- Source: Mangalontik Ipon
Mangalontik ipon adalah salah satu ritual tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba, yang berkaitan dengan proses "meratakan gigi" sebagai tanda peralihan dari masa remaja menuju kedewasaan. Ritual ini juga dikenal dengan istilah pasae uris, yang secara harfiah berarti "menanggalkan penyakit cacar," sebagai simbol bahwa seseorang telah melewati ketidakmatangan.
Selain itu, mangalontik ipon juga dilakukan pada ibu yang telah beberapa tahun menikah namun belum dikaruniai keturunan. Ritual ini disebut padao gial, yang bermakna "buang sial."
Proses meratakan gigi dilakukan dengan menggunakan alat-alat tradisional, seperti pahat, palu yang terbuat dari tulang, dan kikir. Pada masa lalu, pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh dukun kelas rendah. Gigi yang diratakan adalah gigi seri dan taring, yang kemudian diolesi dengan getah baja (sejenis getah kayu) dan diasapi untuk mengurangi rasa sakit serta mencegah infeksi.
Setelah proses mangalontik, orang yang menjalani ritual ini harus menjalani masa robu (berpantang), di mana mereka tidak diperbolehkan mengonsumsi sembarangan makanan dan harus tetap berada di dalam rumah selama tujuh hari. Setelah masa pemulihan ini, orang tersebut diperbolehkan untuk melakukan marnapuran, yaitu mengunyah sirih di depan umum. Hal ini menjadi tanda bahwa mereka telah dianggap dewasa dan siap untuk berinteraksi dalam mencari pasangan hidup.