- Source: Malik al-Asytar
Malik bin al-Harits an-Nakha'i (bahasa Arab: مالك بن الحارث النخعي) adalah seorang sahabat Ali bin Abi Thalib. Ia juga dikenal dengan nama al-Asytar (الأشتر).
Silsilah
Malik bin al-Harits bin Abdu Yaghuts bin Maslamah bin Rabi'ah bin al-Harits bin Jadzimah bin Sa'ad bin Malik bin an-Nakha' bin Amr bin Ulah bin Jald bin Madzhij. Ia berasal dari kabilah Bani Nakha' dan termasuk pemuka kabilah.
Biografi
Al-Asytar disebutkan mengalami masa jahiliah. Ia juga disebutkan sezaman dengan Nabi Muhammad. Ia turut serta dalam Pertempuran Yarmuk dan kehilangan salah satu matanya dalam pertempuran tersebut. Kemudian al-Asytar termasuk di antara tokoh-tokoh yang hadir mendengarkan khutbah Khalifah Umar bin Khattab di Jabiyah. Ia kemudian tinggal di Kufah.
Al-Asytar termasuk di antara sekelompok penduduk Kufah yang berbicara kasar kepada gubernur Kufah, Sa'id bin al-Ash, di majelisnya. Akibat perbuatannya dan sekelompok orang lainnya, Sa'id melaporkan masalah tersebut kepada Khalifah Utsman bin Affan. Utsman kemudian menyuruhnya agar mereka diasingkan ke Syam. Al-Asytar jugalah yang menghasut masyarakat untuk melawan Utsman dan bahkan ia menjadi pengikut Abdullah bin Saba' dalam melawan Utsman. Ia menjadi pemimpin 200 orang pemberontak dari Kufah dan ikut serta dalam pengepungan rumah Utsman di Madinah.
Setelah Utsman dibunuh, ia bersama sebagian orang segera mendatangi Ali dan membujuknya agar dibai'at sebagai khalifah. Al-Asytar turut serta dalam Pertempuran Jamal bersama Ali dan disebutkan membunuh Abdurrahman bin Attab bin Asid setelah Abdurrahman mencoba membunuhnya. Abdurrahman bin Attab merupakan prajurit yang berada di pihak Aisyah dalam Pertempuran Jamal. Abdurrahman mencoba membunuhnya karena ia sangat marah terhadap al-Asytar karena perannya dalam melawan Utsman. Dalam pertempuran ini, ia juga bertarung dengan Abdullah bin az-Zubair. Ibnu az-Zubair mengalami tusukan 40 pedang dan tusukan yang hampir menyebabkan kematiannya adalah tusukan al-Asytar. Mereka bertarung sengit hingga Ibnu az-Zubair mengatakan: Bunuh aku dan Malik dan bunuhlah Malik bersamaku. Ia kemudian mendukung Ali dalam Pertempuran Shiffin dan menjadi pemimpin kontingen dari kabilah Bani Madzhij. Ia hampir mengalahkan Muawiyah bin Abu Sufyan dalam Pertempuran Shiffin bersama sahabat-sahabat Ali lainnya. Namun pasukan Syam mengangkat mushaf Al-Qur'an untuk menghentikan perang. Dalam pertempuran ini, disebutkan ia membunuh Shalih bin Fairuz al-Akki dan Dzul Kala' al-Himyari, ayah dari Syurahbil bin Dzil Kala'. Namun, pendapat lain mengatakan yang membunuhnya adalah Huraits bin Jabir.
Al-Asytar pernah menjabat sebagai gubernur Al-Jazirah sebelum menjadi gubernur Mesir. Selama menjadi gubernur, ia pernah menghadapi serangan dari Adh-Dhahhak bin Qais, salah satu pendukung Muawiyah. Ia digantikan oleh Syabib bin Amir. Pendapat lain mengatakan ia digantikan oleh Kumail bin Ziyad lalu digantikan oleh Syabib bin Amir.
Ali kemudian mengirimnya untuk menjadi gubernur Mesir setelah memecat Qais bin Sa'ad bin Ubadah. Ketika al-Asytar datang ke wilayah Al-Qalzum, ia meminum madu yang diracuni lalu meninggal. Al-Asytar meninggal pada tahun 657. Madu tersebut diracuni oleh seorang budak Utsman karena ia marah terhadap al-Asytar. Muhammad bin Abu Bakar kemudian menggantikannya sebagai gubernur Mesir.
Periwayatan hadis
Ia meriwayatkan hadis dari Umar, Khalid bin Walid, Abu Dzar Al-Ghifari, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat-sahabat lainnya. Sementara yang meriwayatkan darinya adalah putranya Ibrahim, Abu Hassan al-A'raj, Kinanah maula Shafiyah, Abdurrahman bin Yazid an-Nakha'i, Alqamah bin Qais, dan lain-lain.
Meskipun al-Asytar termasuk sahabat Ali, ia tetap memuji Abu Bakar dan Umar ketika berbicara di hadapan orang-orang dengan pujian yang harum.
= Penilaian
=Abu Hatim bin Hibban al-Busti berkata: Ali bin Abi Thalib memujinya.
Ahmad bin Shalih al-Jili berkata: Malik dapat dipercaya.
Ibnu Hajar al-'Asqalani berkata: Malik mengalami masa kenabian.
Al-Mizzi berkata: Malik hidup di masa jahiliah dan merupakan seorang Syiah Ali (pendukung Ali).
Muhammad bin Ismail al-Bukhari berkata: Malik mendengarkan khutbah Umar di Jabiyah.
Keturunan
Al-Asytar memiliki anak yang bernama Ibrahim bin al-Asytar. Ibrahim adalah panglima yang membunuh Ubaidullah bin Ziyad dalam Pertempuran Khazir dan termasuk di antara pemimpin-pemimpin yang mendukung Mush'ab bin az-Zubair, gubernur Irak. Ibrahim kemudian terbunuh bersama Mush'ab dalam Pertempuran Maskin melawan Abdul Malik bin Marwan. Putranya, An-Nu'man bin Ibrahim, adalah seorang pemimpin dan pemuka kabilahnya. Ia ikut serta dalam pemberontakan Yazid bin Al-Muhallab dan setelah Yazid terbunuh, ia memberontak bersama Al-Mufadhdhal bin Al-Muhallab saudara Yazid dan terbunuh bersamanya. Putra lainnya, Malik bin Ibrahim, adalah seorang perawi hadis yang dinyatakan dapat diterima (مقبول). Al-Asytar mempunyai keturunan yang bernama Abu al-Qasim Ali bin Muhammad an-Nakha'i al-Hanafi al-Kufi yang dikenal dengan nama Ibnu Kas adalah qadhi di Damaskus dan tempat lain serta imam besar di bidang fiqih.
Referensi
Daftar pustaka
Madelung, Wilferd (1997). The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate. Cambridge University Press. ISBN 0-521-56181-7.
Kata Kunci Pencarian:
- Malik al-Asytar
- Abdul Malik bin Marwan
- Ibrahim bin al-Asytar
- Adh-Dhahhak bin Qais
- Pengepungan Aleppo (637)
- Muhammad bin Abu Bakar
- Ali bin Abi Thalib
- Pertempuran Shiffin
- Abdullah bin Zubair
- Ubaidillah bin Ziyad