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak oleh mata manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.
Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika
Komet lewat di dekat Matahari.
Inti
Komet adalah sebongkah batu dan salju.
Ekor
Komet arahnya selalu menjauh dari Matahari.
Bagian ekor suatu
Komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas.
Bentuk ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus.
Koma atau ekor
Komet tercipta saat mendekati Matahari yaitu ketika sebagian inti meleleh menjadi gas.
Angin Matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang mengepul ke arah belakang kepala
Komet.
Ekor inilah yang terlihat bersinar dari bumi.
Sebuah
Komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.
Saat bersinar di langit, sebuah
Komet yang terang memiliki kepala dengan inti mirip bintang yang disebut nukleus. Nukleus dikelilingi oleh halo yang berpendar yang disebut koma dan ekor transparan yang panjang. Nukleus berukuran beberapa kilometer. Koma panjangnya dapat mencapai 100 ribu km atau lebih keluar dari nukleus. Ekor dapat berukuran sepanjang jutaan kilometer di antariksa.
Pengamatan ultraviolet dari pesawat luar angkasa menunjukkan awan hidrogen besar yang menyelimutinya. Awan hidrogen ini dapat tumbuh mencapai puluhan juta kilometer. Awan ini tidak dapat dilihat dari bumi.
= Inti (nukleus) dan koma
=
Hampir seluruh massa
Komet terpusat pada nukleus (inti
Komet). Diameter dari nukleus biasanya berkisar antara beberapa kilometer dengan kepadatan antara 0,1 hingga 1 g/cm³, mengindikasikan bahwa kepadatannya termasuk renggang. Berdasarkan model “bola salju kotor” yang digagas oleh Frel L. Whipple, yang berdasarkan penelitian lanjutan kemudian terbukti kebenarannya, nukleus
Komet tesusun dari sekumpulan materi yang terdiri atas air, karbon monoksida, metanol, amonia, dan metana. Seluruhnya dalam keadaan beku serta tercampur dengan debu. Saat
Komet mendekati Matahari, materi beku tersebut menyublim dan membentuk kabut gas dan debu—yang disebut koma—di sekeliling nukleus. Makin dekat ke Matahari, gas yang terbentuk semakin banyak. Partikel-partikel pada
Komet terdorong dari nukleus oleh tekanan radiasi dan angin Matahari (aliran partikel Matahari).
Rata-rata diameter dari koma adalah sekitar 100.000 km, tetapi massanya terbilang kecil. Beberapa molekul terdekomposisi dan terionisasi oleh sinar ultraviolet dalam pelepasannya dari nukleus ke ekor
Komet. Hasil-hasil yang dapat diamati dari proses ini meliputi atom-atom hidrogen dan oksigen, air, dan radikal hidroksil (OH). Molekul dan senyawa karbon juga ditemukan dalam konsentarasi yang 100 kali lebih rendah dari nukleus, sementara jumlah molekul NH, NHH, CH, dan molekul nitrogen ditemukan dengan konsentrasi 1000 kali lebih rendah. Juga terdeteksi karbon monosulfida (CS) dan serta atom dan molekul sulfur. Sementara itu unsur etana juga ditemukan di
Komet Hyakutake. Bagian koma dari sebuah
Komet umumnya mengecil saat
Komet mendekati Matahari, dan molekulnya terdekomposisi lebih cepat oleh angin Matahari sehingga terdorong ke arah ekor
Komet.
Miliaran
Komet mungkin mengorbit jauh di pinggir terluar tata surya, tetapi tidak dapat dilihat dari bumi.
Komet-
Komet itu bersinar di langit hanya saat bergerak di dekat Matahari. Penjelasan yang paling diterima luas mengenai
Komet adalah model "bola salju kotor", yang diajukan oleh astronom AS, Fred Whipple tahun 1950.
Saat sebuah
Komet berada di bagian jauh tata surya,
Komet hanya terdiri dari nukleus. Tanpa ekor dan tanpa koma. Bentuk dan permukaannya tidak beraturan. Nukleus tersusun sebagian besar oleh air beku dan gas beku lainnya (salju) yang bercampur dengan padatan logam atau batuan (kotor). Kepadatannya sangat rendah begitu juga gravitasi permukaannya.
Citra dari pesawat ruang angkasa menunjukkan bahwa nukleus bekunya berwarna hitam gelap dan berotasi. Ketidakteraturan permukaan inti terdiri atas retakan, bukaan dan kawah.
Nukleus menjadi aktif saat
Komet mendekat matahari. Awan debu dan gas, terutama tersusun dari uap air, menyembur dari celah permukaan setiap kali nukleus menghadap ke Matahari.
Gas yang terlepas dari nukleus terdiri dari 80 persen uap air dengan sisa zat lain seperti karbon dioksida, karbon monoksida, amonia, dan metana. Sebagian butiran debu tersusun dari silikat; sementara sisanya berupa debu yang tersusun atas karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Es, debu, dan gas ini terbentuk pada suhu yang rendah.
Sebagian butiran debu yang baru terkumpul memuat mineral yang terbentuk pada suhu tinggi. Debu ini terbentuk saat
Komet dekat dengan matahari. Partikel yang berasal dari lingkungan yang berbeda ini berkumpul pada
Komet yang letaknya jauh dari matahari, masih misterius.
Para ilmuwan terkesan ketika menemukan adanya molekul organik kompleks dalam materi yang mereka kumpulkan dari
Komet, yang mungkin dapat memiliki makna penting bagi asal-usul kehidupan di Bumi.
Saat nukleus
Komet memasuki tata surya dalam sekitar beberapa ratus juta kilometer dari Matahari, ia mengalami pemanasan. Gas menyublim dan lepas ke antariksa bersama debu dari permukaannya. Gravitasi
Komet terlalu lemah untuk menahan lepasnya gas dan debu. Mereka menyebar ke sekitar nukleus sejauh ribuan kilometer dan membentuk koma.
Komet bersinar karena gas ini berpendar dan debu memantulkan sinar matahari. Astronom menggunakan teleskop besar untuk mencitrakan sekitar 25 koma per tahun.
=
Saat
Komet yang menyala dapat terlihat, ciri yang paling mencolok adalah ekor. Dalam penampakan
Komet Halley pada tahun 1910, ekor
Komet terentang hingga lebih dari 90º di lengkung langit. Dalam penampakan
Komet Halley yang terakhir sekitar tahun 1985-1986, titik pemanjangan ini tercapai saat
Komet berada dalam sudut yang jauh dari Matahari, sehingga tidak terlihat terlalu dramatis di langit malam.
Panjang ekor
Komet berkisar antara 1 juta hingga 100 juta km. Ekor
Komet biasanya pertama kali muncul saat
Komet berada pada jarak 1,5 SA dari Matahari. Meskipun berukuran sedemikian besar, tetapi setiap 1 km³ volume ekor
Komet mengandung materi lebih sedikit dibandingkan dengan 1 mm³ udara.
Saat sebuah
Komet berada di dekat Matahari,
Komet dapat memunculkan ekor gas dan debu yang dilepaskan dari nukleus. Radiasi ultraviolet mengubah gas menjadi radikal bebas dan ion. Ion berinteraksi dengan partikel bermuatan yang disemburkan oleh Matahari melalui angin matahari. Ion ini pada akhirnya membentuk ekor gas atau ion yang selalu menjauhi matahari.
Tekanan radiasi, atau pancaran sinar matahari yang kuat, mendorong partikel debu keluar.
Komet terus bergerak dan ekor debunya melengkung di belakangnya. Ekor
Komet begitu tipis sehingga hanya dapat dilihat dengan teropong bintang. Molekul dan atom netral terus mengembang keluar hingga mereka terionisasi. Atom-atom hidrogen membentuk awan hidrogen besar. Awan hidrogen yang mengelilingi nukleus
Komet Halley tahun 1986 tumbuh hingga diameter ratusan ribu kilometer.
Efek ion hidrogen yang dilepaskan oleh
Komet Halley pada angin matahari dideteksi sejauh 35 juta kilometer dari nukleus. Sebuah gelombang kejut ketika gas
Komet menahan dan memperlambat angin matahari ditemukan sekitar 400 ribu kilometer di depan
Komet.
Ekor
Komet terbentuk dari gas koma dan selalu menjauhi Matahari. Semula, diduga bahwa tekanan dari radiasi Matahari adalah satu-satunya penyebabnya, tetapi saat ini telah diketahui bahwa angin Matahari memiliki peranan yang lebih besar dalam menentukan arah ekor
Komet. Angin Matahari mengandung partikel-partikel yang terlempar dari Matahari. Kekuatan tekanan dari partikel-partikel ini terhadap molekul gas dalam koma berkisar 100 kali lebih besar dari kekuatan gravitasi Matahari, dengan demikian molekul-molekul tersebut terdorong oleh angin Matahari. Angin Matahari tidaklah stabil, dan dapat mempengaruhi struktur ekor
Komet. Flare Matahari dan gangguan lainnya pada Matahari sesekali dapat membuat ekor
Komet terlihat bergolak atau berbelok.
Sebuah
Komet dapat memiliki satu daripada dua jenis ekor, atau bahkan kedua-duanya sekaligus–yang biasa disebut sebagai
Komet berekor ganda. Jenis ekor
Komet yang pertama adalah ekor yang memanjang dan hampir lurus, memiliki struktur yang mirip serabut yang terdiri dari gas yang terionisasi. Tipe ini digolongkan sebagai ekor Tipe I. Sedangkan tipe ekor
Komet lainnya yang tergolong sebagai Tipe II, atau “ekor debu” berbentuk kelokan yang tajam dan lebih kabur. Tipe ini tersusun atas debu yang diterpa oleh cahaya Matahari. Sebuah
Komet dapat memiliki beberapa ekor debu disamping juga ekor gas (Tipe I). Beberapa
Komet diketahui memiliki ekor yang ganjil, di mana ekornya menunjuk ke arah Matahari (contohnya adalah
Komet Arent Roland, 1957 III). Ekor
Komet jenis ini terdiri dari lapisan debu yang sangat tipis yang keluar dari lapisan terluar
Komet dan terkumpul disekitar orbit
Komet. Gas yang menyusun ekor
Komet di antaranya CO+, molekul nitrogen, CH+, karbon dioksida, dan OH+. Ion-ion tersebut, seperti yang juga dijumpai pada koma terbentuk saat molekul yang lebih besar terpisahkan oleh angin Matahari.
= Jet
=
Pemanasan yang tidak merata dapat menyebabkan gas baru dihasilkan keluar dari titik lemah pada permukaan inti
Komet, mirip dengan geyser. Aliran gas dan debu dapat menyebabkan inti berputar, dan bahkan terpecah. Pada tahun 2010 terungkap es kering (karbon dioksida padat) dapat mengalir keluar dari inti
Komet. Ini karena pesawat ruang angkasa terbang mendekat sehingga dapat melihat tempat jet itu keluar, kemudian mengukur spektrum inframerah pada saat itu yang menunjukkan bahan-bahan penyusunnya.
Komet merupakan fenomena alam yang amat menarik untuk diamati. Pada tahun 1705 Edmond Halley memperkirakan bahwa
Komet terlihat pada tahun 1531, 1607, 1682, dan 1758.
Komet Halley—begitu nama
Komet tersebut—terakhir terlihat pada tahun 1986 silam. Inti atau pusat dari
Komet Halley di perkirakan kurang lebih 16 × 8 × 8 km. Inti dari
Komet Halley sangat gelap.
Diperkirakan
Komet Halley akan tampak lagi tahun 2061, karena kemunculan
Komet Halley ini 76 tahun sekali.
Komet-
Komet lain yang cukup dikenal adalah
Komet West,
Komet Encke (muncul tiga tahun sekali),
Komet Hyakutake, dan
Komet Hale-Bopp.
Komet merupakan benda kecil yang sangat sulit untuk dilihat. Meskipun demikian, benda tersebut merupakan satu-satunya planetoida yang dikenal sejak zaman purbakala. Ketika
Komet mendekati matahari, terjadi efek visual yang spektakuler.
Komet tersebut menguap dan memiliki ekor yang terang, membentang hingga puluhan juta kilometer di belakangnya. Saat ini diketahui terdapat banyak
Komet yang telah menghantam planet-planet.
Komet mungkin turut berperan dalam mengembangkan kehidupan di Bumi.
Komet berbeda dengan asteroid, benda tersebut berbahan utama es dan debu. Para ahli berpendapat bahwa
Komet merupakan bola salju kotor.
Komet atau benda bergerak di langit jumlahnya banyak sekali. Masing-masing
Komet memang telah diberi nama, sekalipun masyarakat awam tak akan mengenal seluruh nama-nama
Komet tersebut. Salah satu nama
Komet yang mungkin sering didengar adalah
Komet Halley. Masing-masing
Komet tidak saja diberi nama yang berbeda namun sebenarnya bila diamati dengan saksama, memiliki ciri-ciri yang berbeda pula satu sama lainnya.
Komet adalah salah satu benda langit yang sering diartikan sebagai bintang jatuh. Namun sebenarnya
Komet bukanlah bintang, ia adalah benda langit yang mengitari matahari dan memiliki orbitnya sendiri seperti planet. Dengan demikian
Komet seperti juga planet akan terus berputar mengitari matahari pada orbitnya.
Hal unik dari benda langit ini adalah ketika
Komet mendekati matahari,
Komet akan membentuk suatu atmosfer di sekelilingnya. Ketika
Komet melaju dengan sangat cepat, atmosfer ini bahkan bisa membentuk sebuah ekor sehingga
Komet terlihat sangat indah. Pada saat membentuk ekor inilah sering kali terlihat dari bumi sebagai sebuah bintang berekor, sehingga ada pula yang mengatakan
Komet sebagai bintang berekor.
Pengamatan lebih detail tentang
Komet tentu saja dengan menggunakan teropong bintang, sehingga bisa mengamati lebih detail tentang bentuk dan ciri-ciri khususnya. Seperti telah disinggung sebelumnya selain memiliki nama yang berbeda, masing-masing
Komet ini juga memiliki ciri dan karakter yang berbeda.
Semua
Komet beredar di tata surya dalam orbit elips (bulat telur).
Komet yang tercatat memiliki periode orbit terpendek adalah
Komet Encke (3,3 tahun), sedangkan
Komet yang memiliki periode panjang, memerlukan waktu hingga ribuan tahun untuk satu kali mengorbit Matahari. Beberapa
Komet yang diamati menunjukkan bahwa
Komet itu hanya sekali muncul dalam orbit parabolik atau hiperbolik yang membawanya mendekati Matahari hanya dalam sekali seumur hidupnya, menimbulkan suatu kemungkinan bahwa
Komet tersebut mungkin berasal dari luar tata surya, tetapi kurangnya data membuat dugaan ini sulit untuk dibuktikan.
Hampir seluruh
Komet yang kita kenali mendekati Matahari dalam jarak antara 0,005 hingga 2,5 SA (satuan astronomi) pada perihelion. Apabila perihelion
Komet lebih jauh dari 2,5 SA,
Komet biasanya tidak dapat diamati. Banyak di antara
Komet memiliki aphelion di sekitar orbit planet luar. Sekelompok
Komet yang terdiri dari sekitar 75
Komet diketahui sebagai “keluarga dekat” Jupiter dan memiliki aphelion di sekitar orbit planet tersebut. Beberapa di antaranya merupakan kelompok
Komet yang mengorbit secara bersama-sama.
Komet jenis ini biasanya merupakan sisa-sisa dari sebuah
Komet raksasa yang kemudian pecah dikarenakan pengaruh gravitasi dari Matahari atau sebuah planet.
Para ilmuwan telah memindai sekitar 900 orbit
Komet. Beberapa di antaranya memiliki orbit di antara garis edar planet Venus dan Mars dan memerlukan beberapa tahun untuk berevolusi. Sementara yang lainnya, memiliki orbit yang eksentris, yaitu berbentuk lonjong dan memerlukan waktu berabad-abad untuk melakukan revolusi.
Komet sering diklasifikasikan menurut panjang periode orbit mereka: semakin lama periode lebih panjang elips.
Komet yang muncul di langit sangatlah penting, bahkan bila mereka tidak bersinar terang. Mereka mungkin satu-satunya benda yang tersisa sebagai bahan asli dari masa tata surya terbentuk sekitar 5 miliar tahun lalu. Bumi, bulan dan benda langit lainnya semua sudah berubah akibat aktivitas tektonik, erosi, atau tumbukan. Hanya
Komet yang tetap seperti itu semenjak awalnya.
Pesawat antariksa robotik mengunjungi dan meneliti
Komet dengan perlengkapan canggih. Pesawat-pesawat tersebut antara lain: Giotto dari ESA dan Deep Space 1 dari AS mengirimkan citra close-up pada tahun 1986 dan 2001; Deep Impact dari NASA membuat kawah di
Komet dan mempelajari bahan-bahan yang terlontar dari kawah tahun 2005; dan Stardust dari NASA mengumpulkan debu kosmik di
Komet dan kembali ke Bumi tahun 2006. Selanjutnya, Rosetta milik ESA akan mengorbit dan menurunkan robot di
Komet tahun 2014.
Saat
Komet mengalami percepatan di dekat matahari, nasibnya menjadi tidak teramalkan. Jet kuat gas dan debu dari nukleus dapat mengubah gerakan orbitnya. Bila sebuah
Komet berhasil memutari Matahari,
Komet akan meneruskan orbitnya kembali ke daerah beku di tata surya luar. Beberapa material
Komet yang tersisa akan kembali membeku di sana. Koma dan ekor lenyap.
Beberapa
Komet lewat terlalu dekat dengan Matahari hingga mereka pecah atau habis menguap. Beberapa
Komet terlalu dekat hingga malah masuk langsung ke Matahari dan lenyap.
Komet periodik tidak dapat diaktivasi ulang untuk menumbuhkan koma dan ekor baru terus-menerus. Nukleusnya semakin lama semakin terkikis. Setiap memutari Matahari,
Komet kehilangan beberapa meter lapisan permukaannya.
Komet Halley misalnya, kehilangan sekitar 1 persen massanya tiap kali melintasi perihelion.
Pada akhirnya, sebuah
Komet periodik akan kehilangan semua bahan lembutnya. Potongan zat padat dapat bertahan. Benda ini akan terus mengorbit Matahari seperti planet kecil.
Sejumlah
Komet periodik yang ditemukan pada dekade sebelumnya atau abad sebelumnya kini hilang. Orbit mereka tidak pernah dikenal cukup baik untuk memprediksi penampilan masa depan atau
Komet telah hancur. Namun, kadang-kadang
Komet "baru" ditemukan, dan perhitungan orbitnya menunjukkan hal itu terjadi
Komet lama "hilang". Contohnya adalah
Komet 11P/Tempel-Swift-LINEAR, ditemukan pada tahun 1869 namun tidak teramati setelah 1908 karena gangguan oleh Jupiter. Itu tidak ditemukan lagi sampai tidak sengaja ditemukan kembali oleh LINEAR pada tahun 2001.
Tumbukan
Komet dengan planet merupakan hal yang jarang terjadi. Salah satu peristiwa tumbukan terjadi pada Juli 1994 ketika
Komet Shoemaker-Levy 9 pecah menjadi 20 keping dan menghantam Jupiter.
Para ilmuwan berspekulasi bahwa tabrakan antara
Komet dan planet dapat terjadi sewaktu-waktu. Diduga beberapa tumbukan antara Bumi dengan
Komet yang pernah terjadi beberapa juta tahun lampau menghasilkan lapisan debu yang sangat tebal yang menutupi atmosfer bumi hingga menyebabkan punahnya beberapa spesies hewan purba. Tabrakan dengan
Komet juga diperkirakan merupakan penyebab dari sebuah ledakan dahsyat yang pernah terjadi di bulan Juni 1908 di daerah Tunguska, Rusia. Di lain pihak, ada juga ilmuwan yang mempercayai bahwa Bumi secara konstan telah dibombardir oleh
Komet yang berukuran kira-kira sebesar rumah tanpa menyebabkan kerusakan. Tabrakan ini diduga berpengaruh terhadap persediaan air dan adanya beberapa unsur kimia di Bumi.
Salah satu peristiwa tabrakan
Komet dengan planet yang terkenal terjadi pada tanggal 16-22 Juli 1994. Saat itu setidaknya 20 pecahan besar dari
Komet Shoemaker-Levy 9 menumbuk permukaan planet Jupiter dengan kecepatan 60 km/sekon, menimbulkan awan panas setinggi ribuan km di atas permukaan planet tersebut. Peristiwa itu meninggalkan gelembung panas yang terdiri atas gas yang berasal dari atmosfer Jupiter. Bekas yang ditinggalkannya berupa sebuah area besar yang gelap di atmosfer planet tersebut bertahan hingga beberapa bulan setelah peristiwa tersebut berlalu. Pecahan
Komet Shoemaker-Levy 9 menghantam Jupiter pada posisi lintang 45° dan posisi bujur 6,5° di permukaan bagian luar planet raksasa tersebut. Pecahan terbesar dari
Komet yang menumbuk Jupiter diperkirakan berdiameter sekitar 2 km. Para astronom mengamati peristiwa ini dari Bumi melalui gambar-gambar yang dikirim oleh teleskop antariksa Hubble dan wahana antariksa Galileo.
Jenis-jenis Komet
Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya,
Komet dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Komet berekor panjang, yaitu
Komet dengan garis lintasannya sangat jauh melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga berkesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati Matahari,
Komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya,
Komet Kohoutek yang melintas dekat Matahari setiap 75.000 tahun sekali dan
Komet Halley setiap 76 tahun sekali.
Komet berekor pendek, yaitu
Komet dengan garis lintasannya sangat pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati Matahari,
Komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya
Komet Encke yang melintas mendekati Matahari setiap 3,3 tahun sekali.
Komet nonperiodik dan periodik
= Komet nonperiodik
=
Dari sekian banyak nama
Komet, ada beberapa jenis
Komet yang hanya ditemukan sekali, diperkirakan karena memiliki orbit yang sangat panjang dan lama untuk melewati satu putaran; yang disebut
Komet nonperiodik.
Contoh
Komet nonperiodik antara lain,
Komet Arend-Roland,
Komet Brooks,
Komet Ikeya-Seki,
Komet Lulin, dan
Komet Kohoutek.
= Komet periodik
=
Astronom telah mendaftarkan sekitar 150
Komet periode pendek atau periodik, yang memiliki periode revolusi mengelilingi Matahari hanya beberapa tahun atau puluh tahun hingga 200 tahun. Mereka bersinar secara periodik di langit setiap kali
Komet ada di dekat Matahari.
Komet yang paling konsisten dan terkenal adalah
Komet Halley, dengan 30 pelintasan perihelion berurutan yang tercatat sejak 240 SM. Pengamatan lewat teleskop selama lebih tiga tahun sebelum dan sesudah pelintasan perihelionnya tanggal 9 Februari 1986 menjadikan
Komet Halley sebagai
Komet yang telah dianalisis paling baik hingga sekarang.
Berbeda dengan
Komet nonperiodik,
Komet ini dapat dilihat beberapa kali melintasi bumi.
Komet periodik rata-rata memiliki jarak orbit yang lebih pendek, sehingga untuk kembali pada satu titik yang sama bisa ditempuh dalam waktu lebih cepat. Tidak mengherankan bila
Komet yang dikategorikan sebagai
Komet periodik ini bisa dilihat beberapa tahun sekali.
Contoh
Komet periodik antara lain,
Komet Halley,
Komet Hartley,
Komet Kopff, dan
Komet Encke.
Komet biasanya dinamakan sesuai penemunya. Pengecualian memang ada. contohnya
Komet Halley.
Komet ini dinamakan berdasarkan nama Edmond Halley (1656–1742), untuk menghargai orang yang pertama kali menghitung orbitnya. Nama tiga orang pertama yang melaporkan menemukan
Komet baru secara serentak dapat diambil sekaligus untuk nama
Komet tersebut. Karena perburuan
Komet adalah aktivitas internasional, maka sering kali kita menemukan
Komet dengan nama yang susah disebut seperti
Komet periode pendek (5,3 tahun) bernama
Komet Honda-Mrkos-Pajdusakova!
Sekarang telah dikenal banyak nama
Komet, antara lain sebagai berikut.
Komet Kohoutek.
Komet Arend-Roland dan
Komet Maikos yang muncul pada tahun 1957.
Komet Ikeya-Seki, ditemukan pada bulan September 1965 oleh dua astronom Jepang, yaitu Ikeya dan T. Seki.
Komet Shoemaker-Levy 9 yang hancur pada tahun 1994 (menghantam Jupiter.
Komet Hyakutake yang muncul pada tahun 1996.
Komet Hale-Bopp yang muncul pada tahun 1997 dan lainnya.
Komet Lovejoy
Komet Halley terakhir muncul pada tahun 1986 dan muncul setiap 76 tahun.
Komet Elenin
Komet Encke
Komet ini merupakan salah satu dengan orbit terpendek yaitu 3 tahun sekali.
Komet Brooks Ditemukan Juli 1911 penemunya William Robert Brooks dan nama belakangnya dijadikan nama
Komet ini.
Komet Lulin Ditemukan pada 11 Juli 2007.
Komet Hartley
Komet ini tampak setiap 6 tahun sekali.
Komet Kopff namanya berasal dari nama penemunya yaitu August Kopff . Diperkirakan tampak setiap 6 tahun sekali.
Komet Swan
Komet Bode ditemukan oleh Johann Elert Bode.
Komet Holmes ditemukan oleh Edwin Holmes.
Berburu Komet dan penyelidikan terhadap Komet
Beberapa
Komet baru dapat ditemukan setiap tahun. Astronom profesional menemukannya dalam tumpukan data di observatorium, sementara astronom amatir menemukan sisanya.
Dewasa ini, pengamatan terhadap
Komet dapat dilakukan melalui teleskop visual maupun teleskop fotografi yang dapat memotret pada area yang luas di angkasa. Sekitar sepuluh
Komet baru ditemukan tiap tahunnya, dan rata-rata dalam tiga tahun terdapat satu
Komet yang dapat diamati dengan mata telanjang.
Selain pengamatan melalui teleskop, para astronom juga memanfaatkan wahana antariksa untuk melakukan penelitian terhadap
Komet.
Komet Giacobioni Zinner tercatat sebagai
Komet pertama yang diselidiki dari jarak dekat oleh wahana antariksa ketika pada tanggal 11 September 1985, wahana [[International Cometary Explorer]] (ICE) melintasi ekor plasma
Komet tersebut.
Komet Halley termasuk
Komet yang paling banyak diselidiki oleh wahana antariksa. Saat
Komet tersebut melintas di dekat orbit bumi pada sekitar tahun 1985-1986 tercatat wahana Vega 1 dan 2 (Uni Soviet–sekarang Rusia), Sakigake (Jepang), Suisei (Jepang), dan Giotto (Uni Eropa) melintasi
Komet tersebut untuk melakukan beberapa penyelidikan.
Terkadang
Komet juga diselidiki oleh wahana yang semula bukan dirancang untuk kepentingan tersebut. Pada bulan Maret 1996, wahana antariksa NEAR (Near Earth Asteroid Rendezvous) berhasil mengambil gambar
Komet Hyakutake dalam perjalanannya menuju asteroid 433 Eros. Sementara itu pada tanggal 22 September 2001, wahana Deep Space 1—yang sebenarnya hanya merupakan sebuah wahana eksperimen yang telah habis masa tugasnya——berhasil diarahkan untuk melintas dalam jarak hanya 2.200 km dari inti
Komet Borrelly. Para ilmuwan berharap wahana ini dapat mengirimkan informasi mengenai sifat-sifat permukaan inti
Komet, mengidentifikasi gas yang terkandung di dalamnya, dan mengukur interaksi angin Matahari dengan
Komet.
Misi penelitian lain yang sedang berjalan adalah misi wahana Stardust yang telah diluncurkan pada bulan Februari 1999. Wahana ini direncanakan untuk bertemu dengan
Komet P/Wild 2 pada bulan Januari 2004 untuk melakukan penelitian terhadap objek tersebut serta mengumpulkan material debu
Komet untuk dikembalikan ke bumi guna dianalisis pada bulan Januari 2006.
Sementara itu misi Rosetta yang direncanakan akan diluncurkan pada bulan Januari 2003 dikirimkan untuk mengorbit
Komet 46P/Wirtanen dan meluncurkan dua modul pendarat pada permukaan
Komet tersebut.
Sebuah fotografi
Komet dapat ditemukan menggunakan teleskop atau teropong dengan visual. Namun, bahkan tanpa akses ke peralatan optik, masih mungkin astronom amatir untuk menemukan
Komet online dengan men-download gambar akumulasi oleh beberapa observatorium satelit seperti SOHO.
Komet SOHO 2000 ditemukan oleh astronom amatir Polandia, Michał Kusiak pada 26 Desember 2010.
Referensi
= Catatan
=
= Sumber
=
Sagan, Carl; Druyan, Ann (1997). Comet. ISBN 9780747276647.
Bacaan lebih lanjut
Schechner, S. J. (1997). Comets, Popular Culture, and the Birth of Modern Cosmology. Princeton University Press. .
Brandt, J.C. and Chapman, R.D.: Introduction to comets, Cambridge University Press 2004
Pranala luar
Comets di Curlie (dari DMOZ)
Comets Page Diarsipkan 2011-02-19 di Wayback Machine. at NASA's Solar System Exploration
International Comet Quarterly
How to Make a Model of a Comet Diarsipkan 2009-02-23 di Wayback Machine. audio slideshow – National High Magnetic Field Laboratory
Catalogue of the Solar System Small Bodies Orbital Evolution
Information about comets and asteroids
http://www.youtube.com/ Comet C2012 K5 through amateur telescope, 2013-01-05 05:23-06:42UTC