- Source: Liverpool F.C.
Liverpool Football Club (dikenal pula sebagai Liverpool atau The Reds) adalah sebuah klub sepak bola profesional asal Inggris yang berbasis di Liverpool. Didirikan pada tahun 1892, Liverpool kemudian bergabung dengan Football League di tahun berikutnya dan sejak pembentukannya memainkan pertandingan kandang mereka di Stadion Anfield yang terletak sekitar 4,8 km dari pusat kota.
Pada kompetisi domestik, Liverpool telah memenangkan 19 Gelar Liga, 8 Piala FA, rekor 10 Piala Liga dan 16 Community Shield FA. Pada kompetisi internasional, Liverpool telah memenangkan 6 Piala Eropa, 3 Piala UEFA, 4 Piala Super UEFA—rekor terbanyak di Inggris—dan 1 Piala Dunia Antarklub FIFA. Liverpool memantapkan dirinya sebagai salah satu klub besar di tingkat domestik serta Eropa pada era 1970an dan 1980an, ketika Bill Shankly, Bob Paisley, Joe Fagan, dan Kenny Dalglish, memimpin klub untuk meraih 11 gelar Liga dan 4 Piala Eropa. Liverpool kemudian memenangkan kembali 2 Piala Eropa pada tahun 2005 dan 2019 di bawah pelatih Rafael Benitez dan Jürgen Klopp; Klopp kemudian memimpin Liverpool untuk meraih Gelar Liga ke-19 di tahun 2020, yang merupakan gelar liga pertama Liverpool di era Liga Utama Inggris.
Liverpool merupakan salah satu klub terkaya dan memiliki suporter yang cukup banyak di seluruh dunia. Liverpool memiliki sejarah persaingan yang panjang dengan klub sekotanya Everton dan juga dengan Manchester United. Persaingan dengan klub sekota terkenal dengan nama Derby Merseyside. Sedangkan dengan Manchester United di kenal dengan sebutan North West Derby. Di bawah kepelatihan Bill Shankly, di tahun 1964 Liverpool mengubah warna seragam tim mereka dari baju merah dan celana putih menjadi baju dan celana merah yang hingga kini warna tersebut masih digunakan. Lagu Liverpool F.C. adalah "You'll Never Walk Alone".
Suporter dari Liverpool FC telah terlibat dalam dua tragedi besar sepak bola. Tragedi Heysel, di mana penggemar yang ingin melarikan diri dari kerusuhan terjepit dinding yang rubuh pada Final Piala Eropa 1995 di Brussels, yang menyebabkan 39 korban jiwa. Sebagian besar korban jiwa tersebut merupakan warga negara Italia dan penggemar Juventus. Liverpool diberikan larangan bertanding di kompetisi tingkat Eropa selama 6 tahun, dan semua klub Inggris selama 5 tahun. Tragedi kedua merupakan tragedi Hillsborough di tahun 1989, di mana 97 penggemar Liverpool menjadi korban jiwa akibat tertimpa pagar tribun, yang menyebabkan dilarangnya penggunaan pagar tribun dan mewajibkan stadion dengan tempat duduk untuk dua kasta tertinggi sepak bola Inggris. Kampanye panjang untuk meminta keadilan dari tragedi tersebut menyebabkan dilakukan kembali proses otopsi, dan pada akhirnya tuduhan terhadap penggemar sebagai penyebab tragedi tersebut digugurkan oleh komite pencari fakta dan panel independen.
Dalam sepanjang sejarah Premier League, Liverpool termasuk salah satu dari enam tim yang belum pernah terdegradasi.
Sejarah
= Masa awal dan pembentukan
=Liverpool didirikan pada tanggal 3 Juni 1892 sebagai akibat perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Houlding sebagai Presiden Klub yang juga pemilik stadion Anfield. Sebelumnya pada tahun 1891 John Houlding, sebagai penyewa dari Stadion Anfield, membeli tanah tersebut secara langsung dan mengusulkan meningkatkan harga sewa dari £ 100 sampai £ 250 per tahun. Everton, yang telah bermain di Anfield selama tujuh tahun, menolaknya dan terjadi perseteruan. Akibat dari perseteruan itu, Everton akhirnya pindah ke stadion Goodison Park dan John Holding menjadikan stadion Anfield sebagai kandang Liverpool sampai sekarang.
Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) menolak mengakui ada dua tim bernama Everton. Pada bulan Juni 1892, John Houlding akhirnya memilih nama Liverpool F.C. sebagai nama baru, dan Liverpool menjelma menjadi kekuatan serius di kompetisi sepak bola Inggris.
Mengawali debutnya sebagai klub sepak bola profesional Liverpool bermain di Liga Lancashire dan berhasil menjadi juara sebelum akhirnya bergabung dengan Divisi II Liga Inggris (sekarang bernama Football League Championship) pada musim 1893-94. Pada musim pertamanya di Divisi II, Liverpool langsung menjadi juara dan berhak untuk promosi ke Divisi I (sekarang bernama Liga Primer Inggris). Liverpool tidak menunggu lama untuk menjadi juara liga, karena pada musim pertamanya di Divisi I ini (1900-01), Liverpool sukses menjuarai Divisi I dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian.
= Masa perkembangan
=Final Piala FA pertama dilakukan pada tahun 1914, meskipun akhirnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah itu Liverpool berhasil meraih juara liga 2 musim berturut-turut yaitu musim 1921-22 dan 1922-23, namun tidak mendapatkan tropi lagi sampai musim 1946-47 ketika berhasil meraih gelar liganya yang ke 5. Setelah berada di Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akhirnya Liverpool mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada musim 1953-54.
Beberapa saat setelah Liverpool dikalahkan oleh Worcester City, klub di luar Football League pada Piala FA musim 1958-59, Bill Shankly ditunjuk sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas 24 pemain lama dan menggunakan sebuah ruangan di stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di kemudian hari.
Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya seperti Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai membangun kekuatan Liverpool yang membuat iri tim lain. Hasil dari renovasi yang dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil ketika berhasil promosi kembali ke Divisi I pada musim 1961-62 dan menjadi juara liga pada musim 1963-64.
= Masa kejayaan
=Liverpool meraih era terbaiknya saat dibawah manajer Bill Shankly. Pelatih ini kemudian menjadi legenda Liverpool. Ia sangat dihormati karena berhasil membawa Liverpool kembali ke divisi satu setelah sebelumnya berada di divisi dua selama 8 musim. Untuk menghormati jasanya, dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield. Pemain-pemain yang terkenal pada masa ini termasuk Ray Clemence, Mark Lawrenson, Graeme Souness, Ian Callaghan, Phil Neal, Kevin Keegan, Alan Hansen, Kenny Dalglish (102 cap), dan Ian Rush (346 gol)
Era Bill Shankly
Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 dan menjuarai liga pada musim 1965-66, Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara liga dan Piala UEFA pada musim kompetisi 1972-73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar Piala FA setelah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa gelar Piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun.
Pemain dan Liverpudlian (julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC yang berasal dari kota Liverpool, sedangkan penggemar dari luar kota Liverpool disebut Kopites) berusaha untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun pada tahun 1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Era Bob Paisley
Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada saat itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool dari tahun 1974 sampai 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar untuk Liverpool. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool FC, ia memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champions, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut.
Dengan semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti: Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuad muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Era Joe Fagan
Paisley pensiun pada tahun 1983 dan digantikan oleh asistennya Joe Fagan. Sebagai penerus Bob Paisley, Joe Fagan yang pada saat itu berusia 62 tahun, di musim pertamanya berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga Inggris, juara Piala Liga dan juara Piala Champions. Raihan ini menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepak bola pertama di Inggris yang berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 musim kompetisi.
Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di Stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool dan Juventus ini menewaskan 39 orang, sebagian besar adalah pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi semua klub sepak bola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akhirnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Heysel.
Setelah peristiwa mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan tongkat manajerial selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai manajer-pemain. Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC kepada Kenny Dalglish yang pada saat itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih harus membuktikan kapabilitas sebagai seorang manajer.
Era Kenny Dalglish
Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada musim kompetisi 1985-86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, bisa dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala Champion pada saat itu.
Kesuksesan Liverpool FC pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forest F.C. tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun.
Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepak bola di negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion karena kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri.
Setelah menjadi saksi hidup dari tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepak bola pada saat itu, karena Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris.
Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu adalah tidak bisa lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani oleh pelatih tim utama Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.
= Masa liga primer
=Perginya 'King' Kenny Dalglish dan 2 tragedi yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) sepertinya memberikan trauma, hukuman atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool FC. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA pada tahun 1992, tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan strategi yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak konsisten pada musim itu. Hal lain yang memperburuk hubungan Souness dan Liverpudlian adalah ketika Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran The Sun.
Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai Tragedi Hillsborough. Pada 28 Januari 1994, Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari Piala Liga Inggris dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir talenta muda diantaranya: Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada musim 1994-95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga Inggris dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yaitu pass and move. Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut Spice Boys.
Selain semakin matangnya pemain seperti: Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda bernama Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada musim kompetisi 1998-99 Liverpool FC menarik pelatih asal Prancis, Gérard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai joint manager. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok bekerjasama dengan Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain seperti: Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard.
Pada tahun 2001, musim ke-2 Houllier sebagai manajer tunggal, Liverpool memenangi "Treble" yaitu: Piala FA, Piala Liga and Liga Eropa UEFA . Tahun 2001 menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan prestasi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris, Piala FA, Piala UEFA, Community Shield dan Piala Super UEFA.
Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk dapat meraih gelar juara Liga Utama Inggris yang terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris dan menduduki peringkat ke 4 pada musim 1993-94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions UEFA. Walaupun berhasil memberikan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat mudah diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004, Gérard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Era Rafael Benitez
Rafael Benitez datang ke Liverpool setelah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi setelah Benitez berhasil membawa Liverpool menjuarai Liga Champions UEFA 2004-05 untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool berhasil mengalahkan A.C. Milan setelah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol dari kapten Steven Gerrard, Vladimír Šmicer dan penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool, Jerzy Dudek menjadi pahlawan setelah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko.
Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskwa dengan skor 3-1.
Piala FA tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, Manchester United 1-0, Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match.
Steven Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melakukan tendangan voli untuk gol ke 2 dan melakukan tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 akhirnya pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan fatal, tetapi pada saat adu penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan dicatat sebagai partai final terbaik pada era modern Piala FA.
Setelah memenangi Community Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai final Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi musim tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan digantikan oleh manajer Fulham yaitu Roy Hodgson.
Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett dan Tom Hicks dan pada tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.
Era Roy Hodgson
Pada tanggal 1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa menangani klub sebesar Liverpool dan tidak sabar untuk bertemu dengan para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu karena sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu. Liverpool FC pun akhirnya mengawali musim 2010-11 dengan sangat buruk.
Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool berada di zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool menghadapi ancaman pengurangan 9 poin dari FA bila tidak bisa menyelesaikan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson sepakat untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya sampai akhir musim.
Kembalinya sang raja
Tepat tanggal 8 Januari 2011, Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC untuk yang ke 2 kalinya. Walaupun pada pertandingan perdana mengalami kekalahan di Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish berhasil mengembalikan performa pemain dan ciri khas 'pass and move' Liverpool. Buktinya 'King' Kenny Dalglish berhasil mengangkat Liverpool dari zona degradasi ke posisi 6 klasemen sementara Liga Inggris.
Hasil ini tidak lepas dari keberanian 'King' Kenny Dalglish untuk menjual pemain bintang seperti Fernando Torres kemudian membeli Luis Suárez dari Ajax Amsterdam dan Andy Carroll dari Newcastle United. Keberanian dalam hal memasang pemain muda seperti: Martin Kelly, Jay Spearing, dan Danny Wilson pun layak diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat banyak pihak mendesak agar 'King' Kenny Dalglish di kontrak secara permanen sebagai manajer Liverpool.
Setelah mengakhir liga di posisi ke-8 pada musim 2011-12, posisi terburuk di liga selama 18 tahun terakhir, Dalglish diberhentikan sebagai manajer Liverpool. Dalglish digantikan oleh manajer Swansea City yaitu Brendan Rodgers. Meskipun mengalami musim yang buruk di pentas liga, namun Daglish berhasil mengantarkan Liverpool ke final piala domestik yaitu Piala EFL dan Piala FA, dimana di Piala EFL berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Cardiff City F.C. lewat adu penalti sedangkan di Piala FA harus puas menjadi peringkat kedua setelah kalah dari Chelsea F.C..
Era Brendan Rodgers
Brendan Rodgers direkrut dari Swansea City untuk menggantikan Kenny Daglish, setelah membawa Swansea City, menjalani musim perdana yang indah di pentas Liga Inggris. Setengah musim perdananya tidak berjalan mulus, ia membuat Liverpool terseok-seok, Hal ini membuatnya mendapatkan tekananan dari publik Anfield. beruntung, ia melakukan pembelian cerdas di bursa transfer musim dingin tahun 2013, dengan mendatangkan Daniel Sturridge dari Chelsea F.C. dan Philippe Coutinho dari Football Club Internazionale Milano. bersama Luis Suarez, keduanya berperan besar dalam menyelamatkan Liverpool musim itu.
Performa cemerlangnya berlanjut hingga musim depan, dengan membeli beberapa pemain seperti Mignolet dan Sakho , dan mendepak pemain seperti Downing dan Reina, serta memasang pemain muda seperti Sterling. Liverpool dibuatnya nyaris menjuarai Liga Utama Inggris, untuk pertama kalinya dalam 24 tahun. namun insiden terpelesetnya sang kapten pada saat melawan chelsea, membuat gelar juara melayang ke Manchester City.
Musim berikutnya tak seindah musim sebelumnya, penjualan Luis Suarez ke Barcelona, yang digantikan dengan panic buying dengan membeli Balotelli, membuat Liverpool terlempar dari 4 besar liga (batas lolos liga Champions untuk musim depan), dan tersisih di fase grup Liga Champions. Brendan Rodgers mendapat tekanan dari suporter untuk segera dipecat oleh Liverpool, namun pemilik klub, masih memberikan kesempatan padanya untuk musim depan.
Musim 2015/2016 menjadi musim terakhir Rodgers di liverpool, meskipun ia merekrut pemain seperti Firmino, Milner dan Ings , ia gagal memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh pemilik klub, sehingga pasca pertandingan melawan Everton, ia di depak dari kursi pelatihan Liverpool. Lebih dari 3 musim di Lverpool, ia gagal menyumbangkan trofi untuk Liverpool. Kegagalan dalam bursa transfer, dituding menjadi penyebab utama, ia tidak mendapat kebebasan dalam menentukan pemain yang masuk dan keluar. hal ini membuat CEO Liverpool, Ian Ayre juga mendapat sorotan tajam dari publik mengenai kebijakan transfer pemain.
Pada pramusim 2013/2014, Liverpool sempat berkunjung ke Indonesia. Liverpool membawa mayoritas skuad utama, tanpa Suarez dan Reina karena mereka berdua sedang membela negaranya di piala konfederasi. Liverpool menghadapi tim Indonesia XI di Gelora Bung Karno, The Reds menang dengan skor 2-0, gol dicetak oleh Coutinho dan Sterling.
Era Jurgen Klopp
Jurgen Klopp mengambil kursi kepelatihan Liverpool dari Brendan Rodgers pada pertengahan musim 2015/2016, Klopp sebelumya telah mengundurkan diri dari Dortmund setelah menjalani musim yang buruk. beberapa perubahan dilakukan oleh Liverpool demi menuruti kemauan klopp, salah satunya ialah kebebasan klopp dalam menentukan pemain yang keluar dan masuk. selain itu Liverpool juga menunjuk Michael Edwards sebagai direktur olaharaga.
Musim pertama di Liverpool berjalan cukup baik, tidak bisa mengubah komposisi skuad sesuai keinginannya, ia berhasil membawa liverpool ke final Piala Liga (dikalahkan oleh Manchester City) dan UEFA Europa League (Dikalahkan oleh Sevilla), meskipun gagal meloloskan si merah ke Liga Champions,
Musim-musim selanjutnya ialah cerita indah untuk Liverpool, bermodalkan dana besar dari pemilik, ia merombak skuad Liverpool dengan membeli pemain seperti Mane, Wijnaldum, Matip, Salah, Van Dijk dan menjual pemain, seperti Sakho, Coutinho, Allen dan Leiva. pada musim 2017/2018 ia membawa Liverpool ke final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir, sayangnya Liverpool harus menyerah dari Real Madrid lewat aksi blunder sang kiper, Karius. Ini merupakan kekalahan keenam dari tujuh final yang dilakoni Klopp sepanjang kariernya.
Kegagalan dalam final Liga Champions, membuat Klopp menambah amunisinya dengan membeli Alisson, Fabinho, Keita, dan Shaqiri serta memulangkan Sturridge dan Origi dari masa peminjaman, tidak lupa, ia juga mendepak Karius ke Besiktas. Hal itu terbukti sukses Liverpool kembali menjuarai Liga Champions untuk ke-enam kalinya dan meraih posisi kedua di liga tertinggal 1 poin dari Manchester City yang meraih 98 poin. Liverpool juga dibawanya menjadi tim Inggris pertama, yang menyapu bersih trofi internasional, dengan memenangi Piala Super UEFA dan Piala Dunia Antarklub FIFA.
Jurgen Klopp berhasil mengakhiri penantian panjang selama 30 tahun Liverpool untuk menjuarai liga dengan membawa Liverpool menjuarai Liga Utama Inggris musim 2019-2020. Liverpool berhasil mengunci gelar juara pada pekan ke-31 liga setelah mengalahkan Crystal Palace di Anfield dengan skor akhir 4-0 dan pesaing terdekatnya Manchester City dikalahkan Chelsea. Gelar liga ini merupakan gelar liga ke-19 bagi Liverpool.
Setelah mengalami masa yang indah selama 2 musim, Liverpool mengalami penurunan drastis pada musim 2020-2021, Penjualan Lovren ke Zenit yang tidak digantikan oleh pemain lain, menjadi awal keterpurukan Liverpool pada musim itu. Tidak melakukan pembelian bek tengah, pengganti Lovren, membuat Klopp harus memainkan Rhys William dan Nathaniel Phillips di ajang Liga Champions dan Liga Inggris secara bergantian. Selain itu cedera juga menjadi masalah utama pada musim itu, para pemain silih berganti masuk ke ruang medis mulai dari pemain baru seperti Tsimikas dan Thiago, pemain penting seperti Alisson dan Van Dijk, hingga pemain rawan cedera seperti Matip dan Keita. Akibat setumpuk masalah tersebut klopp harus sering memainkan para pemain muda, nama-nama seperti Curtis Jones (walaupun tidak berguna, dan tidak pernah berkembang), Neco Williams, Caoimhin Kelleher sering menghiasi line up Liverpool.
Krisis lini belakang membuat Liverpool mendatangkan Ozan Kabak dan Ben Davies pada deadline transfer musim dingin 2020-2021, sayangnya kedua tidak mampu membantu Liverpool memenangkan trofi. Ben Davies bahkan tidak pernah memainkan satupun pertandingan resmi selama berseragam Liverpool.
Gol Alisson pada pertandingan melawan West Brom pada musim itu, dirayakan seperti meraih gelar juara. Hal ini dikarenakan Liverpool masih mampu lolos Liga Champions meskipun mempunyai setumpuk masalah pada musim itu. Liverpool Mengakhiri musim dengan perikat 3 di Liga Inggris.
Musim yang buruk tidak membuat Liverpool berbenah banyak pada skuad pada musim 2021-2022, melepas pemain seperti Wijnaldum dan Shaqiri. Liverpool hanya mendatangkan Ibrahima Konate pada bursa musim panas. Liverpool sempat tertinggal jauh dari Manchester City dalam perburuan liga Inggris, meski begitu Liverpool masih eksis di kompetisi lokal seperti Piala FA dan Piala EFL. Penandatangan Luiz Diaz di bursa transfer musim dingin dan diiringi bugarnya para pemain. Membuat Liverpool nyaris memenangkan Quadraple, sayangnya 2 gelar harus melayang di 2 pertandingan terakhir musim tersebut.
Aksi Comeback Manchester City di pekan terakhir Liga Inggris dan Kekalahan di final Liga Champions ketika menghadapi Real Madrid, membuat Liverpool harus kehilangan 2 gelar bergengsi tersebut. Piala FA dan Piala EFL menjadi piala yang mampu dimenangkan Liverpool. Liverpool menghadapi Chelsea pada kedua final piala domestik tersebut, uniknya skor pertandingan normal berakhir sama yaitu 0-0, dan mesti dilanjutkan oleh adu penalti.
Liverpool mengawali musim 2022-2023 dengan memenangkan Community Shield setelah mengalahkan Manchester City. Liverpool membeli Darwin Nunez, Fabio Carvalho, dan Calvin Ramsay, selain itu Liverpool juga meminjam Arthur Melo. Walaupun sudah meminjam Arthur tetapi Arthur tidak dapat membantu lini tengah Liverpool yang tengah diterpa badai cedera karena dia sendiri juga termasuk pemain yang cedera, bahkan dalam waktu yang sangat lama. Dan Liverpool pun lagi-lagi harus memainkan pemain mudanya seperti Stefan Bajcetic. Dan Bajcetic pun bisa tampil memuaskan diumurnya yang baru berusia 18 tahun. Bahkan menjadi salah satu pemain terbaik Liverpool musim ini.
= Tragedi
=Klub ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu dalam Tragedi Heysel pada 1985 dan Tragedi Hillsborough pada 1989. Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di ajang kejuaraan Eropa selama 5 tahun.
Warna dan lambang
Sebagian besar sejarah Liverpool, warna yang digunakan adalah merah. Ketika klub didirikan pada tahun 1892, baju bergaris biru dan putih sempat digunakan sampai akhirnya klub memutuskan untuk menggunakan warna merah yang menjadi warna kota di tahun 1896.
Lambang liver bird yang menjadi lambang kota kemudian diadopsi sebagai lambang klub (atau crest, sebagaimana dikenal pada saat itu) di tahun 1901, namun lambang tersebut tidak dipasang pada baju mereka hingga tahun 1955. Liverpool terus menggunakan baju merah dan celana putih sampai tahun 1964 ketika manager Bill Shankly memutuskan untuk mengubahnya ke garis merah keseluruhan. Liverpool pertama kali menggunakan seragam merah mereka ketika melawan Anderlecht, sebagaimana Ian St John mengingatnya dalam buku autobiografinya:
Dia [Shankly] berpikir skema warna apa yang mampu membawa dampak psikologis – merah untuk bahaya, red untuk kekuatan. Ia datang ke ruang ganti pada satu hari dan melempar sepasang celana merah kepada Ronnie Yeats. "Pakai celana itu dan mari kita lihat bagaimana kau terlihat", ujarnya. "Ya Tuhan, Ronnie, kau terlihat luar biasa, menakutkan. Kau terlihat setinggi 7 kaki." "Mengapa tidak merah sepenuhnya, bos?" Saranku. "Kenapa tidak memakai kaos kaki merah? Ayo pakai serba merah." Shankly pun setuju dan sebuah kit ikonik pun lahir.
Seragam tandang Liverpool seringkali berwarna serba kuning atau paduan baju putih dengan celana hitam, namun terdapat beberapa pengecualian. Seragam serba abu diperkenalkan di tahun 1987, dimana seragam tersebut digunakan sampai musim 1991-1992 yang juga menandakan satu abad sejak klub didirikan dimana mereka mengganti seragam tersebut dengan kombinasi baju hijau dan celana putih. Setelah berbagai kombinasi warna di tahun 1990an, termasuk warna emas dan biru laut, kuning terang, hitam dan abu-abu, dan coklat muda, Liverpool setiap musimnya bergantian menggunakan seragam kuning dan putih sampai musim 2008–09, di mana mereka memperkenakan kembali seragam abu-abu. Seragam ketiga dibuat untuk pertandingan tandang Eropa, namun seragam tersebut juga digunakan pada pertandingan tandang domestik ketika seragam tandang mereka berbenturan dengan seragam tim lawan mereka. Di antara tahun 2012 dan 2015, seragam Liverpool dibuat oleh Warrior Sports, yang menjadi produsen seragam Liverpool pada awal musim 2012–13. Pada Februari 2015, perusahaan induk Warrior, New Balance mengumumkan akan memasuki pasar sepak bola dunia, dengan tim dan klub yang sebelumnya disponsori oleh Warrior akan dilanjutkan oleh New Balance. Produsen seragam lainnya diantaranya adalah Umbro yang memproduksi seragam Liverpool hingga 1985, yang kemudian digantikan oleh Adidas, yang menjadi produsen hingga 1996 ketika Reebok mengambil alih. Reebok memproduksi seragam Liverpool selama 10 tahun sebelum Adidas kembali untuk menjadi produsen seragam dari 2006 hingga 2012. Nike menjadi produsen resmi seragam Liverpool di awal musim 2020–21.
Lambang 'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai final Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi bagian dari perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini mengalami perubahan pertama pada musim kompetisi 1955-56 dimana gambar 'Liver Bird' berada di dalam lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di bawah 'Liver Bird'. Lambang versi ini bertahan sampai tahun 1968.
Pada tahun 1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang lebih modern. Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam pemain dengan menyingkirkan garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan menghilangkan lingkaran ouval. Lambang ini bertahan sampai tahun 1987, dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada tahun 1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.
Untuk merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang cukup signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates' dengan tulisan 'You'll Never Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird' dimaksudkan untuk mengingatkan jasa manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang 'Liver Bird'. Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.
Tahun 1993 lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api kembar di kedua sisi tameng 'Liver Bird'. Kobaran api kembar ini untuk mengenang para Liverpudlian yang menjadi korban pada tragedi Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool FC yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2 warna. Tetapi sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan 'full colour' seperti sekarang ini.
= Pemasok kostum dan sponsor
== Kontrak pakaian
=Skuad
= Tim utama
=Per 1 September 2024.
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
= Dipinjamkan
=Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
Pejabat klub
Manajer
Sampai 20 Juli, 2006. Data hanya berdasarkan kompetisi saja
Prestasi
Total Liverpool telah mengoleksi (19) tropi Liga Inggris. Selama 28 musim Liga Utama Inggris bergulir, Liverpool berhasil memenangkan 1 gelar, namun Liverpool perlu menunggu selama 30 tahun untuk meraih gelar tersebut, yaitu pada musim 2019/2020. Liverpool memegang rekor (10) tropi juara Piala Liga, juara terbaru diraih pada musim 2023–24 setelah mengalahkan Chelsea 1-0 di Stadion Wembley. Liverpool pernah meraih gelar ganda dengan menjuarai Liga dan Piala FA pada tahun 1986, yang terbaru Liverpool meraih gelar ganda setelah menjuarai Piala Liga dan Piala FA pada musim 2021-22. Mereka juga pernah memenangkan tiga trophi dalam satu musim sebanyak 2 kali – yang pertama mereka memenangkan Liga Inggris, Piala Liga dan Piala Champion pada tahun 1984, serta pada tahun 2001 dengan meraih Piala FA, Piala Liga dan Piala UEFA. Liverpool juga pernah meraih gelar ganda eropa dengan menjuarai Liga dan Piala Champion eropa pada tahun 1977.
Hingga saat ini Liverpool telah mengkoleksi 6 tropi Liga Champion yang merupakan terbanyak di Inggris serta ketiga terbanyak di dari seluruh klub dibawah Real Madrid dan AC Milan. Dengan meraih tropi Liga Champion ke 5 pada tahun 2005, Liverpool berhak mengenakan UEFA Badge of Honour, serta berhak memiliki tropi secara permanen. Liverpool pernah menerima anugerah dari World Soccer Magazine sebagai Team of the Year pada 2001 dan 2005 serta gelar BBC Sports Personality of the Year Team pada tahun 1977, 1986 dan 2001.
Liverpool adalah klub terbaik Inggris abad ke-20 menurut International Federation of Football History and Statistics (IFFHS). Untuk tingkat dunia, Liverpool berapa di urutan ke-7 sebegai klub terbaik abad ke-21 setelah Barcelona, Manchester United, Arsenal, Real Madrid, Inter Milan, dan Bayern München.
Peringkat koefisien klub UEFA
Per 20 April 2023.
Lihat pula
Catatan kaki
Referensi
Bibliografi
Cox, Richard (2002). Encyclopedia of British football. Routledge. ISBN 0-7146-5249-0.
Crilly, Peter (2007). Tops of the Kops: The Complete Guide to Liverpool's Kits. Trinity Mirror Sport Media. ISBN 978-1-905266-22-7.
Graham, Matthew (1985). Liverpool. Hamlyn Publishing Group Ltd. ISBN 0-600-50254-6.
Kelly, Stephen F. (1999). The Boot Room Boys: Inside the Anfield Boot Room. HarperCollins. ISBN 0-00-218907-0.
Kelly, Stephen F. (1988). You'll Never Walk Alone. Queen Anne Press. ISBN 0-356-19594-5.
Liversedge, Stan (1991). Liverpool:The Official Centenary History. Hamlyn Publishing Group Ltd. ISBN 0-600-57308-7.
Pead, Brian (1986). Liverpool A Complete Record. Breedon Books. ISBN 0-907969-15-1.
Pranala luar
Liverpool F.C. di Twitter
Situs web resmi
(Inggris) Entri pada situs SkySports.com
(Inggris) Entri Diarsipkan 2016-07-02 di Wayback Machine. pada situs web resmi Liga Utama Inggris.
(Inggris) liverpool clip video website
(Indonesia) Situs resmi Suporters Liverpool Indonesia
Kata Kunci Pencarian:
- Liverpool F.C.
- Wataru Endo
- Mohamed Salah
- Arne Slot
- Liverpool F.C. Women
- Kota Liverpool
- Rivalitas Liverpool F.C. dan Manchester United F.C.
- Takumi Minamino
- Sadio Mané
- Steven Gerrard
- Liverpool F.C.
- Liverpool F.C. Women
- List of Liverpool F.C. records and statistics
- Liverpool F.C. Reserves and Academy
- Liverpool F.C.–Manchester United F.C. rivalry
- Liverpool F.C. (Montevideo)
- List of Liverpool F.C. managers
- Chelsea F.C.–Liverpool F.C. rivalry
- Liverpool F.C. in international football
- 2022–23 Liverpool F.C. season
No More Posts Available.
No more pages to load.