KRI Pulau Rupat (712) adalah kapal pemburu ranjau TNI AL andalan organisasi internasional penjaga keamanan Atlantik Utara yang kerap disebut North Atlantic Treaty Organization (NATO). Kapal tersebut tergolong dalam kapal pemburu ranjau kelas Tripartite, yang dirancang dan dibangun oleh negara-negara anggota NATO untuk kepentingan negara anggota. Apabila beberapa kapal TNI AL lain merupakan hibah dari negara lain, kapal pemburu ranjau (mine hunter) tersebut merupakan kapal baru yang dibuat berdasarkan permintaan dari negara pembeli.
Sejarah
KRI Pulau Rupat 712 merupakan kapal andalan NATO dan Satran Koarmatim (Satuan Kapal Penyapu Ranjau Komando Armada Timur) TNI AL. Kapal tersebut dibangun oleh Van der Giessen de Noord Marinebouw BV di kota Albasserdam, Belanda. Tripartite yang artinya terdiri dari tiga pihak, mengindikasikan bahwa kapal tersebut merupakan hasil kontribusi dari tiga negara yakni Perancis, Belgia, dan Belanda. Sebelum dibeli oleh Indonesia,
KRI Pulau Rupat dibangun untuk kebutuhan lain, spesifiknya untuk membangun M863 Vlaardingen, sebuah kapal pemburu ranjau milik AL Belanda. Dalam konstruksi
KRI Pulau Rupat 712, Belanda berperan dalam konstruksi dan tenaga gerak kapal, Perancis menyediakan perangkat teknologi pemburu ranjau (mine hunting), dan Belgia melengkapi alat elektronik seperti yang dimaksud dalam sensor dan sistem pemroses.
KRI Pulau Rupat 712 dirancang pada 19 Desember 1985 lalu dirilis pada 27 Agustus 1987, dan resmi jatuh ke tangan TNI AL pada 26 Maret 1988. Kapal tersebut telah beroperasi dalam periode waktu yang cukup lama sejak 1988 sehingga TNI AL berencana untuk memensiunkan
KRI Pulau Rupat 712 pada tahun 2015, akan tetapi kapal tersebut terbukti masih beroperasi hingga saat ini. Perihal pemberian nama, TNI AL memberi nama
Pulau dan identitas nomer lambung 7xx untuk mengidentifikasi armada penyapu ranjau. Sampai saat ini, jenis kapal penyapu ranjau yang paling canggih adalah Tripartite Class yang salah satunya
KRI Pulau Rupat 712.
Spesifikasi
Berikut ini merupakan spesifikasi dari
KRI Pulau Rupat 712 berdasarkan informasi yang diperoleh dari Mantan anggota Team Base Maintenance pemburu ranjau Tripartite TNI AL, LetKol Purn. (E) Elektro Jaja Surjana:
Perusahaan pembuat kapal: Van der Gessen de Noord Marinebouw BV, Albasserdam, Belanda
Pengguna : TNI AL
Material Lambung : Glass Reinforced Polyester (GRP)
Panjang Maksimum (Length Overall): 51,55 m
Panjang Antara Garis Air (Load Water Line): 47,10 m
Lebar Maksimum: 8,90 m
Berat benaman (displacement standard): 502 Ton
Berat penuh (displacement design full load): 599 Ton
Kecepatan Ekonomis: 12 knots
Kecepatan Jelajah: 14 Knots
Kecepatan Maksimum (Full Load): 15 Knots
Kapasitas Tangki Bahan Bakar: 54.000 Liter
Kapasitas Tangki Minyak Lumas: 3.000 Liter
Kapasitas Tangki Air Tawar: 16.000 Liter
Pendorong Pokok: Diesel MTU 12 V
Jumlah Baling-baling: 2 Unit
Perangkat Buru Ranjau: (sistem sensor dan processing) 1 unit Sonar DUBM, Sonar TSM 2022 , side scan sonar, 1 Thales underwater system TSM, 1 Consilium Selesmar Type T-250/10CM003 Radar, dan 1 SAAB Bofors Double Eagle Mk III Self Propelled Variable Depth Sonar
Navigasi: radar Decca 1229
Persenjataan: 2 x Rheinmetall kaliber 20 mm (haluan dan buritan)
KRI Pulau Rupat 712 mampu memindai jenis ranjau magnetik, ranjau akustik, dan ranjau kontak.
Objek Buruan
KRI Pulau Rupat 712 memfokuskan pemburuan di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS). Perairan Teluk Lamong menjadi target utama karena yang masih terdapat banyak ranjau sisa Perang Dunia II yang disebar oleh Jepang untuk memperlambat penyerangan sekutu di
Pulau Jawa. Masih terdapat kemungkinan bahwa ranjau-ranjau yang berumur lebih dari 65 tahun dapat meledak bila terkena pengaruh kemagnetan, keakustikan, maupun tekanan dari pengguna laut pada level tertentu. Dengan adanya Sonar TSM 2022, pendeteksian ranjau dapat dipermudah berkat teknologi yang canggih. Terdapat empat kontak di dasar laut perairan Teluk Lamong. Berdasarkan klasifikasi 4 S (Size (ukuran), Strength (kekuatan), Shape (bentuk), dan Shadow (bayangan)), apabila kontak tersebut dapat dikonfirmasi sebagai ranjau laut, makan kanon (meriam) akan menembakan target.
Pelayanan di Indonesia
Riwayat Komandan
Letkol Laut (P) Maman Nurachman
Mayor Laut (P) Fitriyan Rupito (6 Desember 2016)
Letkol Laut (P) Khalimul Khakim (13 April 2018)
Letkol Laut (P) Ferry Kurniawan (24 Juli 2019)