Krandegan adalah desa di kecamatan Puring,
Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia.
Pranala luar
(Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
(Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
(Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
Jika melihat pada masa lalu, Krandegan merupakan bagian dari wilayah Kadipaten Kaleng, pada masa kadipaten kaleng belum difusikan dengan kadipaten pucang, Kaleng dipimpin oleh Adipati Banyak Kumara/Banyak Gumarang keturunan dari Prabu Banyak Sasra, Adipati Pasir (Purwokerto) yang juga bernama Raden Kamandaka/Lutung Kasarung, keturunan dari Raja Pajajaran. Setelah difusikan dengan kadipaten pucang disebelah utara menjadi Kadipaten Roma dengan pusat pemerintahannya di di Sidayu (Utara Gombong). Setelah difusikan oleh Sultan Pajang pada tahun 1543 M, Kaleng dijadikan setingkat kawedanan, sedangkan putra dari Bupati Kaleng diberi jabatan Ngabei (setingkat Wedana) di Kaleng dengan gelar Kyai Ngabei Wirokerti (makam dikompleks halaman MTsN 6 Kaleng).
Bahwa Desa Krandegan merupakan bagian (bahkan bisa jadi merupakan) bagian ibu kota kadipaten Kaleng, ini bisa dipahami karena letak desa krandegan persis berbatasan langsung dengan desa Kaleng, yang dimungkinkan pusat dari kadipaten Kaleng.
Menurut orang tua nama Krandegan berasal dari kata Endegan artinya tempat berhenti dan beristirahat, bisa dipahami karena dimasa lalu di desa ini terdapat pasar yang besar sekali yang menjadi pusat perekonomian pada masanya. Pasar ini dulunya bernama pasar kaleng, meskipun sekarang pasar kaleng sudah bergeser ke barat di desa kaleng. Hal ini menjadi suatu pemahaman kita, kenapa banyak orang yang berhenti dan istirahat di Krandegan, karena adanya pasar tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa pada masa lalu, di daerah ini banyak Orang berhenti dan meminta degan (kelapa muda) pada wargą sekitar. Sehingga mungkin sają dari kebiasaan ini Orange menyebut daerah ini karangan (Kebun) yang banyak degan nya. Dari sebutan karangan degan lama lama Lidah jawa jadi Krandegan. Selain itu ada juga cerita bahwa pada zaman belanda, disebelah barat desa yang berbatasan dengan desa kaleng, tempat tersebut digali lubang besar memanjang seperti parit. Parit tersebut dimaksudkan untuk ng"Endeg" patroli belanda agar tidak bisa lewat.
Krandegan terbagi atas 7 dukuh yaitu dukuh kebonagung, kemenying, kauman, karangsari, pekuncen, kaligending dan aglik. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sbg petani, sebagian lagi pedagang dan pegawai pemerintah. Dilihat dari kesehariannya warga desa krandegan 100% muslim, sehingga suasana religius di desa krandegan begitu terasa.
Sebagian besar penduduk usia produktif bekerja merantau ke kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta serta Kalimantan, ada juga sebagian yang merantau ke luar negeri seperti malaysia, hongkong dan arab saudi.
Krandegan, memiliki Tim Sepakbola Bernama Sawunggalih FC Krandegan yang cukup dikenal dan legendaris bak Manchester United, karena berprestasi di Kabupaten
Kebumen. Antara lain pernah menjadi Juara 2 dalam kompetisi Kapolres Cup 2017, serta berbagai juara antar kecamatan maupun tarkam. Sawunggalih adalah nama Tokoh legendaris pada masa lalu dari Kadipaten Kaleng yang memiliki nama asli Tumenggung Kartawiyogo Sawunggalih. Pada masanya beliau juga seorang pendekar dunia persilatan yang Sakti.
Selain itu di desa Krandegan juga terdapat organisasi kepemudaan yang diinisiasi oleh para pemuda yang pernah nyantri diberbagai pondok pesantren pada masa itu yang dinamai Ikatan Pemuda Santri Krandegan disingkat IPSK. Organisasi ini bergerak dibidang keagamaan, sosial dan pendidikan para pemuda di desa Krandegan melalui kegiatan pengajian, majelis taklim, majelis qur'anan, majelis shalawat al-barjanji dan lainnya. Sampai saat ini organisasi ini sudah berusia sekitar 35 tahun sejak didirikan pada tahun 1985, dan masih tetap eksis sampai sekarang. Tercatat, saat ini organisasi IPSK dipimpin oleh Mas Mokhamad Arifin, S.Pd.M.Pd., seorang pemuda yang berprofesi sebagai guru di MTsN 1
Kebumen dan lulusan S1 dari IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan S2 dari IAINU
Kebumen.
Makam Auliya di Desa Krandegan
Di desa ini juga banyak ditemukan makam2 ulama masa lalu yang banyak diziarahi oleh wargą sekitar. Dikomplek miałam tua di selatan desa di wilayah dusun kauman dan karangsari, ada makam Syekh Kyai Abdullah Rosyid yang merupakan kakek dari syekh Syihabuddin Dongkelan Bantul Yogyakarta, seorang penghulu agama pada masa Sułtan Hamengku Buwono I. Salah satu keturunan dari Syekh Rosyid Krandegan adalah Kyai Muhammad Syafi'i seorang pembantu dari Pangeran Diponegoro pada saat bergerilya diwilayah panjer pada masa Perang Jawa.
Berbicara tentang Kyai Muhammad Syafi'i ini berkait dengan adanya keturunan dari bupati kaleng adipati Banyak Kumara/Gumarang dan Kyai Syekh Rosyid serta Kyai Mukhamad Isa Krandegan. Bahwa Salah satu keturunan Kyai Wagerglagah (nama adipati banyak gumarang setelah masuk Islam) adalah Kyai Muhammad Safi’i. Ia adalah putra dari Kyai Muhammad Jafar (makam di Brangkal) bin Kyai Nuryadin/Nur Muhammad (makam di Jungkemureb Alang – alang Amba Karanganyar) bin Kyai Jubari (makam di Kedungbulus, utara Gombong) bin Kyai Wirokerti Ngabehi Kaleng (makam di Kaleng) bin Kyai Wagerglagah. Kyai Wagergalah
Kyai Muhammad Syafi’i diambil menantu oleh Kyai Muhammad Ngisa Krandegan (Puring) (?). Ia kemudian menuntut ilmu di Dongkelan Yogyakarta mengikuti Kyai Syahabudin (kakeknya; ayah dari Ibunya).
Pada suatu ketika, Sultan Hamengku Buwana II (Sinuwun Banguntapa) memerintahkan Kyai Syahabudin untuk menulis Quran. Berhubung ia sudah tua, pekerjaan itu ia serahkan kepada Kyai Muhammad Syafi’i cucunya. Alhasil Sultan Hamengku Buwana II puas sekali dengan karyanya tersebut. Kyai Muhammad Syafi’i pun dipanggil menghadap dan ditanya berbagai macam hal. Selanjutnya, atas kepercayaan Sultan Hamengku Buwana II, Kyai Muhammad Syafi’i dinikahkan dengan salah satu cucu Sultan yang bernama BRA Maryam, (putri Sultan Hamengku Buwana III/ Sinuwun Raja), adik Pangeran Diponegoro. Dengan kata lain, Kyai Muhammad Syafi’i menjadi adik ipar Pangeran Diponegoro.
Kyai Muhammad Syafi’i yang meminta izin untuk kembali tinggal di kabupaten Roma diberi tanah lungguh (bengkok) di desa Brangkal dan diberi jabatan Mufti oleh Sultan Hemengku Buwana II. Ia juga diberi wewenang menikahkan orang dari desa Brangkal, Setanakunci, Kedunglo, Pucang, Prapag, Klapagada, Pekuncen, Kedungbulus, Kedungwringin, Pejaten dan Pohkumbang.
Kyai Muhammad Safi’i mengajarkan agama Islam di Brangkal dan mendirikan Masjid pada 1813. Brangkal masuk dalam wilayah Kabupaten Roma yang pada saat itu telah beribukota di Jatinegara utara Gombong.
Selain makam para aulia yang telah disebutkan di bagian tengah desa juga Ada makam Syekh Panggang di maqom Panggang dan Syekh Kunci di maqom kunci.
Pondok Pesantren di Desa Krandegan
Tahun 2021, berdiri Pondok Pesantren Al Qarawiyin yang diasuh Gus Rahmat BS, di dukuh Kauman, desa Krandegan. Pondok Pesantren ini berdiri berdasarkan program Lakpesdam PCNU Kab.
Kebumen. Menurut kajian Lakpesdam PCNU
Kebumen, di lokasi yang saat ini didirikan Pesantren Al-Qarawiyin, pada tahun 19 awal telah berdiri pesantren Darussalam yang kemudian punah.
Sejumlah alumni Pesantren Darussalam juga sebagian menjadi penduduk desa Krandegan serta ada yang saat ini masih hidup. Pendiri pesantren Darussalam merupakan buyut dari Gus Rahmat BS.
BATAS BATAS WILAYAH
Desa Krandegan berbatasan dengan beberapa deka disekitarnya, yakni:
Sebelah Utara : Ds. Tambaharjo
Sebelah Timur: Ds. Arjowinangun dan Ds. Purwosari
Sebelah Selatan: Ds. Puliharjo
Sebelah Barat: Ds. Kaleng
Pejabat/Kepala Desa Krandegan
Berdasarkan penelitian, jika merujuk pada foto para kepala desa yang pernah menjabat di desa ini, setidaknya desa krandegan telah dipimpin hampir 7 orang kepala desa. Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat adalah:
.
.
.
.
.
Muhrojin Ragil Saputra (sekarang)