- Source: Makam Ki Ageng Gribig
Makam Ki Ageng Gribig adalah situs berupa makam yang terletak di dukuh Jatinom, desa Jatinom, kecamatan Jatinom, kabupaten Klaten dan saat ini menjadi tempat pariwisata.
Menurut Catatan Kraton Kraton Mataram,Ki Ageng Gribig Jatianom merupakan putra dari Jaka getayu putra dari Raden rangkaknyono (Wasi Bageno Timur/Wasi Djiwa/Jaka Dheleg) ,Jaka Dheleg (Joko Dholog II) Merupakan Putra dari Joko Dholog (Wasi Bageno).Joko Dholog adalah Putra bungsu Dari Sinuwun Raja Sri Kerthaneng Bhumi atau Prabu Brawijaya V dengan Garwa pangrembe /selir Dewi Purbowati.
Deskripsi
Makam Ki Ageng Gribig menempati lahan dengan luas 70 m x 40 m (2.800 m2) dengan luas bangunan 15m x 12m (180m2). Letak geografis berjarak ± 9 Km dari kota Klaten. Makam (batu nisan) sendiri memiliki ukuran 2m, terbuat dari batu merah dan kayu. Fungsi utama makam tersebut diperuntukkan sebagai tempat ziarah yang dikunjungi biasanya pada hari malam Jumat legi dan Jumat kliwon. Biasanya orang yang datang berziarah memiliki tujuan memohon berkah dan keselamatan.
Menggantung di atas cungkup terlihat beberapa baris tulisan dalam huruf Jawa di sebelah kiri, dan dalam aksara Latin di sebelah kanan. Bunyi kalimat itu adalah, Hambabar ubaling karso, hadedasar poncasila, hangudi luhuring bongso, hangayati kanti waspodo, handayani sentoso karto-raharjo. Arti terjemahan bebasnya, "Terurai keinginan diri, berdasar pada Pancasila, bercita-cita menjadi bangsa yang luhur, menghayati hidup dengan waspada, mendorong kemakmuran."
Legenda
Ki Ageng Gribig adalah cicit Prabu Brawijaya (Bhre Kretabhumi) dari Kerajaan Majapahit,beliau putra dari raden getayu bin R.M. Guntur /Wasi Jolodoro/ Rangkanyana bin Djoko Dholog . Ki Ageng Gribig merupakan salah satu ulama pada zaman Mataram yang menyebarkan Agama Islam khususnya di Jatinom. Sementara itu, tokoh ini juga dihubungkan dengan Situs Sareyan yang berada di Dusun Sareyan, Kalurahan Wonokromo, Kapanéwon Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian besar masyarakat meyakini jika situs tersebut merupakan fondasi kuno masjid yang dibangunnya sebelum pindah ke Jatinom, Klaten.
Dia semasa hidupnya sempat naik haji ke Mekah, dan sepulang dari Mekah membawa oleh-oleh berupa kue dari Arab Saudi yang kemudian dibagikan kepada murid-muridnya. Karena banyaknya jumlah murid, kue tersebut tidak mencukupi, maka ki Ageng Gribig meminta Nyi Ageng Gribig, istrinya untuk membuatkan kue apem supaya kekurangan itu tercukupi. Kue inilah yang kemudian disebut dengan nama Apem Yaqowiyu, berasal dari doa Kyai Ageng Gribig sebagai penutup pengajian yang berbunyi: "Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Yaa qowiyu warsugna wal muslimin”, yang artinya Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kami segenap kaum Muslimin. Apem Yaqowiyu tersebut sampai sekarang diperingati menjadi upacara adat di Jatinom yang diselenggarakan setiap tahun pada hari Jumat, sekitar tanggal 15 Bulan Sapar dalam penanggalan Jawa, berlokasi di dekat makam Ki Ageng Gribig.
Ki Ageng Gribig biasanya diidentikkan dengan tradisi rutin tahunan di Jatinom, yaitu acara sebaran kue apem. Apem merupakan kata serapan bahasa Arab "Affan", yang bermakna Ampunan. Tujuan diadakannya acara sebaran kue apem itu agar masyarakat selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta.
Di samping area makam Ki Ageng Gribig terdapat beberapa tempat, di antaranya Masjid Agung Jatinom dan Sendang Palampeyan, Sendang Suran dan Guwo Belan, Masjid Tiban dan Oro-Oro Tarwiyah yaitu tempat di mana ki Ageng menanam tanah yang dibawanya dari Arofah, Mekah. Ki Ageng ketika mengumpulkan air untuk bekal wukuf di Arofah pada tanggal 8 bulan Dzulhijah menyebut tanah itu Yaumul Tarwiyah yang artinya bahwa pada waktu itu para jamaah haji mengumpulkan air sebanyak-banyaknya untuk bekal wukuf di Arofah.
Rujukan
Kata Kunci Pencarian:
- Makam Ki Ageng Gribig
- Jatinom, Klaten
- Ahmad Dahlan
- Situs Sareyan
- Wanarata, Bantarbolang, Pemalang
- Jatinom, Jatinom, Klaten
- Sunan Kedu
- Raden Soekarso
- Daftar SMP negeri di Kota Malang