- Source: Lokapria
Lokapria atau lokajantan adalah tempat peristirahatan laki-laki atau tempat perlindungan di rumah, seperti garasi yang dilengkapi secara khusus, kamar tidur cadangan, ruang media, ruang kerja, ruang bawah tanah, atau rumah pohon . Istilah "lokapria" menggambarkan suatu area di dalam rumah di mana seorang pria dapat melakukan apa pun yang dia inginkan dalam ruang maskulin.
Tujuan
Lokapria memiliki banyak tujuan: sebagai tempat untuk menyendiri, untuk melakukan hobi seperti menonton olahraga atau bermain permainan video, dan untuk berkumpul dengan teman pria. Menurut psikiater dan penulis Scott Haltzman, penting bagi seorang pria untuk memiliki tempat yang bisa dijadikan miliknya.
Penulis dan tukang Sam Martin menjelaskan:
Laki-laki mempunyai masalah identitas sejak adanya gerakan perempuan. Mereka telah mencoba mencari tahu siapa mereka seharusnya. Untuk sementara wanita ingin mereka menjadi lebih sensitif, sehingga mereka lebih sensitif. Lalu wanita ingin mereka menjadi lebih jantan. Salah satu hal yang saya temukan adalah ketika laki-laki memiliki ruang laki-lakinya sendiri, apa yang mereka masukkan ke dalamnya sebenarnya merupakan ekspresi siapa diri mereka. Lokapria adalah tentang membangun identitas bagi seorang pria. Premis kami adalah bahwa wanita memiliki kendali atas tampilan dan nuansa rumah sehingga membuat pria menginginkan lebih. Siapa pun yang memiliki minat, hobi, pekerjaan, atau koleksi tertentu pasti menginginkan ruang untuk menikmatinya.
Sosiolog Tristan Bridges telah mewawancarai pria Amerika dan pasangannya tentang lokapria, dan menemukan bahwa banyak pria jarang menggunakan lokapria. Salah satu orang yang diwawancarai mengatakan, "Saya merasa suatu hari nanti orang-orang dari lingkungan saya akan berkumpul di sini setelah bekerja dan kami akan minum bir dan mengobrol." Ketika ditanya siapa orang-orang dari lingkungan tersebut, orang yang diwawancarai menjawab “Saya tidak tahu”. Bridges menyatakan bahwa penelitiannya sebagian telah berubah menjadi "kisah tentang kesepian pria".
Pada tahun 2005, Paula Aymer dari Universitas Tufts menyatakan bahwa ini adalah "benteng terakhir maskulinitas ".