Lucius Arruntius Muda (sebelum 27 SM – 37 M) merupakan seorang senator Romawi yang dipuji oleh sejarawan Romawi Tacitus. Ia tinggal pada sebagian besar masa pemerintahan dua kaisar Romawi pertama Augustus dan Tiberius. Pada tahun 6 M ia ditunjuk sebagai konsul dan gubernur Hispania Tarraconensis sekitar 25 M in absentia yang ia atur selama lebih dari 10 tahun. Sepanjang bagian akhir hidupnya ia diganggu oleh permusuhan dari para prefektur Pengawal Praetoria, Sejanus dan Macro yang memuncak pada kematiannya pada tahun 37 M setelah diseret pada rekayasa tuduhan tidak sopan pada calon kaisar Tiberius.
Kehidupan awal dan keluarga
Lucius Arruntius Muda berasal dari sebuah keluarga bangsawan dan merupakan putra
Lucius Arruntius Tua, seorang laksamana Romawi penting atas partisipasinya selama Pertempuran Actium, dimana ia berperan sebagai komandan di dalam armada pusat yang dipimpin oleh Augustus. Tidak banyak yang diketahui dari kehidupan
Lucius Arruntius Muda sebelum Konsul pada tahun 6 M.
Arruntius memiliki seorang putra adopsi,
Lucius Arruntius Camillus Scribonianus yang ditunjuk sebagai gubernur di Dalmasia pada sekitar tahun 40 M dan mencoba untuk memberontak terhadap Claudius pada tahun 41 M. Hal ini menunjukkan bahwa
Arruntius mungkin telah menanamkan ide revolusioner di dalam benak putranya.
Ia juga memiliki seorang cucu laki-laki yang bernama
Arruntius Scribonianus yang tampaknya lebih bangga sebagai keturunan dari Pompey yang Agung daripada
Arruntius.
Karakter
Arruntius adalah salah satu anggota senat yang sangat dihormati, yang lebih dikagumi atas pendidikan dan integritasnya. Ia digambarkan lebih lanjut sebagai "seorang pria besi yang bajik", "kaya", "berani", dan memiliki "prestasi brilian, dan popularitas yang seimbang".
Arruntius bukan seorang penjilat. Didalama percakapan terakhirnya dengan Tiberius, kaisar Romawi Augustus menjelaskan
Arruntius sebagai orang yang "tidak pantas (memerintah) Kekaisaran dan akan memiliki keberanian yang cukup untuk meraihnya begitu kesempatan muncul".
Kenaikan tahta Tiberius (14 M)
Pada hari pertama senat diadakan setelah kematian Augustus (19 Agustus 14 M) rincian pemakaman dibahas. Pada gerakan
Arruntius ditetapkan bahwa judul dari hukum yang disahkan dan nama-nama bangsa yang ditaklukkan oleh Augustus harus ditanggung didepan prosesi pemakaman.
Aksesi Tiberius merupakan masalah yang kritis; menjaga keseimbangan Augustus antara tradisi republik dan realitas kekaisaran tidak akan pernah menjadi tugas yang mudah. Tiberius adalah anak tiri Augustus dan juga adalah anak Livia dari bekas pernikahannya. Selama masa pemerintahan Romawi kekuasaan Augustus berada dipuncaknya. Augustus telah membawa periode stabilitas dan perdamaian setelah periode pertempuran sipil berdarah dan revolusi yang telah menghasilkan perubahan radikal di dalam bentuk pemerintahan Kekaisaran Romawi. Kedaulatan dunia Romawi sekarang efektif ditangan satu orang (selain senat), meskipun ilusi Republik Romawi masih dipertahankan. Augustus tidak pernah memiliki keturunan, calon lain yang mungkin untuk pewaris tahta, seperti Marcellus, Gaius Caesar dan
Lucius Caesar telah meninggal. Hal ini membuat Tiberius sebagai pewaris tunggal Augustus. Dikemukakan bahwa ibu Tiberius, Livia mungkin telah mengatur aksesi tersebut.
Namun Tiberius ingin dilihat sebagai orang yang telah dipanggil untuk naik tahta daripada harus merayap atau bersekongkol untuk mendapatkannya. Akibatnya ia bersikap ragu-ragu dan enggan, (meskipun secara rahasia ia sudah mengirim surat keberbagai pasukan Romawi seolah-olah kekuasaan tertinggi sudah menjadi miliknya).
Selama diskusi senator Tiberius melepas pernyataan bahwa ia akan menerima sebagian tanggung jawab Kekaisaran namun tidak seluruhnya. Sebagai balasannya Asinius Gallus dan
Arruntius memberikan pidato meminta Tiberius yang memiliki sebagian tanggung jawab di Kekaisaran berharap agar dapat meyakinkan dengan pengakuannya sendiri bahwa tubuh negara harus diarahkan oleh satu pikiran. Tiberius mungkin merasa bahwa pidato ini dimaksudkan untuk mempermalukannya dan bahwa senator telah melihat kepura-puraannya. Situasi ini mungkin telah menimbulkan kemarahan dan kebencian kepada Tiberius dan akibatnya bermusuhan dengan Sejanus, prefektur Pengawal Praetoria, terhadap Gallus dan
Arruntius.
Kehidupan sebagai senator dimasa pemerintahan Tiberius
Selama masa pemerintahan Tiberius,
Arruntius bekerja di senat sebagai pemimpin oposisi defacto, dimana oposisi itu diizinkan.
Pada tahun 15 M sungai Tiber banjir di Roma. Senat juga mengangkat
Arruntius dan juga juri yang hebat Ateius Capito ke komite dua untuk merancang alat yang lebih baik untuk membatasi sungai. Pada akhirnya diputuskan untuk tidak melakukan perubahan ke sungai, karena "baik permohonan dari koloni, tingkat kesulitan pekerjaan atau motif takhayul". Tiberius pasti ingin masalahnya ditangani saat ia menerapkan komisi baru dari lima senator yang ketuanya mungkin adalah
Arruntius. Penunjukkan
Arruntius ke komite ini mungkin telah menjadi bagian dari upaya Tiberius untuk memenangkan dukungannya.
Pada tahun 20 M Gnaeus Calpurnius Piso mencari advokasi
Arruntius selama persidangan atas pembunuhan Germanicus,
Arruntius menolaknya, mungkin karena kemarahan publik terhadap Piso pada saat itu. Tahun berikutnya ia membela
Lucius Cornelius Sulla Magnus melawan Domitius Corbulo di dalam perselisihan mereka. Pada tahun 25 M
Lucius Piso, gubernur Hispania Tarraconensis dibunuh oleh seorang penduduk. Tiberius menunjul
Arruntius sebagai gubernur dipropinsinya. Namun Tiberius tidak mempercayainya, dan hanya meingjinkannya memerintah di propinsi in absentia dan mengharuskannya tetap tinggal di Roma.
Konflik dengan Sejanus
Di antaratahun 14 M dan 31 M Sejanus memegang gelar prefektur Pengawal Praetoria, sebuah posisi yang berkuasa dan berpengaruh selama periode Principatus. Awalnya dibawah Augustus Pengawal Praetoria merupakan semacam pengawal kekaisaran. Namun dibawah Sejanus berkembang menjadi cabang yang kuat dan berpengaruh dari pemerintahan yang terlibat di dalam keamanan politik, administrasi sipil dan akhirnya syafaat politik, perubahan yang akan memiliki dampak lang langgeng jalannya. Sejanus adalah orang yang ambisius dan ingin menjadi kaisar, akibatnya ia melihat
Arruntius sebagai hambatan bagi golnya yang perlu dihilangkan. Pada tahun 31 M Sejanus mengarang tuduhan maiestas (pengkhianatan) terhadap
Arruntius yang dituntut oleh antek Sejanus Aruseius dan Sanquinius. Mungkin atas dorongan dari Antonia, Tiberius akhirnya memergoki skema Sejanus dan menghapus tuduhan itu, para penuduh dihukum dan dieksekusi.
Arruntius membalas dendam terhadap musuhnya yang besar dengan menjadi instrumen pasif yang secara tidak langsung menjatuhkan Sejanus.
Kematian
Didalam buku 6 The Annals Tacitus menyatakan bahwa pada tahun 37 M
Arruntius dan kekasihnya Albucilla diseret atas tuduhan tidak sopan pada kaisar dan perzinahan atas dorongan Macro.
Arruntius, yang telah berusia lanjut, bunuh diri dengan membuka pembuluh darahnya sendiri, lelah bertahan dari hidupnya yang berbahaya dan cemooh tirani prefektur Pengawal Praetoria Sejanus dan setelah 31 M, Macro.
Arruntius menyadari pada tahap ini bahwa Tiberius sakit dan tidak mungkin pulih namun ia meramalkan kondisi buruk yang akan datang dibawah pemerintahan pewaris Tibetrius Caligula. Ia menyatakan, "Aku diusiaku yang senja tidak dapat menjadi budak dari tuan baru sepertinya."
Bertahun-tahun kemudian Gaius Silius mengatakan bahwa ia di Senat datang dengan "incorrupta vita"-nya (hidupnya yang tak tercela).
Arruntius muncul di dalam sebuah permainan diabad ke-17 yang ditulis oleh dramatis Ben Jonson yang disebut Sejanus His Fall.
Referensi