- Source: Martir Drina
Martir Drina (bahasa Kroasia: Drinske mučenice) adalah Biarawati Kongregasi Putri-Putri Amal Ilahi, yang menjadi korban Perang Dunia II. Empat orang meninggal dunia ketika melompat dari jendela di Goražde pada tanggal 15 Desember 1941, untuk menghindari pemerkosaan oleh pasukan Chetnik. Satu lainnya dibunuh oleh tentara Chetnik di Sjetlina pada minggu berikutnya. Kelima biarawati tersebut kemudian dinyatakan sebagai martir dan dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI (diwakili oleh Kardinal Angelo Amato) pada tanggal 24 September 2011.
Sejarah
= Latar belakang
=Pada 6 April 1941, pasukan Blok Poros menyerbu Kerajaan Yugoslavia. Persenjataan yang minim dan kurangnya pengalaman membuat Tentara Kerajaan Yugoslavia dengan cepat dapat dikalahkan. Negara itu kemudian dibagi-bagi. Ante Pavelić, seorang tokoh nasionalis dan fasis Kroasia, yang pernah berada di pengasingan di Italia diangkat sebagai Poglavnik (pemimpin) negara Kroasia yang dikelola Ustaše - Negara Merdeka Kroasia (sering disebut NDH, bahasa Kroasia: Nezavisna Država Hrvatska). NDH menggabungkan hampir semua teritori Kroasia modern, seluruh Bosnia dan Herzegovina, dan sebagian Serbia menjadi "protektorat Italia-Jerman." Otoritas NDH, yang dipimpin oleh milisi Ustaše, kemudian menerapkan kebijakan genosida terhadap warga Serbia, Yahudi, dan Romani yang tinggal di dalam perbatasan Kroasia yang baru.
Etnis Serbia adalah etnis yang paling teraniaya karena Pavelić dan Ustaše ingin membentuk negara yang hanya terdiri dari orang Kroasia. Undang-undang rasis, anti-Serbia, dan antisemit disahkan, dan etnis Serbia, yang mewakili sekitar 30 persen dari populasi NDH yang berjumlah 6,3 juta, menjadi sasaran pembantaian skala besar yang dilakukan oleh rezim Ustaše.
Pada pertengahan 1941, pembunuhan ini mencapai tingkat kebrutalan yang bahkan mengejutkan beberapa orang Jerman. Aksara Kiril kemudian dilarang oleh otoritas Kroasia, sekolah dan gereja Ortodoks ditutup, dan orang Serbia dipaksa untuk memakai tanda pengenal. Mile Budak, Menteri Pendidikan Kroasia, dilaporkan telah mengatakan bahwa sepertiga orang Serbia di NDH harus dibunuh, sepertiga harus diusir, dan sepertiga dipaksa pindah agama ke Katolik Roma. Ustaše juga mendirikan banyak kamp konsentrasi di mana ribuan orang Serbia disiksa, kelaparan, dan meregang nyawa. Dua gerakan perlawanan muncul untuk memerangi NDH dan pendudukan Poros — kaum royalis Serbia Chetnik, dipimpin oleh Kolonel Draža Mihailović, dan Partisan Yugoslavia yang multietnis dan berhaluan komunis pimpinan Josip Broz Tito.
Jezdimir Dangić adalah petugas gendarmerie sebelum pecahnya Perang Dunia II. Pada tahun 1940, ia ditunjuk untuk memimpin detasemen gendarmerie di istana kerajaan Yugoslavia. Selama invasi ke Yugoslavia, dia bertanggung jawab untuk mengawal Raja Petar II ke Bandar Udara Nikšić saat baginda meninggalkan negara itu. Dangić kemudian kembali ke Beograd dan tinggal di kota yang telah diduduki oleh Jerman. Dia memenuhi panggilan Milan Aćimović, kepala pemerintahan boneka di Serbia, untuk bertugas di gendarmerie dan menjabat hingga pertengahan Agustus.
Ketika berita tentang penindasan rakyat Serbia di Bosnia sampai ke telinganya, dia meminta izin untuk pergi ke Bosnia guna mengawal keluarga dan kerabatnya menuju tempat yang aman. Pada musim panas, permintaannya disetujui, dan dia melakukan perjalanan melalui markas besar Mihailović di Ravna Gora. Awalnya, Mihailović menunjuk Dangić sebagai salah satu dari tiga orang yang akan menggantikannya sebagai pemimpin gerakan Chetnik jika dirinya meninggal atau ditangkap. Seperti Mihailović, Dangić berusaha menghindari pertikaian dengan Jerman dan mulai menjalankan kebijakan "pertahanan diri melawan Ustaše dan balas dendam terhadap Kroasia dan Muslim Bosnia".
Pada Agustus 1941, Dangić dikirim oleh Mihailović ke Bosnia timur untuk mengambil alih komando detasemen Chetnik di wilayah tersebut dan menundukkan mereka ke dalam kendali Mihailović. Dia mengumpulkan sekelompok orang Serbia Bosnia dan menyeberangi Sungai Drina menuju NDH, lalu tiba di Bosnia timur pada 16 Agustus. Pada awalnya, operasinya ditujukan terutama terhadap Ustaše dan penduduk Muslim Bosnia di daerah tersebut. Pada awal September, Dangić telah memantapkan dirinya sebagai pemimpin semua kelompok Chetnik di Bosnia timur.
= Penaklukan Goražde
=Pada akhir November 1941, Mayor Boško Todorović mencapai kesepakatan dengan Letnan Kolonel Castagnieri, komandan garnisun Italia di Goražde, mengenai evakuasi Italia dan penyerahan kota itu kepada Chetnik. Pada 29 November 1941, Italia menempatkan Goražde di bawah kendali anak buah Dangić. Kota itu berada di bawah kendali Chetnik secara penuh pada 1 Desember. Setibanya di sana, Dangić memberikan pidato kepada sekelompok orang Serbia, Kroasia, dan Muslim Bosnia yang berkumpul di alun-alun utama kota. Pidato itu berisikan cita-cita Serbia Raya dan diakhiri dengan pernyataan bahwa suku Muslim dan Serbia tidak bisa lagi hidup berdampingan. Setelah pidato tersebut, kelompok Chetnik menyebar ke seluruh kota dan mulai membunuh, memperkosa, menjarah, dan membakar rumah. Sejumlah besar korban tewas di jembatan di atas Drina, setelah itu mayat mereka dijatuhkan ke sungai.
Tahanan Garda Tanah Air Kroasia dan pejabat NDH segera dieksekusi. Mayat warga sipil Muslim dibiarkan tergantung di pohon dan tiang lampu jalanan. Beberapa ratus warga sipil mungkin telah terbunuh dalam pembantaian tersebut. Pasukan Chetnik di Bosnia, termasuk pimpinan Dangić, kemudian mulai melakukan kampanye anti-Muslim di Bosnia timur untuk membalas penganiayaan yang dialami oleh etnis Serbia di NDH.
= Kemartiran
=Anak buah Dangić memasuki kota Pale pada 11 Desember. Mereka menjarah dan membakar biara Katolik Roma setempat, Marijin dom, dan menawan lima suster (dua orang Slovenia, satu orang Kroasia, satu orang Hungaria, dan satu orang Austria). Kelimanya adalah Jula Ivanišević (lahir 1893), Berchmana Leidenix (lahir 1865), Krizina Bojanc (lahir 1885), Antonija Fabjan (lahir 1907) dan Bernadeta Banja (Bernadett Bánya) (lahir 1912). Malam itu, para biarawati dan beberapa tahanan lainnya dipaksa untuk berbaris melintasi pegunungan Romanija di suhu yang sangat dingin dengan salju setinggi pinggang. Kelimanya diintimidasi, dihina dan diancam oleh penculiknya saat mereka berbaris. Saat melewati desa Sjetlina, suster Leidenix yang berusia 76 tahun kelelahan. Dia dipisahkan dari kelompok dan dipaksa untuk menetap di desa.
Empat biarawati yang tersisa dibawa ke Goražde pada tanggal 15 Desember dan ditempatkan di lantai tiga bekas barak Tentara Kerajaan Yugoslavia setibanya di kota. Malam itu, sekelompok Chetnik memasuki ruangan tempat mereka ditahan dan berusaha memperkosa mereka. Keempatnya melakukan bunuh diri, dengan melompat dari jendela lantai dua untuk menghindari pemerkosaan. Beberapa sumber berpendapat bahwa keempatnya selamat dari upaya bunuh diri namun dibunuh dengan bayonet sampai mati oleh beberapa perwira Chetnik yang murka. Jenazah mereka kemudian diambil dan dibuang ke Sungai Drina. Suster Leidenix dibawa ke hutan dekat Sjetlina oleh beberapa orang Chetnik pada tanggal 23 Desember, diberi tahu bahwa dia akan segera dibawa ke Goražde untuk dipertemukan kembali dengan para biarawati lainnya, namun beliau tak pernah terlihat lagi. Salah satu tentara Chetnik yang semula menjaganya tiba-tiba muncul dari hutan sambil memakai rosario di lehernya.
= Dampak dan penghormatan
=Berita kematian para martir dengan cepat menyebar ke seluruh NDH. Pada April 1942, Dangić ditangkap oleh Jerman dan dibawa ke kamp tawanan perang di Polandia yang sedang diduduki Jerman. Dia melarikan diri dari penjara pada tahun 1943 dan ikut terlibat dalam Pemberontakan Warsawa melawan Jerman pada tahun berikutnya.
Dangić ditangkap oleh Tentara Merah pada tahun 1945 dan diekstradisi ke otoritas komunis Yugoslavia, yang menuduhnya melakukan kejahatan perang. Dia diadili dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan di Sarajevo dan dijatuhi hukuman mati. Dia dieksekusi oleh regu tembak pada 22 Agustus 1947.
Kelima biarawati itu ditetapkan sebagai martir pada tanggal 14 Januari 2011 oleh Paus Benediktus XVI. Para biarawati dibeatifikasi pada sebuah upacara yang dipimpin oleh Kardinal Angelo Amato di Sarajevo pada 24 September 2011.
Sebuah buku nonfiksi yang mengisahkan para biarawati ditulis oleh penulis Kroasia Anto Baković, berjudul Drinske mučenice (Martir Drina; Sarajevo, 1990). Suster Slavica Buljan, seorang biarawati Bosnia-Kroasia, penulis dan penyair, menulis Zavjet krvlju potpisan (Vow Signed With Blood; Zagreb, 2010).
Catatan kaki
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Martir Drina
- 522 Martir Spanyol
- Keuskupan Agung Sarajevo
- 108 Martir Perang Dunia II
- Pengeboman Malam Natal Indonesia 2000
- Pengeboman Surabaya 2018
- Pengeboman Katedral Makassar 2021
- Penindasan terhadap orang Kristen
- Penindasan Diokletianus
- Titus Brandsma
- Miguel Pro
- Pedro Calungsod