- Source: Laora Arkeman
Laora Arkeman (lahir 15 Mei 1971) adalah sastrawati berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan penulis, penyunting, fotografer, mantan wartawati, dan mantan aktivis gerakan perempuan. Cerpen-cerpennya dipublikasikan di berbagai majalah dan surat kabar antara lain Horison, The Jakarta Post, Republika, Lisa, Nova, dan Gadis. Ia merupakan perempuan pertama yang menjadi redaktur di majalah sastra Horison (sejak 2018, atas permintaan Ati Ismail, istri dari Taufik Ismail), dan merupakan editor in-chief Penerbit Padasan di Jakarta (sejak 2011). Sebelumnya ia pernah menjadi redaktur seni-budaya Jurnal Perempuan (1997-1999), editorial assistant di Yayasan Lontar mendampingi John H. McGlynn selaku editor in-chief (1999-2000), dan pernah menjadi redaktur pada Jurnal Sastra (Bandung, 2012).
Latar belakang
Laora Arkeman lahir 15 Mei 1971 sebagai orang Minang yang memiliki darah Belanda. Masa kecilnya dihabiskan di Palangkaraya, Bekasi, dan Semarang, mengikuti ayahnya yang merupakan pejabat di Departemen Pekerjaan Umum. Menempuh beberapa pendidikan formal di antaranya di Universitas Indonesia (Jurusan Bahasa Cina dan Jurusan Ilmu Politik) dan Institut Kesenian Jakarta (Jurusan Fotografi). Selain menjadi penulis, penyunting, dan fotografer, ia pernah menjadi wartawati dan aktivis gerakan perempuan. Laora Arkeman mulai debutnya sebagai penulis sejak 1987 di majalah Gadis. Sebagai cerpenis, karya-karyanya tampil di berbagai majalah dan surat kabar antara lain Horison, The Jakarta Post, Republika, Lisa, Nova, dan Gadis. Cerpennya juga tampil di Menagerie 5 ( Yayasan Lontar, 2003), Si Murai dan Orang Gila (DKJ & KPG, 2010), Aku Sakit Jiwa!! (Padasan, 2012 sebagai antologi tunggal).
Ia juga merupakan penyunting Menagerie 5 (Yayasan Lontar, 2003), Ini Bukan Perangku (Dainar Wahid, Bacalah!, 2004), Kembang Goyang: Orang Betawi Menulis Kampungnya ~ 1900-2000 ~ Sketsa, Puisi & Prosa (Padasan, 2011; memuat karya SM Ardan, M. Balfas dan lain-lain), Rumah Peradaban: Bunga Rampai Puisi, Cerpen & Esai (Padasan dan Horison, 2015), Kembang Kelapa: Kumpulan Catatan Budaya Betawi ~ Dari Batavia sampai Jakarta (Padasan, 2016; karya Chairil Gibran Ramadhan), serta tiga novel Indisch hasil kerja sama Padasan, Pemerintah Kerajaan Belanda & Nederlands Letterenfonds: Max Havelaar (2013), Oeroeg (2014), dan Fientje de Feniks (2017). Pernah menjadi Redaktur Seni-Budaya Jurnal Perempuan, editorial assistant Yayasan Lontar, fotografer situs Manoa Journal: Silenced Voices (Hawaii, 2001), redaktur pelaksana sebuah situs perempuan, redaktur Jurnal Sastra (2012), turut mendirikan Indonesian Women Literary (2014), Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi dan Suara Ibu Peduli (1998). Laora Arkeman merupakan Juara Pertama Kritik Sastra Denny J.A. Library (2014) dan Juara Harapan I Penulisan Cerita Rakyat 2015 Kemdikbud.
Bibliografi
Menagerie 5 (ed, Laora Arkeman, Yayasan Lontar, 2003)
Ini Bukan Perangku (Dainar Wahid, Bacalah!, 2004)
Si Murai dan Orang Gila (DKJ, 2010)
I Am Woman (ed. John H. McGlynn, Yayasan Lontar, 2011).
Kembang Goyang: Orang Betawi Menulis Kampungnya ~ 1900-2000 ~ Sketsa, Puisi & Prosa (Padasan, 2011; memuat karya SM Ardan, M. Balfas dan lain-lain)
Aku Sakit Jiwa!! (Padasan, 2012 sebagai antologi tunggal).
Rumah Peradaban: Bunga Rampai Puisi, Cerpen & Esai (ed. Laora Arkeman, Padasan dan Horison, 2015)
Kembang Kelapa: Kumpulan Catatan Budaya Betawi ~ Dari Batavia sampai Jakarta (ed. Laora Arkeman, Padasan, 2016; karya Chairil Gibran Ramadhan)
Max Havelaar (ed. Laora Arkeman, 2013, novel Indisch hasil kerja sama Padasan, Pemerintah Kerajaan Belanda & Nederlands Letterenfonds)
Oeroeg (ed. Laora Arkeman, 2014, novel Indisch hasil kerja sama Padasan, Pemerintah Kerajaan Belanda & Nederlands Letterenfonds)
Fientje de Feniks (ed. Laora Arkeman, 2017, novel Indisch hasil kerja sama Padasan, Pemerintah Kerajaan Belanda & Nederlands Letterenfonds)
Lihat pula
Chairil Gibran Ramadhan
Majalah sastra Horison
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Laora Arkeman
- Chairil Gibran Ramadhan
- Daftar alumni Institut Kesenian Jakarta
- Daftar sastrawan Indonesia
- Widji Thukul