- Source: Lukas Rumkorem
Mayor Tituler TNI AL Lukas Rumkorem atau lebih dikenal sebagai L Rumkorem adalah pemimpin perlawanan terhadap Jepang di Biak, Papua, pada 1943. Selain itu ia merupakan pendiri Partai Indonesia Merdeka (PIM), partai politik pertama di Pulau Biak dan juga pendiri gerakan Tentara Tjadangan Tjenderawasih (TTT). Berdasarkan Keppres tahun 1963 No. 104, Lukas Rumkorem bersama Johannes Abraham Dimara diangkat menjadi anggota dari Dewan Pertimbangan Agung wakil Irian Barat, kemudian berdasarkan Keppres No. 83 tahun 1966 posisi ini dilanjutkan dengan ditambahkan Muhammad Achmad Aituarauw sebagai wakil Irian Barat.
Latar belakang
Lukas Rumkorem lahir di Pulau Biak tahun 1900 dari pasangan Indiken Rumkorem dan ibu dari keret (marga) Kurni, dan memulai pendidikan di Zendingschool Biak tahun 1916 hingga 1923. Ia melanjutkan pendidikan di Normaalleergangschool. Pada tahun 1937, ia memperoleh ijazah guru Volksonderwijzer. Setelah masa pendudukan Jepang, pada 1 Januari 1945, ia telah dilantik menjadi pegawai HBA (Hulp Bestuur Ambtenaar) disinilah ia mulai berkenalan dengan Soegoro Atmoprasodjo yang juga memiliki latar belakang sebagai guru.
Riwayat politik
Pada 1942, Jepang masuk ke Indonesia dengan tujuan untuk menguasai seluruh wilayah Asia Tenggara. Salah satu wilayah yang dijajaki Jepang adalah Papua, yang menyebabkan penderitaan pada rakyatnya. Pasalnya, rakyat Papua dijadikan budak, dipukuli, bahkan dianiaya secara kejam. Pada akhirnya, rakyat Papua berani melakukan perlawanan terhadap Jepang. Salah satu perlawanan rakyat Papua terhadap Jepang terjadi di Biak, yang dipimpin oleh L Rumkorem. Pada 1943, rakyat Biak melakukan perlawanan dengan menggunakan gerakan Koreri. Koreri adalah sebuah gerakan rakyat Biak dalam melakukan perlawanan terhadap Jepang yang berarti "kita berganti kulit".
Koreri sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Biak, yaitu “Ko” yang berarti kita dan “Reri” yang berarti ganti kulit. Kendati demikian, frasa berganti kulit tidak dalam arti sebenarnya, tetapi sebuah kiasan yang bermakna “kehidupan bahagia yang abadi selamanya”. Perlawanan dan pemberontakan rakyat Biak terhadap praktik pendudukan Jepang yang dikomandoi oleh L Rumkorem menerapkan strategi perang gerilya. Strategi ini dilakukan karena rakyat Biak tidak memiliki persenjataan yang mumpuni untuk melawan Jepang.
Meskipun banyak yang menjadi korban, rakyat Biak tetap tidak menyerah. Pada akhirnya, strategi perang gerilya mampu membuat Jepang kewalahan dalam menghadapi perlawanan rakyat Biak. Kegigihan mereka pun berbuah manis. Di bawah pimpinan L Rumkorem, Biak menjadi daerah pertama di Indonesia yang terbebas dari penjajahan Jepang.
Pada September 1945, Rumkorem diketahui mendirikan Perserikatan Indonesia Merdeka (PIM), sebuah gerakan partai politik pertama di Pulau Biak. Partai tersebut pertama berpusat di Nusi dimana diadakan pertemuan pada bulan September dan November 1945. Namun sejak Januari 1946 berpusat di Bosnek, Biak Timur. Pada tanggal 16 Agustus 1947, Rumkorem ditangkap otoritas Belanda karena dituduh akan membunuh Frans Kaisiepo dan Marcus Kaisiepo dan akan menjalankan pemberontakan. Pada tanggal 5 Oktober 1949, PIM kembali diaktifkan dengan Lukas Rumkorem (yang sudah bebas), sebagai ketua, Corinus Krey sebagai wakil, J. Tarumaselly sebagai penasihat dan Petrus Warikar sebagai sekertaris.
Pada tahun 1958, gerakan baru dibentuk Lukas Rumkorem dengan nama Tentara Tjadangan Tjenderawasih (TTT), berdasarkan pengakuan J. Tarumaselly, TTT juga memiliki cabang di daerah lain di Papua seperti: Waropen, Manokwari, Wandamen, Sorong-Raja Ampat, Fakfak, Babo, Kaimana, Jayapura, Sarmi, Merauke. Pimpinan lain organisasi ini adalah David Woisiri, sekertaris Sem Harry Uy, dan bendahara Faidiban. Organisasi ini melatih pemuda Biak diluar Papua dan untuk membantu operasi Trikora. TTT berhubungan langsung dengan konsulat jendral Indonesia di Singapura dan menggunakan perantara keturunan Tionghoa (seperti Jakub Thung dan organisasi Kok Eng Hwee), karena pergerakannya lebih bebas menggunakan kapal KPM. Beberapa informasi yang berhasil diselundupkan berupa beberapa foto lokasi potensial di Pulau Biak oleh J. Tarumaselly dan T. Rumngeur yang diberikan pada wakil pemerintah Indonesia di Singapura, Ambon, Hollandia, dan Serui. Aktivitas TTT mulai terhambat dengan ditangkapnya David Woisiri, Rafael Maselkosu, J. Tarumaselly, Jonathan Saroy dan Fritz Werluken yang merupakan anggota TTT di Serui.
Atas jasa-jasanya, L Rumkorem mendapat gelar kehormatan dari Pemerintah Indonesia dan diberi pangkat Mayor Tituler Angkatan Laut. Selain itu secara adat Lukas Rumkorem mendapat gelar Mayor Mandiboar dari keret Kurni. Putranya yang bernama Seth Rumkorem berkesempatan untuk mengikuti pendidikan Bintara di Cimahi, Bandung. Walau kemudian putranya membelot menjadi pendiri Markas Victoria, salah satu fraksi OPM.
Catatan
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Lukas Rumkorem
- KRI Lukas Rumkorem (392)
- Seth Rumkorem
- Daftar tokoh Papua
- Suku Biak
- Frans Kaisiepo
- Silas Papare
- Thung Tjing Ek
- KRI Raja Haji Fisabilillah (391)
- Daftar anggota Dewan Pertimbangan Agung
- KRI Lukas Rumkorem
- Biak
- Raja Haji Fisabilillah-class offshore patrol vessel
- West New Guinea dispute
- Papua (province)
- Frans Kaisiepo
- List of active Indonesian Navy ships
- Nicolaas Jouwe
- Marthen Indey
- Silas Papare