Lintau (bahasa Minangkabau:
Lintau nan Sambilan Koto) adalah sebuah wilayah geografis, kultural, dan linguistik di Luak Tanah Data, Sumatera Barat.
Secara administratif, wilayah
Lintau terdiri atas dua kecamatan:
Lintau Buo dan
Lintau Buo Utara pada Kabupaten Tanah Datar. Pada tingkat nagari, yang disebut
Lintau biasanya merujuk pada nagari Balai Tangah (Balai Tongah dalam dialek
Lintau), Batu Bulek, Lubuak Jantan (Lubuok Jantan), Tanjuang Bonai (Tanjuong Bonai), Tepi Selo (Topi Selo), Buo, Pangian, Taluak (Toluak), dan Tigo Jangko.
Dalam sejarah Minangkabau,
Lintau memainkan peranan yang penting. Salah satu dari tiga raja Pagaruyung (rajo tigo selo), Raja Adat, berkedudukan di Buo. Pada saat pecahnya Perang Paderi, Tuanku
Lintau adalah salah satu pemimpin penting bagi Kaum Paderi. Sumpah satie di Bukit Marapalam, yang mengakhiri perang dan melahirkan konsep adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah pada masyarakat Minangkabau modern juga ditandatangani di Batu Bulek, yang kini menjadi objek wisata Panorama Puncak Pato.
Lintau juga memiliki silek
Lintau (umum juga dikenal sebagai silek tuo), sebuah varian silat Minangkabau yang terkenal.
Tokoh
Abu Hanifah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Ali Hanafiah, ahli farmasi
Aulizul Syuib, Wakil Bupati Tanah Datar
Bustamam, pendiri Rumah Makan Sederhana
Chairul Saleh, Ketua MPRS
Dude Herlino, aktor
Eka Putra, Bupati Tanah Datar
Fasli Jalal, akademisi dan mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional
Irdinansyah Tarmizi, Bupati Tamah Datar
Itji Tarmizi, pelukis era Orde Lama
Masriadi Martunus, Bupati Tanah Datar
Mufidah Mi'ad Saad, istri Wakil Presiden Jusuf Kalla
Sulaiman Zulhudi, Bupati Tanah Datar
Tuanku
Lintau, tokoh Padri
Usmar Ismail, sutradara dan pahlawan nasional
Galeri
Lintau
Referensi
Lihat pula
Luak Tanah Data