Lembuswana merupakan satwa yang ada dalam mitologi kuno rakyat Kutai yang telah ada sejak zaman dahulu, yang kemudian menjadi lambang di zaman Kerajaan Hindu tertua yaitu Kerajaan Kutai sampai dengan masa Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Lembuswana merupakan sosok yang dianggap suci oleh masyarakat setempat karena dipercaya sebagai tunggangan Dewa Wishnu.
Lembuswana diambil dari bahasa Sansekerta yaitu Lembu yang berarti sapi dan Svarna yang berarti Emas.
Lembuswana merupakan sosok berwana keemasan berwujud binatang lembu atau sapi yang mengenakan mahkota diatas kepalanya, memiliki belalai dan gading seperti gajah, sayap yang mengepak seperti garuda, kuku dan taji yang menyerupai ayam jantan dengan bagian badan yang bersisik seperti naga.
Lembuswana dipercaya oleh masyarakat sebagai kendaraan bagi Batara Guru dalam memberikan petuah dan petunjuknya sekaligus kendaraan spiritual bagi Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai sekitar 1.500 tahun silam atau tahun 400 antara abad ke 5 Masehi.
Filosofi
Lembuswana memiliki falsafah Paksi Liman Jonggo Yokso yang dimaksudkan bahwa seseorang seharusnya memiliki sifat-sifat mulia sebagai pengayom rakyat. Hewan ini diyakini memiliki kekuatan luar biasa yang dapat hidup di darat, air, maupun udara. Mahkota yang ada di kepalanya sebagai tanda keperkasaan seorang raja yang merupakan seorang penguasa dapat diartikan sebagai suatu kekuasaan, sedangkan belalai yang dimiliki menggambarkan Dewa Ganesha yang merupakan dewa kecerdasan.
Lembuswana dipercaya menjaga Sungai Mahakam terhadap bahaya serta memastikan bahwa air sungai Mahakam tetap bersih dan jernih. Selain itu, sosok ini dipercaya dapat membantu nelayan dalam mencari rezeki dengan memberikan petunjuk lokasi untuk menangkap ikan.
Asal Usul
Legenda kemunculan sosok
Lembuswana yang dipercaya sebagai penguasa yang berdiam di dalam Sungai Mahakam banyak dihubungkan dengan kelahiran Putri Karang Melenuyang, dimana kemunculan satwa ini dari dasar Sungai Mahakam berbarengan dengan kelahiran Putri. Sang Putri dewasa menikah dengan Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti yang memerintah antara tahun 1300-1325 yang kemudian melahirkan penerus dinasti raja-raja Kutai Kartanegara.
Lokasi
Patung
Lembuswana yang kemudian menjadi lambang di daerah Kutai Kartanegara ini terdapat di dua lokasi, yaitu di halaman depan Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Patung tersebut merupakan patung replika karya dari seorang seniman asal Burma (saat ini Myanmar) pada pertengahan abad ke-19, yang kemudian diletakkan di pelataran kedaton Kutai Kartanegara pada awal abad ke-20.
Selain itu, patung
Lembuswana raksasa juga terdapat di Pulau Kumala yang merupakan salah satu destinasi wisata di daerah Kutai Kertanegara yang lokasinya berada di tengah Sungai Mahakam. Patung ini dibuat oleh seniman patung Indonesia asal Bali, I Nyoman Nuarta.
Referensi
Daftar pustaka
Bausastra Lelembut. Elex Media Komputindo. 2019. ISBN 9786230009136.
Thamrin, Mahandis Y. (2013). "
Lembuswana, Satwa Mitologi Sang Kota Raja". Jakarta: Kompas.com. Diakses tanggal 3 Februari 2024.
Hapsari, Mela (2019). "5 Hal Menarik Tentang
Lembuswana, Makhluk Mitologi Penjaga Mahakam". Kalimantan Timur: kaltim.idntimes.com. Diakses tanggal 3 Februari 2024.
Tauhid. "
Lembuswana, Satwa Mitologi Lambang Kerajaan Kutai Kartanegara". IndonesiaKaya. Diakses tanggal 3 Februari 2024.
Kusumo, Rizky (2023). "Sosok
Lembuswana, Hewan Mitologi yang Jadi Tunggangan Raja Mulawarman". goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 3 Februari 2024.
Pesona wisata museum di Indonesia. Kementerian Pariwisata. 2016.